» Twenty One

991 56 2
                                    

///

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

///

London, Inggris

Azka melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Ia terlihat gelisah di kursi tunggu bandara. Sejak tadi, bola matanya terus mengitari seisi ruang tunggu dengan kaki yang terus bergoyang karena gelisah. "Astaga. Kenapa Chris lama sekali? Harusnya waktu penerbangan sudah berjalan. Tapi, kenapa dia belum kembali juga?"

Karena merasa gelisah, Azka pun memutuskan untuk menghubungi Chris. Namun, panggilannya terabaikan. Berulang kali ia mencoba, tetapi hasilnya tetap sama. Dan umpatan-umpatan kasar pun mulai keluar dari bibir pria tampan ini. "Sial! Aku harus segera menemui Gabriel. Aku harus melihat sendiri tanda itu," gerutunya kesal.

Tak berapa lama, Chris muncul dengan wajah yang lesu. Ia duduk di samping kiri Azka, kemudian berucap pelan, "Maafkan aku, Azka."

"Maaf untuk apa?"

"Penerbangan tertunda. Kita harus menunggu penerbangan selanjutnya besok. Hari ini, cuaca sangat buruk dan pihak maskapai tidak ingin mengambil resiko."

"Shit!" Azka menggeram marah. Ia kesal karena penerbangan ditunda hingga besok pagi. Sementara dirinya harus segera bertemu dengan Gabriel untuk memastikan satu hal. "Rencanaku gagal lagi. Sialan!"

"Tenanglah, Azka. Masih ada hari esok. Kau jangan cemas."

Azka mengacak rambutnya dengan kasar. Dirinya tak dapat berpikir jernih untuk saat ini. Ia tak tahu lagi harus bagaimana, karena ini juga sudah merupakan keputusan dari pihak maskapai. Ia juga tidak bisa memaksakan kehendak.

Azka menghembuskan napas kasar. Setelahnya, ia menatap sahabatnya itu dengan tatapan sendu. Ia berkata, "Aku tidak akan bisa tenang, sebelum misteri ini terpecahkan, Chris. Ini tentang hidup calon istriku. Aku tidak ingin dia terpuruk hanya karena berita gila itu. Aku harus segera membuktikan bahwa dia tidak bersalah dalam hal ini."

"Ya, aku tahu itu. Tapi, kita juga tidak bisa memaksakan mereka untuk melakukan penerbangan hari ini juga. Jika kau ingin membuktikan itu semua, maka kau juga harus mementingkan keselamatanmu. Berhentilah bersikap egois, Azka."

Azka menghirup napas dalam. "Kau tidak mengerti perasaanku saat ini, Chris. Kau tidak mengalami hal ini. Calon istrimu tidak dalam masalah berat seperti yang dialami calon istriku. Clarissa selalu mendapatkan pujian sejak dia kecil hingga dewasa oleh semua orang. Sedangkan Gabriel, aku tahu bagaimana penderitaannya. Dia selalu mendapat cemoohan, cacian, hinaan, dan lain sebagainya. Jika kau menjadi dia, mungkin kau tidak akan sanggup untuk menjalaninya. Mungkin kau memilih untuk mengakhiri hidupmu."

Chris hanya diam. Ia tidak tahu harus mengatakan apalagi, karena saat ini ia tahu bahwa hati Azka sedang diselimuti rasa kegelisahan terhadap Gabriel. Ia paham akan hal itu. "Jangankan kau, Chris. Aku saja tidak sanggup saat mendengar hinaan mereka. Bahkan mereka sanggup mem-bully Gabriel dengan sangat kejam di sekolah. Aku yang selalu membantu dan menjaganya setiap saat. Karena apa? Karena aku mencintainya. Setiap detik, aku selalu mengkhawatirkan keadaannya. Hanya saja, tidak terlalu aku tunjukkan padamu," lanjut Azka seraya tertunduk lesu.

My Gabriel (TERSEDIA DI PLAYSTORE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang