Ruangan berpenerangan temaram itu sekilas terlihat hanya seperti gudang penyimpanan bahan makanan biasa. Namun, di balik beberapa bilik rahasia yang tersamarkan oleh rak wine, berbagai macam senjata tersimpan rapi. Tak ada satu pun dari senjata itu yang berkarat. Semua dipelihara dengan baik, selalu dalam kondisi siap digunakan.
Stevan menghela napas panjang. Tidak ada waktu untuk melarikan diri. Orang-orang terpercayanya baru saja melapor bahwa tim Joffey memblokir semua jalan ke luar negara ini. Dia juga sudah mendapatkan angka orang-orang yang bersiap menyerangnya. Jumlahnya cukup mencengangkan, hampir tiga kali lipat dari jumlah orang-orangnya di sini.
Stevan lagi-lagi menghela napas panjang. Jika ini di UK atau USA, Stevan bisa dengan mudah melumpuhkan mereka karena markas induk dan markas terbesarnya ada di sana. Siapa sangka, negara yang ia pilih untuk bersantai, negara yang ia pikir teraman untuknya dan Bryan, berubah menjadi petaka.
"Semua terkendali, 'kan?" Stevan menoleh pelan, melirik Ficha yang sudah berganti pakaian yang lebih fleksibel. Itu adalah bahan pakaian yang sama seperti yang ia kenakan sekarang. Anti peluru, tapi juga ringan dan mudah untuk bergerak.
"Pasukan gue yang terbaik di sini, tapi gak sebanyak yang mereka bawa. Kalo emang harus lari, anda tau harus ke mana, 'kan?" Ficha mengangguk pelan, menatap seluruh persenjataan dalam ruangan itu. Otaknya seolah tengah memutar balik kenangan ketika ia dan Leo harus kabur dari negara ini. Setengah hatinya tidak percaya ia harus mengulang kejadian itu, tapi mengingat musuhnya adalah orang yang sama, ia tidak bisa berharap lebih.
"Nathan belum tau sampai sekarang?" Ficha kali ini menggeleng. Ia memang tidak memberi tahu Nathan tentang apa pun. Keponakannya itu saat ini sedang mandi, membuatnya bisa sedikit meninggalkannya, tentu dengan tiga orang berjaga di dekat kamarnya.
"Ada kabar dari L?" Kali ini Stevan yang menggeleng. Ia sudah berkali-kali mencoba menghubungi Bryan atau siapa pun yang menemani Gabriel di sana, tapi tidak ada satu pun yang menjawabnya. Sepertinya kondisi di sana tidak jauh lebih baik daripada kondisi mereka di sini. Meski begitu, ia yakin Sam dan Bryan bisa mengatasi semuanya dengan baik.
"Choose yours and be ready." Stevan mengambil satu senjata andalannya sebelum meninggalkan Ficha di dalam ruangan, menimbang senjata terbaik yang harus ia gunakan. Dengan tubuh kecilnya, kecepatan dan kelincahan menjadi kelebihannya. Ia tidak boleh memberatkan tubuhnya dengan senjata besar dan berat. Ficha tanpa sadar mengangguk ketika melihat senjata yang ia inginkan. Dengan gesit, ia mengambil senjata itu, memeriksa kelengkapannya sebelum menutup kembali ruang rahasia itu.
^^^
"Apa yang kalian inginkan?"
Nathan masih mengenakan handuk kimono ketika di luar kamarnya terdengar suara riuh. Tak berselang lama, pintu didobrak dan masuk tiga orang berpakaian hitam. Ketiga orang di hadapannya maju sambil menodongkan senjata tajam padanya. Sejak kedatangan Ficha yang tiba-tiba dan Stevan yang beberapa kali tertangkap mengkode orang-orang di sekitarnya, Nathan sudah menyangka ada yang tidak beres.
Dorr!!
"Argh!"Nathan mengerang pelan. pangkal lengan kirinya sedikit tergores ketika ia menghindar. Terlambat sepersekian detik saja, Nathan yakin di jantungnya sudah bersarang peluru sekarang. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, mereka beriringan menyerbunya, membuat Nathan yang menyandang sabuk hitam bela diri cukup kewalahan.
"Naa!"
Nathan melirik sejenak, melihat Ficha yang berlari masuk ke kamarnya sambil menembakkan pistol ke arah orang-orang yang menyerangnya. Dua berhasil roboh, sementara satu masih terus menyerangnya. Dengan gesit, Ficha melompat ke belakang tubuh si penyerang dan mematahkan lehernya dengan sekali gerakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nathaniel ✔
Roman pour AdolescentsDia Nathaniel, laki-laki yang akan melakuan apapun untuk Gabriel Dia Nathaniel, laki-laki yang akan berkorban apapun untuk Gabriel Dia Nathaniel, satu-satunya alasan Gabriel ada di dunia ini Apa yang membuat Nathaniel bertahan di dunia ini? Gabriel ...