41

22 6 11
                                    

Siang yang terik itu membuat kantin tengah padat di datangi mahasiswa, tak lain halnya dengan Hana, Dersha, dan Difre. Mereka bertiga juga sedang asik bercengkrama, dan dengan tiga gelas jus segar berada di meja mereka.

"Tumben nggak sama Kak Kala Dif?" ucap Hana

"Nggak nih." ucap Difre dengan raut wajah yang tiba-tiba lesu

"Kalian putus?" ucap Dersha cepat

"E buset dah tuh mulut, minta di sekolahin dulu deh kayanya." ucap Difre kesal

"Oh belom ya? Kirain Kak Kala udah sadar"

"Ca, kalo ngomong coba pake bismillah dulu dah"

"Bismillahirrahmanirrahim, Lah kan emang kenyataannya gitu. Apa jangan-jangan kamu pergi ke orang pinter ya biar Kak Kala mau jadi pacar kamu?" ucap Dersha sarkas

"E buset, tambah pedes aja tu mulut. Percuma pake bismillah juga, nggak mempan."

"Ya iyalah, soalnya aku lagi ngomong sama rajanya setan. Harus pake ayat kursi 33x dulu. Baru mempan."

"Han, temenmu nih. Apain dikit kek gitu, biar omongannya anggun kaya Putri Indonesia." ucap Difre sambil memberikan raut wajah memelas kepada Hana

"Susah Dif, udah dari orok begitu kayanya" ucap Hana santai

"Tante Lani —ibu Dersha— ngidam bon cabe level 30 kali ya pas lagi hamil." ucap Difre santai sambil menatap jus nya yang tersisa setengah.

"Tahun segitu bon cabe belom ada pinter." ucap Dersha menambahi.

"Trus ngidam apa dong?"

"Auk... tanya aja sendiri" ucap Dersha acuh

"Mana sini bagi contact Tante Lani"

"Dih mau ngapain? Inget Mama udah punya anak dua, jangan coba-coba jadi Pebior dong" ucap Dersha tidak terima

"Dih siapa juga yang mau jadi pebior pebior itu. Kan tadi kamu sendiri yang suruh aku nanya ke Tante Lani"

"Ih minta di tabok beneran si Difre mah da" ucap Dersha lalu beranjak dari kursi entah pergi kemana.

"Hehhh penggilesan baju!! Mau kemana? Mana contact nya Tante Lani?!!" teriak Difre kepada Dersha yang sudah jauh dari kantin tengah.

Hana hanya memutarkan bola matanya, jengah. Ia tidak dalam mood yang baik hari ini, jadi ia tidak banyak berbicara.

"Han?"

"Hm?"

"Diem diem bae, ngejus napa ngejus."

"Kan udah ini" ucap Hana sambil mengangkat gelas berisi jus mangga.

"Hehe iya juga ya? Btw.. Mau tanya dong."

"Paan?" ucap Hana cuek

"Pebior apaan ya?" ucap Difre sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Auk, tanya aja sama yang bikin istilah" ucap Hana lalu pergi meninggalkan Difre.

"Lah kenapa jadi di tinggal sendirian begini si? Cabut ae lah. Ke Yayang Benin —panggilan kesayangan Difre untuk Kala— aja apa ya? Dia kan lagi ngambek." ucapnya dengan dirinya sendiri, ia mengambil uang kertas sepuluh ribuan di saku celananya dan meletakkan uang itu di atas meja —kantinnya jujur banget ya. Ia hendak beranjak dari kantin tengah, sampai suara cempreng milik Ceu Eneng -penjaga kios jus- menggema di seluruh penjuru kantin tengah.

"Aa' Difreeeee" teriak Ceu Eneng sambil berlari menghampiri Difre.

"Aduh Ceu, kalo mau minta foto atau tanda tangan panggilnya pelan aja nggak usah teriak-teriak begitu. Suara Ceu Eneng terlalu merdu buat kuping saya."

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang