(27) FIRST MEET

1.8K 125 21
                                    

(27)

FIRST MEET






































  Reomrom Han present ^^








"Kau tidak ingin jadi ibu untuk Luxio?" tanya Luhan menatap Jina setelah jeda yang cukup panjang, membuat suasana menjadi hening.

Mereka terdiam selama beberapa saat, sampai akhirnya . . .

Pletak!!

"Aww~~" Jina menjitak jidat Luhan cukup keras.

"Jangan bercanda!"

"Hahahaa habisnya kau menyebalkan, kau sudah menanyakan itu untuk yang kesekian kalinya dan jawabanku masih tetap sama Jina, aku belum siap." ujar Luhan seraya tertawa.

"Tapi Luxio semakin tumbuh besar." Jina menghela nafasnya sebentar, "Begini, it's okay if you don't need a wife, but Luxio needs a mommy." lanjutnya, lupa jika Luxio akan mengerti perkataannya.

"I don't need another mommy." sahut Luxio yang sontak membuat mereka berdua menoleh ke arah anak itu. 

Jina merutuki dirinya sendiri, seharusnya ia tetap berbicara dengan bahasa negara asalnya, karena Luxio tidak akan mengerti, meskipun Jina pernah mengajarinya sedikit-sedikit.

"I already have you." ujar Luxio.

" . . . But, i'm not your mommy, baby." ujar Jina pelan, tidak yakin apakah Luxio akan memahami ini atau tidak, he's just five years old boy, dan mereka sudah bersama sejak Luxio masih berusia satu tahun, meskipun setiap tahun Luxio selalu di bawa Luhan mengunjungi makam ibu kandung nya, tapi mereka masih sangsi apakah Luxio sudah paham atau belum.

"I know," sahut Luxio singkat, "My mommy in heaven, but here . . . you're my mommy." katanya lagi, Jina dan Luhan tercenung mendengar perkataan Luxio, mereka tidak menyangka jika Luxio sudah paham akan hal itu, --akan ibunya yang sudah tidak ada.

"You're my mommy forever." suara Luxio menjadi parau, Jina yang menyadari itu segera membawa Luxio ke dalam pelukannya, mengelus pelan punggung anak itu.

"It's okay if you wanna cry." ujar Jina berbisik, kemudian tangisan Luxio pun menyusul.

Luhan terdiam melihat pemandangan di depannya, ini adalah pertama kalinya ia melihat Luxio menangis seperti itu, sejak Luxio masuk fresh school, anak itu sudah jarang menangis kecuali jika Luhan tidak mengabulkan keinginannya untuk membeli mainan baru, dan kali ini ia melihat tangisan berbeda dari Luxio.

Luhan hanya tidak menyangka jika Luxio-nya  benar-benar sudah tumbuh sebesar ini, sudah paham tentang hidup mereka, sudah paham jika Jina bukanlah ibu kandungnya.

"You're my son too," ujar Jina menenangkan, tangis Luxio semakin memelan seiring anak itu tertidur dalam dekapannya.

*** 

Suasana salah satu restauran cukup tenang malam itu, seorang gadis dengan rambut sebahu berwarna blonde dan berponi tebal terlihat tengah menunggu seseorang di meja makan, sesekali ia mengedarkan pandangannya ke segala arah.

"Permisi, kau Lalice?" sapa seorang pria yang menghampirinya, pria itu terlihat begitu hangat dengan jaket tebalnya.

"Oh, iya, aku Lalice. Kau . . . Hanbin?" sahut gadis bernama Lalice itu balik bertanya.

DESSERT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang