» Fifteen

1.2K 68 13
                                    

💬 +1 617-295-XXXX : Aku tidak akan pernah membiarkan hidupmu tenang, Gabriel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💬 +1 617-295-XXXX : Aku tidak akan pernah membiarkan hidupmu tenang, Gabriel. Ingat hal ini baik-baik.

💬 Gabriel : Kau siapa? Apa kau Tn. Diego yang sedang menyamar untuk menakutiku, hah?

💬 +1 617-295-XXXX : Kau tidak perlu tahu siapa aku. Yang jelas, aku bukanlah Diego yang kau maksud. Kau akan tahu setelah kau merasakan sakit. Saat kau terpuruk, maka aku akan muncul di hadapanmu sebagai orang pertama yang menertawakanmu.

💬 Gabriel : Crazy people!

💬 +1 617-295-XXXX : Terserah kau ingin mengataiku gila, atau semacamnya. Aku tidak peduli. Bagiku, penghinaanmu itu tidaklah penting. Yang terpenting adalah pembalasan dendamku harus segera terlaksana, agar kau segera menderita.

Gabriel melemparkan ponselnya di atas kasur. Kedua matanya masih menatap ngeri kearah ponsel tersebut. Ia benar-benar tidak tahu harus berkata apalagi untuk membalas pesan dari si pengirim misterius itu. Ia menggumam, "Aku yakin, itu pasti Tn. Diego. Siapa lagi yang menaruh dendam padaku, selain dia. Aku harus mengatakan ini pada Azka."

Gabriel kembali meraih ponselnya, lalu menekan nomor Azka di layar. Akan tetapi, Azka tidak menjawab panggilannya. Ia mencobanya sekali lagi, namun hasilnya tetaplah sama. Dan saat dirinya ingin menelepon untuk yang ketiga kalinya, ia baru sadar jika sang kekasih pasti masih berada dalam pesawat. Sore tadi, pesawat Azka baru saja terbang ke London.

"Astaga! Kenapa aku jadi pelupa seperti ini? Huh!" Gabriel pun kembali mencampakkan ponselnya di atas tempat tidur. Ia melemparkan tatapannya kearah luar jendela yang sedikit berembun karena hujan. Helaan napas berat terdengar jelas darinya. "Siapa dia? Haruskah aku melacak nomornya? Ck, ini sangat merepotkan," gumamnya kesal.

"Gabriel," panggil seseorang dari arah belakang.

Gabriel pun menoleh. "Ya, Ayah. Ada apa?"

"Kenapa kau tidak turun, hm? Kau belum makan, kan? Ayah sudah menunggumu sejak tadi sayang," ucap Rodrigo sambil menghampiri Gabriel dan ikut duduk di tepi tempat tidur puteri-nya. "Ibu cerita pada ayah bahwa kau baru saja mendapatkan pesan dari seseorang yang misterius. Benar begitu?"

Gabriel mengangguk sembari menjawab dengan nada kesal, "Benar, Ayah. Orang itu sangat menyebalkan. Dia mengancamku, Ayah. Aku benar-benar takut."

"Apa kau mencurigai Tn. Diego?"

"Ya, Ayah. Perasaanku mengatakan kalau si pengirim misterius itu adalah Tn. Diego. Tapi, aku masih belum yakin sepenuhnya, karena belum ada bukti apapun," jawab Gabriel jujur.

Rodrigo menghela napas cepat dan terdengar kasar. Ia mengusak wajahnya yang sudah memerah, karena amarah. Ia juga berpikiran sama dengan Gabriel. Namun, ia juga tidak bisa menuduh seseorang tanpa adanya bukti yang jelas jika si pengirim itu adalah Diego Velez. "Ayah juga berpikiran sama denganmu, Nak. Ayah juga belum yakin sepenuhnya untuk menuduh Tn. Diego. Tapi, jika bukan dia yang mengirim, lalu siapa?"

My Gabriel (TERSEDIA DI PLAYSTORE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang