1 tahun kemudian.
Tidak banyak yang berubah dari keluarga ini, mungkin hanya ada anak-anak nya yang semakin beranjak dewasa. Anak pertamanya yang sudah bekerja di Kedutaan Indonesia, anak kedua yang baru saja lulus kuliah dan sudah mendapatkan tawaran di sebuah stasiun televisi, dan anak ketiga nya yang tahun ini ia menginjak semester dua di Fakultas Sosial Politik.
Semua anggota keluarga Wirawan tengah berkumpul di ruang keluarga rumah mereka. Seperti weekend weekend biasa, mereka akan meluangkan waktunya untuk bercengkrama dengan anggota keluarga lainnya.
"Kuliah Hana kan udah selesai, Hana mau balik ke Korea." ucap anak gadis satu-satunya di keluarga itu,membuat semua mata tertuju padanya.
"Kenapa tiba-tiba ambil keputusan kaya gitu?" ucap Elry
"Aku kangen Korea" ucap Hana pelan
Semua orang yang ada di ruangan itu terdiam, menyisakan keheningan di antara mereka.
"Dengan syarat kamu harus tinggal di rumah Bibi Eunsa." ucap Daniel, membuat Hana menganggukkan kepalanya pasrah.
"Kenapa Appa setuju gitu aja?" ucap Lone yang kini tengah menatap Ayah nya dengan wajah bingung.
"Hana sudah besar, dia tahu mana yang baik dan buruk buat dirinyaa sendiri."
"Gimana pekerjaan Hana? Dia kan sudah di tawari perkerjaan di Stasiun TV ternama." ucap Lone
"Dia bisa menundanya, Appa tau beberapa tahun belakangan ini adalah tahun-tahun sulit untuk Hana. Mungkin kalau dia kembali ke Korea dia bisa menenangkan dirinya dan kembali ke Indonesia dengan Hana kita yang dulu." ucap Daniel membuat semua anggota keluarga memandang Hana cemas.
Sudah terhitung dua tahun semenjak Jensa meninggal, sejak itu pula sikap Hana sehari-hari berubah drastis. Teman-teman nya sudah mencari cara agar Hana bisa kembali seperti biasa, tapi Hana masih seperti itu. Sering menyendiri, raut wajah yang selalu murung, keadaan mood nya yang tidak menentu, sering sekali ia menolak ajakan teman-teman nya untuk kumpul seperti biasa. Selama ini hanya beberapa kali Hana tersenyum, itu juga berkat Jovian yang tak kenal lelah menghibur Hana.
"Appa, Eomma, Hyung. Aku izin keluar rumah.. Aku ada janji sama Dersha."
"Aku anter ya Noon" ucap Hezain yang di balas dengan anggukan oleh Hana.
Mereka berdua pun sudah di dalam mobil, membelah jalan raya yang saat ini sedang padat entah karena apa.
"Noon, beneran mau balik ke Korea?" ucap Hezain
"Hm.."
"Noona mau ninggalin aku?" ucap Hezain dengan wajah memelas dan suara imut nya yang di buat-buat.
"Tcih.." Hana mendecih pelan sambil tersenyum. "Kamu udah punya Yeri, masih manja aja sama aku" ucap Hana meledek.
Memang sejak Hezain kelas tiga SMA, ia sudah dekat dengan Yeri -adik Jensa- namun mereka baru setahun belakangan ini menjalin hubungan.
Dunia memang sempit ya, Batin Hana
"Ih Noona sama Yeri kan beda. Noona, Kakak aku sedangkan Yeri dia kan... "
"Pacar kamu kan? Haha" ucap Hana cepat lalu di akhiri dengan tawa lepas khas milik Hana.
Mereka berdua kembali terdiam.
"Aku kangen denger ketawa Noona" ucap Hezain pelan, namun masih bisa di dengar oleh Hana. "Noona harus janji sama aku, kalo Noona udah di Korea Noona harus sering-sering ketawa kaya tadi."
"Janji" ucap Hana sambil memberikan sign 'V' dengan senyum lebar di wajahnya.
Lagi-lagi mereka berdua terdiam, kali ini Hezain menyalakan tape di mobilnya. Terdengar musik dengan aliran R&B milik Red Velvet, grup musik asal Negara Gingseng kesukaan Hezain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
Teen Fiction~ Kamu adalah seseorang yang tidak ada di dalam pikiranku sebelumnya, tapi sekarang kamu menjadi salah satu sumber kebahagiaanku.