» Twenty Four

892 48 2
                                    

// Happy Reading //

"Hey, Daren."

Daren tersentak dari lamunannya ketika pria yang berwajah sama dengan Azka memanggil namanya. Daren menatap malas pria itu dan berkata dengan nada ketus, "Ya."

"Ceritakan padaku, bagaimana Gabriel sewaktu di sekolah dulu? Bukankah dia satu sekolah, bahkan satu kelas denganmu, kan?" tanya Azka.

"Ck, tidak ada yang istimewa darinya."

"Aish, kau ini!" Pria berhoodie merah itu memukul kepala Daren dengan kuat, sehingga membuat Daren meringis kesakitan. "Jawab yang benar! Dia sudah membayarmu mahal untuk mengetahui informasi tentang wanita sialan itu!"

"Hey! Jangan pernah mengatakan bahwa Gabriel wanita sialan," ucap Azka sambil menunjuk pria tersebut dengan satu jarinya. "Aku tidak suka."

"Ya, baiklah."

Daren mendengus kesal. Seandainya saja ia tidak butuh uang saat ini, pasti ia sudah melaporkan semua perbuatan mereka pada pihak berwajib. Ini sudah termasuk tindak kejahatan tingkat tinggi, dan dapat dipastikan mereka terkena pasal berlapis. Namun, apalah daya seorang Daren. Yang ia pikirkan saat ini adalah biaya hidupnya selama di Boston tanpa bantuan dari orang tuanya.

Dan sekedar informasi, Daren tidak pernah akur dengan orang tuanya. Ia selalu bertengkar dengan mereka, terutama sang ayah. Sang ayah tidak pernah mengizinkannya untuk menjadi seorang programmer, karena menurutnya itu pekerjaan yang tidak memiliki penghasilan tetap. Sang ayah selalu menginginkan Daren untuk bekerja di kantornya sebagai seorang CEO. Akan tetapi, Daren menolaknya.

Daren tidak suka bekerja sebagai seorang pemimpin. Karena menurutnya, pemimpin mempunyai tanggung jawab yang besar atas perusahaan dan karyawannya. Ia tidak ingin dibebankan oleh hal-hal semacam itu. Tidak sama sekali. Daren hanya ingin bekerja sebagai programmer sejati. Itulah cita-citanya sejak pertama kali dirinya mengenal dunia teknologi.

"Berhentilah menjadi programmer, Daren."

Itulah kata yang terucap dari bibir sang ayah. Awalnya, ucapan sang ayah tidak terlalu keras. Mungkin beliau mencoba untuk memberi pengertian pada anaknya. Akan tetapi, sang anak justru memberontak dengan ungkapan kasarnya. "Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah berhenti menjadi programmer! Ayah tidak berhak melarangku! Aku akan tunjukkan pada ayah, bahwa seorang programmer itu bisa mendapatkan uang yang lebih banyak dibandingkan uang yang ayah berikan padaku selama ini!"

Dan detik itu juga, Daren mendapatkan tamparan keras dari sang ayah yang bernama Chandler Barker. Chandler mengusir Daren dari rumah dan menantang putera-nya itu.

"Pergi kau dari sini! Jangan pernah kembali sampai kau menunjukkan padaku uang hasil dari pekerjaan bodohmu itu! Aku akan menerimamu kembali jika kau mampu membuktikannya padaku!"

Seperti itulah ungkapan kekesalan Chandler pada Daren. Dan pada saat yang sama, Daren pun pergi. Ia membawa semua pakaian serta fasilitas Macbook yang ia miliki. Tidak ada niatan Daren untuk meminta maaf pada Chandler. Sementara sang ibu yang bernama Amie Durham hanya bisa terdiam dan menangis. Amie juga kesal pada sikap putera-nya, tetapi ia juga tidak rela jika Daren meninggalkannya. Amie bingung harus berbuat apa saat itu. Ia hanya bisa menangisi kepergian putera-nya yang hingga kini tak kunjung kembali.

"Hey, Daren!"

Sekali lagi, Daren tersadar dari lamunannya karena teriakan Azka. Ia menghela napas kasar lalu berkata, "Aku memang satu kelas dengannya, tapi aku tidak tahu banyak tentangnya. Dia sangat tertutup di sekolah. Tidak ada yang ingin berteman dengannya, kecuali Azka."

"Kenapa tidak ada yang ingin berteman dengannya? Bukankah dia cantik?" tanya pria berwajah mirip Azka itu dengan dahi yang berkerut.

"Ya, kuakui dia cantik," jawab Daren. "Tapi, ada satu hal yang membuatnya tidak disukai teman-temannya."

My Gabriel (TERSEDIA DI PLAYSTORE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang