M

1.9K 246 129
                                        

satu jam sebelumnya

Sam duduk dengan tenang di sebelah Gabriel. Pandangannya fokus pada tablet yang sengaja ia bawa masuk ke ruang khusus itu. Dia tengah membaca laporan kesehatan Gabriel yang entah bagaimana semakin menurun. Dia memang tidak mengatakan apa pun pada siapa pun, tapi ia yakin Gabriel sudah bisa menebaknya sendiri.

"Sam." Sam buru-buru bangkit. Bukan karena mendengar panggilan serak itu, tetapi karena tangannya yang dicengkeram erat.

"Mana yang sakit?" Gabriel menggeleng. Bukannya tidak ada yang sakit, seluruh tubuhnya sakit. Tulang-tulangnya seperti tengah dipatahkan bersama-sama. Gabriel memilih memejamkan mata saat rasa sakit itu semakin intens menyiksanya. Sam mengerti. Ia segera menyuntikkan penghilang rasa sakit dosis tertinggi yang bisa ia gunakan pada manusia. membiarkan obat itu bereaksi sambil membelai puncak kepala Gabriel pelan.

"Hari ini Nathan beneran gantiin lo di rapat direksi, sesuai mau lo. Stevan udah rekam semuanya kalo lo mau liat. Bryan juga udah pastiin Joffey dateng dan sesuai prediksi lo, Joffey tau itu bukan lo."

Gabriel membuka matanya, masih sayu, tapi senyum miring di bibirnya cukup membuat Sam tahu lelaki yang tengah berbaring di hadapannya itu puas dengan hasil rancangannya. Sam merubah tempat tidur Gabriel setengah duduk, kemudian memberikan tablet milik Gabriel.

"Stevan bilang beberapa perusahaan gelap yang Nathan ajak kerjasama udah mulai nunjukin diri. Mereka bawa-bawa nama kalian di tiap transaksinya. Bahkan, ada yang sudah bergerak di luar negeri. Semua tepat sesuai prediksi lo."

Stevan udah bergerak?

Alih-alih berbicara, Gabriel menuliskan pertanyaan di tabletnya. Sam mengangguk menjawab pertanyaan Gabriel.

"Mereka meledakkan pesawat dan menenggelamkan kapal bermuatan narkoba dan binatang selundupan beberapa jam yang lalu, tepat saat Nathan fokus belajar gantiin lo. Gue tebak, sampai sekarang Nathan belum tau kabarnya."

 Pastiin dia tau, tapi gak dengan dalang di belakangnya.

Sam mengangguk. Selama ini, Nathan tidak pernah tahu jika Sam adalah kaki-tangan Gabriel. Selain menjadi dokter, Sam yang selalu menjadi penghubung Gabriel dengan dunia gelap. Setiap pergerakan di sana, Sam yang akan melaporkannya. Tak jarang, ia juga menghancurkan perusahaan-perusahaan gelap yang berusaha menyerang Gabriel. Bersama Stevan, mereka berdua memastikan jalan Gabriel selalu bersih. Itu juga yang memperkuat posisi Gabriel di dunia bisnis.

"Guge udah hubungi Bryan dan Stevan, sebentar lagi mereka sampai. Mau bahas rencana selanjutnya sekarang?"

Ya. Waktu gue gak banyak

Tulisan itu sedikit membuat Sam membeku. Ditambah dengan lirikan Gabriel juga senyum tipisnya. Sam mengerti apa yang Gabriel maksud. Hingga detik ini, dia selalu mengerti kenapa Gabriel merencanakan semua ini.

"Maaf. Harusnya sebagai dokter, gue bisa sembuhin lo. Bukan cuma ngurangin rasa sakitnya."

Gabriel tidak menanggapinya. Dia mengisyaratkan Sam untuk meninggalkannya sementara dirinya membaca laporan yang dikirimkan Bryan padanya. Sam menurut, membiarkan Gabriel menyelesaikan urusannya sementara dirinya kembali ke ruangannya yang hanya berjarak beberapa langkah dari ruangan Gabriel.

^^^

"Waw, you look terrible, bro!" Gabriel tersenyum melihat dua sejoli itu memasuki ruangannya sambil setengah berbelukan. Andai tidak menggunakan masker, mereka pasti berciuman mesra sekarang. Di belakangnya, Sam juga ikut masuk. Ia memeriksa kondisi Gabriel sebentar sebelum ikut duduk di samping kanan Gabriel sedangkan Stevan dan Bryan di sisi kiri.

"Lo emang paling bisa milih tempat buat meeting. Untung gak di pemakaman."

"Beib, your dark joke is something," ucap Bryan sambil menggeleng pelan. Gabriel tersenyum mendengarkan keduanya. Ia mencoba menjernihkan suaranya dan mengatur napas. Meski masih pendek-pendek, tapi ia yakin bisa berbicara beberapa patah kata.

"Gimana?" Kata itu yang pertama Gabriel ucapkan. Meski cukup pelan, semua orang di ruangan itu bisa mendengarkan dengan baik. Stevan menegakkan tubuhnya, refleks memperbaiki posisi duduknya juga.

"Mereka mulai bergerak, persis dugaan lo. Semua yang berpotensi membahayakan kita, gue udah hancurin sampai akarnya. Sam yang bikin plotnya, memastikan semuanya terpublish di media tanpa ada yang curiga kita dalangnya, seperti biasa." Gabriel mengangguk. Ia sudah membaca beberapa berita mengenai itu sebelum mereka datang. Seperti biasa, media sangat cepat bergerak.

"Gue udah pastiin Lulu, sekertaris Nathan, denger semua kabar ini. Dalam waktu dekat pasti Nathan juga tau. Untuk perusahaan yang belum bergerak, Lux masih memata-matai. Kita bakal tau kapan pun mereka bergerak dan kita siap buat ancurin mereka juga." Kali ini Bryan yang menjelaskan situasi. Gabriel masih mendengarkan dengan seksama, mencoba mencari titik janggal dari rencana mereka.

"Joffey?" Gabriel tiba-tiba terpikir pamannya. Tidak mungkin dia tidak bergerak setelah tahu ada sesuatu dengan Gabriel sampai harus digantikan oleh Nathan.

"Ada beberapa orang yang ngikutin dia, tapi sejauh ini dia gak tau alasan kenapa Nathan harus gantiin lo. Kita udah sadap semua komunikasinya, jadi kita bakal tau kalo dia bergerak. Kabar bagusnya, gue berhasil bikin Andre, sekertaris sekaligus orang kepercayaan Joffey buat berbalik ke kita. Dia bakal kabarin apa pun yang aneh."

Gabriel tersenyum mendengar kalimat Sam. Tidak menyangka plotnya akan sesempurna ini. Tujuannya hanya untuk menarik Nathan kembali ke sisinya, tapi ternyata banyak sekali yang ikut hancur. Dia selalu tahu banyak yang mengincar posisi dan perusahaannya. Mereka saja yang tidak tahu, Gabriel tidak pernah berjalan sendiri. 

^^^

"Gue udah bilang, jangan maksain diri!"

Gabriel mendongakkan kepalanya begitu mendengar suara rendah tapi tajam milik Nathan. Senyuman tipis terlukis di wajah Gabriel yang tertutup masker. Meskipun begitu, Nathan bisa melihatnya dengan sangat jelas yang justru membuat lelaki itu mendengkus kesal. Tangannya yang terbalut sarung tangan perlahan terulur, menyentuh kening Gabriel yang basah karena keringat. Nathan meringis merasakan sensasi panas di punggung tangannya.

"Demam lo masih tinggi kayak gini dan lo udah kerja aja. Perusahaan lo gak bakal tiba-tiba bangkrut kalo lo tinggal istirahat bentar, L." Gabriel lagi-lagi tersenyum, tapi tidak ada satu kata pun yang dia ucapkan. Alih-alih berbicara, Gabriel mulai membuka aplikasi note di tabletnya dan menulis sesuatu di sana.

Gimana rapatnya?

"Semua baik-baik aja. Lancar. Rapat berjalan mulus dan orang-orang direksi hampir semua percaya lo yang berdiri di depan mereka, bukan gue."

Hampir? Ada yang tau kalo lo bukan gue?

"Gue ketauan Om Joffey tadi. Dia curiga karena gaya presentasi gue beda. Gue yakin dia gak bakal ngomong ke Opa. Gak ada gunanya juga, 'kan? Orang itu cuman peduli sama uang, selama perusahaan kita masih menghasilkan uang dan gak menurun, dia gak peduli sama yang lainnya."

Lo harus hati-hati

"Istirahat, L. Gue gak mau gantiin lo terus. Lo harus turun tangan sendiri."

Gabriel pura-pura memejamkan matanya. Ia masih merasakan genggaman tangan Nathan, tapi tidak sampai sepuluh menit kemudian, genggaman tangan itu menghilang. Gabriel bisa mendengarkan suara pintu yang dibuka dan ditutup perlahan. Tanpa membuka mata, ia bisa memastikan Nathan sudah tidak ada di ruangannya.

Mata Gabriel perlahan terbuka. Benar, tidak ada Nathan sekarang. Hanya ada dirinya sendiri. Gabriel menatap CCTV yang terpasang di sudut atas. Ia melambaikan tangannya pelan, yakin Sam tengah mengawasinya lewat CCTV itu. Tidak sampai lima menit, Sam muncul dengan pakaian santainya, tanpa ada sneli di tubuhnya.

"Lo tau apa yang harus dilakukan, kan?" tanya Gabriel pelan. Sam mengangguk. Ia sejenak memeriksa kondisi Gabriel, membelai puncak kepalanya pelan sebelum meninggalkan Gabriel sendirian di ruangannya.

"Cepet balik jadi Naa yang dulu, please. Gue udah gak punya banyak waktu." Gabriel tanpa sadar berbisik sambil menggenggam gelang couple yang selalu ia dan Nathan kenakan. Gelang pemberian kedua orang tuanya. Tanpa sadar air mata Gabriel mengalir. Ia merindukan Nathan yang dulu, yang selalu ada untuknya, berjalan bersamanya.

Nathaniel ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang