"Kamu masih aja nanya? Astaga Dif, pusing aku ngadepin kamu tuh!"
Difrendi dan Kala, as always. Berantem karena games.
"Yah... Yang jangan gitu dong." ucap Difre sambil mengusap lengan polos Kala.
"Apasih? Sana jauh-jauh. Urusin aja game-game kamu yang unfaedah itu!!"
"Ihh.. Nggak lagi yang nggak main games lagi kok."
"Halahhh.. Ngomong doang!" ucap Kala, lalu masuk ke dalam cafenya.
Iya, mereka berdua memang sedang berada di cafe milik Kala. Namun, dasarnya Difrendi yang tak bisa melihat sinyal Wi-fi lancar tersia-siakan begitu saja, ia membuka handphonenya lalu kembali berkutat dengan games nya. Padahal sebelumnya ia sudah berjanji tidak akan memainkan games di depan Kala lagi.
Janji hanyalah janji.
Ia hadir untuk di ingkari.
Hm.
"Ayang.... " rayu Difrendi pada Kala yang sedang membersihkan gelas.
"...."
"Kala sayang... "
"...."
"Ih kok diem?"
"...."
"Kamu sakit gigi ya?"
"...."
"Oh bukan.. Sariawan berarti?"
"...."
"Bukan juga? Kamu puasa ngomong ya?"
"...."
"Batre kamu abis apa?" Difrendi menepuk-nepuk lengan, pipi, kaki, jidat, dan kepala Kala.
"Kamu ngapain sih??" ucap Kala kesal.
"Nyari tempat batu batre, mau aku ganti batre abese.. Biar tahan lama."
"DIFRENDI!!!!!!!!"
Semua orang yang ada di cafe pun menutup telinganya masing-masing.
"AKU TUH KESEL SAMA KAMU?!! KENAPA NGGAK PEKA BANGET SI JADI ORANG?!!!"
"Maaf ya, pacar saya lagi kedatangan tamu. Maklumin yaaa." ucap Difre lirih kearah pengunjung cafe sambil menyatukan kedua telapak tangannya.
"Yang.. Jangan marah lagi dong." rayu Difre, dengan wajah memelas nya.
"...."
"Yang..."
"...."
"Aku kasih ini kamu masih marah sama aku lagi nggak?" Difre pun mengeluarkan box kecil berwarna merah dari saku jaketnya. Kala pun mengalihkan pandangannya, semula pada gelas yang sedang ia bersihkan sekarang pada benda di dalam box tersebut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.