(28) NIGHT CHANGES

1.9K 116 50
                                    

(28)

NIGHT CHANGES





















Reomrom Han present ^^






"H-Hanbin.." Jina terperangah setelah menyadari jika Hanbin-lah yang menahan tangannya, dunia seperti berhenti berputar diatas kepala mereka, membuat keduanya bertatapan cukup lama, seakan tidak percaya dengan apa yang tengah mereka tatap satu sama lain.

"K-kau . . . "

"Boleh aku masuk?" tanya Hanbin pelan.

"Y-ya, silahkan." Jina berjalan mendahului dengan kikuk, jantungnya berdetak sangat cepat, ia bahkan khawatir jika Hanbin menyadari tangannya yang bergetar kecil. Jina tidak siap dengan pertemuan yang secara tiba-tiba ini, --terlebih ia merasa keadaannya begitu kacau, bau dapur, baju yang kusut, dan juga berkeringat. Nampaknya penghangat ruangan di apartment nya bekerja dengan baik.

Hanbin mengikuti dari belakang, memasuki apartment Jina dengan tenang sambil melihat-lihat sekitar, banyak sekali mainan disana, juga foto-foto Luxio yang Jina pajang didinding apartment nya.

"Silahkan duduk." ujar Jina, Hanbin hanya mengangguk, memperhatikan wanita itu melangkah menuju dapur. 

Jina terlihat sangat berbeda sejak terakhir ia melihatnya, terlihat anggun, dewasa dan . . . keibuan.
Oh, iya, tentu saja sudah banyak berubah, Jina bukan lagi gadis sembilan belas tahun yang terakhir kali dia lihat.

"Bagaimana bisa kau tau apartmentku?" tanya Jina tanpa bisa ia tahan lagi, Jina menyodorkan air minum dan beberapa cemilan untuk Hanbin.

"Hmm dari seorang teman." jawab Hanbin tersenyum simpul, kali ini bukan hanya Hanbin yang menilai sebanyak apa perubahan Jina, tapi juga Jina yang bisa melihat begitu banyak Hanbin berubah, sejak kapan ia begitu ramah dengan senyum manisnya itu?

Rasanya kehadiran Hanbin di depannya sekarang seperti sebuah mimpi, Hanbin menghilang dari pandangan nya begitu lama, sangat lama sampai Jina tidak berani berpikir jika Hanbin akan ada dihadapannya hari ini.

"Bagaimana kabarmu?"
"Bagaimana kabarmu?"

Tanya mereka berbarengan, membuat keduanya canggung, bahkan Hanbin tertawa kecil.

"Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?" ujar Hanbin memulai.

"Aku juga baik,"

"Bahkan setelah bertemu denganku?"

"N-ne, apa yang salah dengan itu."

"Hmm mungkin kau lupa, tapi kau berteriak histeris saat aku mengunjungimu di rumah sakit setelah lukaku sembuh." Hanbin menatap Jina yang juga tengah menatapnya, berharap semuanya memang sebaik yang ia harapkan, ia masih begitu takut Jina akan berteriak histeris seperti dulu, meskipun kejadian itu sudah berlalu beberapa tahun silam.

"Aku . . . ya, aku tidak begitu mengingatnya, tapi sekarang, aku baik-baik saja, dan . . . aku minta maaf," Jina mengambil jeda sejenak, tenggorokannya mulai sakit saat ia harus kembali mengingat kejadian itu, "Bagaimana bisa kau mendatangiku seperti ini, padahal aku sudah . . . hampir membunuhmu." Jina menunduk dalam, terdiam dengan rasa bersalahnya pada Hanbin. "--aku juga membuat anak kita meninggal." lanjutnya lagi dengan suara parau, ia bahkan tidak berani menatap Hanbin, ia merasa tidak pantas dimaafkan, apalagi didatangi Hanbin seperti ini.

Hanbin mendekati Jina yang menunduk, kemudian membawa wanita itu kedalam pelukannya, membuat tangis Jina pecah tanpa bisa ia tahan lagi.

"Jangan menyalahkan dirimu seperti ini lagi, jika kau menghitung seberapa banyak kesalahanmu, itu pasti sebanding dengan kesalahanku. Tapi aku pikir, tidak perlu ada yang disalahkan, karena saat itu kita hanya belum dewasa untuk dihadapkan dengan kenyataan yang ada." ujar Hanbin menenangkan, mengelus punggung Jina yang bergetar.

DESSERT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang