Dia

51 6 4
                                    

Siang itu begitu terik, mereka berempat sedang menikmati es teh mereka masing-masing di kantin tengah. Universitas mereka mempunyai satu kantin yang di kelilingi oleh empat Fakultas, biasanya jika mereka mempunyai jam istirahat yang sama seperti saat ini, mereka akan berkumpul di kantin tersebut.
Meja bundar yang mereka tempati terasa begitu ramai, pasalnya Jensa dan Difre yang tidak henti-hentinya mengeluarkan jokes - jokes receh andalan mereka berdua. Beberapa mahasiswa yang lewat di sekitar meja mereka pun di buat heran, bagaimana bisa kedua cowok tampan itu bersikap seperti itu. Di depan Hana dan Dersha, Jensa dan Difre tidak ada kalem-kalem nya sama sekali. Berbeda dengan orang lain yang ada di depan Jensa dan Difre, mereka berdua akan bersikap sok kalem dan mempertahankan sisi cool nya.

"Han, nanti temenin aku ke Gramedia ya?" pinta Jensa

"Oke, traktir aku es krim tapi ya" jawab nya dengan senyum manis

"Siaap, apa sih yang nggak buat Geana" Jensa mengeluarkan wink nya

"Jen, please. Jangan begitu, tahu nggak si aku jijik dengarnya" Dersha nyeletuk

"Aku ikut ya" pinta Difre

"Ngapain? Nggak, nggak nanti di kira bawa anak lagi" ucap Jensa ketus

"Anggap aja bawa anak kucing" Difre tersenyum lebar

"Anak kucing dari mana? Kalo kamu tuh anak buaya"ujar Jensa

"Buaya nya buaya darat pula. Hahaha" tambah Dersha

"Kalo gini tuh, aku suka mau nyanyi ih" jawab Difre pasrah

"Nyanyi apa Dif?" Hana menimpali

"Betapa malang nasibku, semenjak di tinggal ibu,
Ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja" lanjut Difre dengan suara lantang

"Ish, si dodol malu-maluin" Jensa yang kesal memukul kepala Difre pelan

"Sakit dih" ucap nya sambil mengelus kepalanya

"Lebay, pelan padahal" bela Jensa

"Jen jangan gitu, kasian nanti kalo kepalanya Difre kenapa-kenapa gimana?"

"Uhh aku di belain ayang Hana"

"Iya dong Dif, nanti kalo tingkah kamu makin aneh gara-gara di pukul Jensa. Aku yang pusing ngeliatnya" Hana menjawab dengan muka polos. Sontak semua orang tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Hana. Bagaimana tidak wajah Difre yang tadinya sumringah menjadi kusut seperti belum di setrika.
Di saat yang bersamaan seorang gadis cantik menghampiri mereka berempat, membuat mereka sontak terdiam

"Ehm.. Hai permisi, boleh aku duduk di sini? Meja yang lain udah penuh soalnya"ucap gadis itu

Dengan cepat Difre menjawab," Oh iya, duduk aja kosong kok kursinya" sambil menyingkirkan tas Jensa dari kursi itu, dan melemparkan tas itu ke pemiliknya

"Pelan kek Dif, sakit muka aku" ujar Jensa kesal, dan di balas Difre dengan sebuah tatapan meledek

"Biarin, salah siapa terus-terusan bully aku" ujar Difre marah

"Udah sih, kasian kakak nya bingung lihat kalian berantem terus" Hana menengahi

"Haha nggak apa-apa kok, aku nggak ganggu kalian kan?"

"Nggak kok, kakak namanya siapa? Dari jurusan apa?" tanya Dersha

"Namaku Benindra Kala Putri, dari Ilmu Komunikasi 2016, panggil aja Kala" jelas gadis itu

"Katingmu Han, Jen" Dersha menanggapinya

"Kalian Ilmu Komunikasi juga?"

"Iya kak" jawab Hana dan Jensa kompak

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang