(15) BROKEN EUPHORIA

4.8K 372 28
                                    

(15)  

BROKEN EUPHORIA





























  Reomrom Han present ^^









  Jina terdiam di kamar mandi, memperhatikan wajahnya di cermin, tangannya ia gunakan untuk menahan berat badan nya pada washtafel, ini sudah hampir dua bulan setelah pernikahannya dengan Hanbin, dan selama itu pula Hanbin tidak pernah menyentuhnya, namun bukan masalah itu yang ingin Jina bahas sekarang.

  Ada yang aneh dalam dirinya.

  Ia hamil kan? Mengapa Jina merasa kosong, Jina tidak merasakan kehadiran siapapun dalam dirinya, Jina pikir saat itu karena kehamilannya baru dua minggu, tapi fakta nya ini sudah delapan minggu lebih dan ia tidak merasakan apapun.

  Ah! Jina lupa, harusnya Ia memeriksanya ke dokter kan.

  Jina meninggalkan kamar mandi dan menghampiri Hanbin yang tengah siap-siap untuk pergi ke kantor.

  "Hanbin, bagaimana jika kita ke rumah sakit." ujar Jina mengusulkan.

  "Untuk apa? Kau sakit?" tanya Hanbin tanpa menoleh.

  "Rasanya ada yang aneh," Jina bergumam kecil.

  "Aneh kenapa, kau yang jangan aneh-aneh, aku harus bekerja." kata Hanbin lagi, kali ini menoleh ke arah Jina, dilihatnya wanita itu seperti tengah melamun.

  "Jina," tegur Hanbin, membuat Jina tersadar.

  "Ne!"

  "Jangan berpikir yang aneh-aneh," kata Hanbin lagi, Jina terlihat murung.

  "Perutku sakit," gumam Jina pelan, tapi Hanbin masih mendengarnya.

  "Kau sakit?"

  "Ini aneh, tapi perutku sakit."

  "Apanya yang aneh Jina, jangan membuatku bingung." kata Hanbin tidak suka, disisi lain ia khawatir mengenai ucapan Jina.

  "Bagaimana jika..."

  Ddrrttt drrrttt

  Ponsel Hanbin bergetar, membuat Jina tidak melanjutkan ucapannya, kemudian Hanbin menyentuh layar itu untuk mengangkat panggilan.

  "Ne, eomma.."

  "Apa kau baik-baik saja?" tanya ibu Hanbin dari seberang sana.

  "Ne." sahut Hanbin.

  "Bagaimana dengan Jina?"

  "Dia mmm perutnya sedang sakit." kata Hanbin melirik Jina.

  "Aigoo, kenapa tidak ke rumah sakit?" ibu Hanbin terdengar khawatir dari sana.

  "Ya, aku akan ke rumah sakit."

  "Yasudah, kabari eomma jika ada apa-apa ya."

  "Iya eomma."

  Panggilan terputus, lagi-lagi Hanbin melihat Jina yang termenung.

  "Kita ke rumah sakit," ajak Hanbin.

  "Aku takut," kata Jina persis seperti gumaman.

  "Wae, kau sakit perut kan?"

  "Iya, tapi aku terbiasa dengan ini."

DESSERT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang