» Twenty Two

921 49 5
                                    

///

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

///

Boston, MA, AS

"Bos, ini gawat!"

Seorang pria tampak tergesa-gesa mendekati pria misterius yang sebelumnya meneror Gabriel dan mengancam Rossalina yang sedang duduk bersantai di bangku taman dengan menggunakan hoodie-nya. Wajahnya tampak pucat dan penuh keringat. Di tangannya terdapat sebuah Macbook berwarna silver. Ia duduk di samping pria misterius itu.

"Gawat apanya?"

"Aku baru saja mendapatkan info darinya, Bos. Dia mengatakan bahwa Azka menghubungi Tn. Rodrigo beberapa jam yang lalu."

Pria misterius itu tersentak kaget dan langsung menoleh ke samping kirinya dan bertanya tak percaya, "Ka-kau tidak bercanda, kan?"

"Untuk apa aku bercanda, Bos. Ini serius. Azka akan pulang ke Boston besok. Bagaimana ini? Rencana kita pasti akan gagal kalau sampai Azka benar-benar pulang besok."

"Shit!" Pria misterius itu memaki kecerobohannya, "Aku sudah menduga ini akan terjadi. Semua kacau karena dia. Ck, sudah kukatakan berulang kali kalau cara ini tidak akan berhasil."

"Kita pindah ke rencana selanjutnya saja, Bos. Hentikan rencana yang ini. Aku juga tidak yakin rencana ini akan berhasil."

"Ck, dia itu keras kepala. Kau tahu sendiri, kan? Dia tidak akan pernah mendengarkan ucapanku."

Pria misterius itu bangkit dari kursi yang didudukinya, kemudian berjalan mondar-mandir seraya memikirkan cara untuk segera menuntaskan niat pembalasan dendam ini. "Cepat kau hubungi dia, dan minta dia untuk menemui kita di sini," ucapnya.

"Baik, Bos."

🍂🍂🍂

Di siang menjelang sore ini, Rodrigo tampak berberes-beres di kantornya. Ia menyusun beberapa berkas yang telah selesai ia tandatangani di atas mejanya. Salah satu asisten pembantu pun turut membantunya. "Letakkan saja berkasnya di sini. Aku akan pulang sebentar ke rumah. Kau boleh beristirahat selagi aku belum kembali ke sini. Paham?" ucapnya pada Zivana.

"Paham, Tuan."

Rodrigo pun keluar dari ruangannya. Ia memasuki lift dan tanpa sengaja berpapasan dengan Steve. Rodrigo terlihat cuek, tetapi Steve justru terlihat sangat gugup. Karena hanya ada mereka berdua di dalam lift tersebut. Berulang kali Steve melirik kearah Rodrigo yang berdiri tepat di depannya. Dan disaat bersamaan pula, Rodrigo menatap Steve yang sedang memandanginya dari arah dinding lift.

"Kenapa kau gugup seperti itu? Apa ada yang kau sembunyikan dariku?" tanya Rodrigo tanpa membalikkan tubuhnya ke belakang.

"Ah, ti-tidak, Tuan."

"Lalu, kenapa kau gugup? Dan kenapa kau terus melirikku seperti itu?"

Steve tertunduk. Deru napasnya mulai terdengar tak beraturan. Keringat dingin keluar dari dahinya. "Ti-tidak apa-apa, Tuan. Sa-saya hanya gu-gup be-berada satu lift dengan anda, Tuan," jawabnya terbata.

My Gabriel (TERSEDIA DI PLAYSTORE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang