» One

6.1K 242 9
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak and sorry jika nemu typo ya. Bantu koreksi typo juga boleh. Terima kasih dan selamat membaca guys 😘♥

Regards,
Wii
______________________________________________

Boston, USA.

Seorang pria berusia sembilan belas tahun tampak sedang menggandeng seorang gadis yang usianya sedikit di bawahnya. Ia membawa gadis itu ke suatu tempat dengan raut kesedihan di wajah tampannya.

"Kita mau ke mana?" tanya sang gadis dengan kerutan kecil di dahinya. Namun pertanyaannya justru diabaikan oleh pria tersebut. Berulang kali dia mencebikkan bibir tipisnya seraya menggumam pelan, "Menyebalkan."

Dan dalam waktu yang singkat, pria itu sudah menghentikan langkahnya dan berdiri di atas pasir putih yang silau karena terkena cahaya matahari. Laut biru di sana mulai bergulung dan menerpa kakinya yang hanya mengenakan sandal biasa.

Sejenak ia menarik napas dalam, menutup kedua mata indahnya, dan merasakan semilir angin laut yang menerpa kulit eksotisnya. Sementara tangan kirinya tetap tertaut pada tangan gadis cantik yang sedang berdiri kebingungan di sampingnya.

"Untuk apa kita ke sini? Ini masih jam dua belas siang, dan kau memintaku untuk berpanas ria di sini. Astaga. Kulitku bisa terbakar, Tn. Azka Davies yang terhormat."

Gadis itu menyatakan protesnya pada pria yang disebutkan sebagai Azka Davies itu. Dia pun melepas genggaman tangan Azka, lalu kembali berjalan pulang. Namun dalam sekejap saja, langkahnya sudah tertarik dengan tangan yang kembali tertaut pada Azka.

Azka berdiri menghadap kearah gadis itu, dengan kedua tangan merengkuh wajah indah gadis yang mungkin saat ini sangat dikaguminya. Tatapannya terlihat teduh dan terdapat setitik air bening di sudut matanya. Dia pun mengeluarkan suaranya yang sudah mulai memberat seiring bertambahnya usia, "Jangan pergi. Biarkan aku di sini bersamamu. Hanya untuk hari ini saja. Setelah itu, kau bisa bebas pergi ke mana pun."

"Kau kenapa, Azka?"

Azka menggigit bibir bawahnya, kemudian menundukkan pandangannya. Ia tidak ingin menunjukkan rasa sedihnya pada gadis itu. "Aku tidak apa-apa, Gabriel. Aku akan baik-baik saja jika ada kau di sampingku," jawabnyaㅡparau.

"Bicara yang jelas, Azka. Aku sama sekali tidak mengerti dengan ucapanmu. Kenapa? Apa ada sesuatu yang berusaha kau sembunyikan dariku? Dan kenapa kau memintaku untuk ada di sampingmu hari ini?"

Azka mendesah pelan. "Malam ini, aku harus berangkat ke Sydney untuk melanjutkan pendidikanku di sana. Ini permintaan dari ayahku. Aku tidak bisa menolaknya. Itu sebabnya kenapa aku memintamu untuk menemaniku hari ini."

"Ck, aku pikir ada apa. Bukannya kau sudah memiliki pacar? Kenapa tidak bicara saja padanya? Kenapa harus aku yang kau ajak bicara, hah?" Gabriel berbicara dengan nada sinis sambil melipat kedua tangannya di depan dada serta memalingkan wajah cantiknya kearah lain.

Lagi-lagi Azka terdengar menghela napas berat. Kedua tangannya kembali menarik tangan Gabriel dan menggenggamnya. Dirinya seakan tidak rela untuk berpisah dengan gadis itu.

"Tidak ada gadis lain, selain kau. Selama ini, aku selalu mendambakanmu. Bahkan aku juga sudah memimpikan, bagaimana jika kita menikah nanti dan memiliki seorang anak sebagai pelengkap kebahagiaan kita. Sejak pertama kali melihatmu, aku langsung jatuh cinta padamu. Aku bahkan takut akan kehilanganmu, Gabriel. Hanya kau gadis yang kucintai. Percayalah," ucap Azka dengan tatapan penuh ketulusan.

My Gabriel (TERSEDIA DI PLAYSTORE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang