» Nine

2.1K 110 2
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak and sorry jika nemu typo ya. Bantu koreksi typo juga boleh. Silahkan dibaca dan semoga suka ya. Terima kasih 😘♥

Regards,
Wii
______________________________________________

Di ruang tamu, Rodrigo terlihat mondar-mandir sambil memegang ponsel di tangannya. Sesekali iris birunya menatap kearah jarum jam yang sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Putri kesayangannya pun tak kunjung pulang. Berulang kali ia menghubungi ponsel sang putri, namun tidak mendapat jawaban sama sekali. Tentu saja hal itu membuat tingkat kecemasannya semakin tinggi.

"Di mana dia? Kenapa jam segini belum pulang juga?" gumam Rodrigo seraya menggigit ibu jarinya. "Apa terjadi sesuatu padanya? Ah, tidak mungkin. Come on, Igo. Jangan berpikiran buruk. Putrimu pasti baik-baik saja. Ya, semua baik-baik saja."

Ia kembali melanjutkan aktivitas mondar-mandirnya tanpa menyadari ada seseorang yang sedang memperhatikannya sejak tadi. Seseorang itu tak lain adalah istri tercintanya, Rossalina Pedro. Wanita cantik itu tersenyum geli melihat tingkah suaminya yang saat ini dalam kondisi cemas.

Rossalina yang memang basicly adalah seorang indigo, sudah mengetahui terlebih dahulu di mana keberadaan putrinya. Ia tahu jika putrinya sedang menjalin kasih dengan seorang pemuda yang menurutnya adalah orang baik.

Ia menghampiri suaminya, kemudian melipat kedua tangannya di dada sambil berkata, "Dia baik-baik saja sayang. Kau tidak perlu khawatir seperti itu. Saat ini dia sedang ada di pantai bersama dengan orang yang dicintainya. Mereka dipertemukan kembali oleh Tuhan. Percayalah sedikit padanya. Mungkin juga sebentar lagi mereka akan kembali. Jadi, kau tenang ya."

Rodrigo menoleh ke belakang. Ia ingin protes, namun terhalang oleh suara klakson mobil yang berasal dari luar rumahnya. Rodrigo langsung berlari kearah pintu dan mengabaikan istrinya. Pintu pun ia buka, kemudian iris birunya bertemu dengan sosok Gabriel yang tersenyum manis padanya.

Seketika, Rodrigo mengucap syukur dalam hati karena putrinya memang dalam kondisi baik. Namun ia memasang wajah kaku dan terkesan datar. Tatapannya sangat dingin sehingga membuat Gabriel terpaksa menengguk salivanya. "Dari mana saja kau, hah? Kau tahu, ini sudah jam berapa?"

Gabriel tertunduk dengan bibir yang mengulum ke dalam. Ia memainkan jemarinya karena merasa takut disaat melihat ayahnya marah. Ia bingung harus mengatakan apa. Lidahnya benar-benar sangat keluh saat ini.

"Katakan, Gabriel. Kau dari mana? Kenapa tidak mengabari ayah?" tanya Rodrigo lagi dengan nada datar bercampur amarah.

"A-aku dari..."

"Dia bersama saya, Tn. Rodrigo. Saya yang mengajaknya pergi ke pantai tadi. Maafkan saya yang sudah menculik putri anda beberapa jam yang lalu," sambung Azka yang sudah berdiri tepat di samping kanan Gabriel. "Ini bukan salahnya, Tuan. Jika ingin marah, maka marahlah pada saya."

Rodrigo menatap sinis kearah Azka. Ia tahu jika pemuda itu adalah pria yang selama ini ditunggu oleh putrinya. Rodrigo terlihat melipat kedua tangannya di dada, kemudian berkata sinis, "Kenapa kau kembali, hah? Kau tahu, putriku ini selalu menangis karenamu. Kau secara tidak langsung sudah menyakitinya dengan janji-janji palsumu itu."

"Maafkan saya, Tuan. Saya memang salah, karena telah membiarkan putri anda menunggu lama. Saya juga tidak memberinya kabar melalui surat. Saya terlalu sibuk kuliah dan bekerja di sana. Berusaha untuk mengumpulkan uang, dengan harapan bisa menikahi putri anda secepatnya."

Azka memberi jeda sebentar seraya mengambil napas dalam, kemudian membuangnya perlahan. Setelahnya, ia kembali melanjutkan ucapannya, "Janji saya tidak palsu, Tuan. Saya benar-benar ingin menikahi putri anda. Saya mencintainya dan akan terus seperti itu untuk selama-lamanya. Niat saya ke sini juga untuk membicarakan hal ini pada anda, Tuan. Saya berharap, anda bisa memberikan restu untuk kami berdua."

My Gabriel (TERSEDIA DI PLAYSTORE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang