I think (IV)

31 5 5
                                    

"Jensa!!!" semua orang berseru panik

"Jo! Telfon ambulan!" ucap Lone yang sudah berada di samping Jensa dengan wajah paniknya. Hana yang khawatir dengan keadaan Jensa saat ini menangis tersedu-sedu di pundak Dersha. Lana mendekat ke arah Jensa, ia melakukan pertolongan pertama kepada Jensa dengan alat-alat yang ia bawa di dalam tas besarnya.

"Cepet panggil ambulan" Lana berteriak

"Lagi di jalan Lan" ucap Jovian tak kalah panik

"Je-Jensa, kamu kenapa?" ucap Hana di iringin dengan tangisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Je-Jensa, kamu kenapa?" ucap Hana di iringin dengan tangisnya. Ia yang sudah berada di samping Jensa, membelai pipi pria itu perlahan.

"Jensa kecapean doang Han, tenang aja" ucap Lana menenangkan, Lone yang mendengar ucapan Lana menatapnya penuh tanda tanya

Tiutiutiu

Suara ambulan menggema di depan cafe, beberapa orang masuk ke dalam cafe membawa sebuah bangkar dan memindahkan tubuh Jensa ke atas bangkar tersebut. Ambulan pun membawa Jensa yang di temani Lone di dalamnya ke rumah sakit terdekat.
Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Jensa tersadar membuat Lone menghela nafasnya lega.

"Kak" ucap Jensa lemah

"Jangan ngomong dulu deh, kondisi kamu tuh lagi nggak memungkinkan"

"A-aku mau minta sesuatu"

"Huft, ya udah apa?"

"J-jangan kasih tahu Hana kondisi aku sebenarnya"

Lone menelan ludah nya kasar, ia bingung harus bagaimana. Di satu sisi memang ia sudah mengetahui kondisi Jensa sebenernya dan di satu sisi ia tidak ingin membohongi adik tersayangnya.

"Iya" satu kata itu ia ucapkan agar Jensa tidak banyak pikiran dan bisa membuat ia lekas membaik.

Jensa di masukkan kedalam ruang yang bertuliskan UGD, Lone pun menunggu di luar ruangan. Beberapa saat kemudian teman-temannya yang tadi berada di cafe, mulai berdatangan.

"Oppa, Jensa gimana?" ucap Hana khawatir

"Dia tidak apa-apa, sama kaya apa yang Lana bilang. Dia cuma kecapean. Dia butuh istirahat sebentar"

"Padahal hari ini dia nggak ngapa-ngapain" ucap Difre menatap pintu UGD sedih

"Bantuin do'a aja" Hyunza berkata

"Iya" ucap mereka kompak

Satu jam mereka menunggu, tapi belum ada tanda-tanda jika dokter atau suster keluar dari ruangan tersebut. Wajah mereka sudah tampak kelelahan. Bagaimana tidak, sekarang sudah petang dan mereka belum pulang ke rumah atau kost nya masing-masing.
Beberapa menit kemudian, seorang pria yang mengenakan jas putih keluar dari ruangan tersebut. Teman-teman Jensa yang sudah menunggu dari tadi pun langsung menghampirinya.

"Dok, bagaimana keadaan Jensa?" ucap Hana khawatir

"Dia sudah sadar, adik tenang saja" ucap sang Dokter

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang