» Nineteen

1K 59 6
                                    

///

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

///

Boston, MA, AS

"Bagaimana?" Pria misterius itu mendekati sosok yang berada di balik kegelapan. "Apa kau sudah berhasil mencegahnya?"

"Tentu saja," jawab pria misterius yang belum diketahui identitasnya itu. Ia masih mengenakan penutup kepala, sehingga wajahnya tidak jelas terlihat. Begitu pula dengan lawan bicaranya. Lawan bicaranya juga berjenis kelamin pria. Dia bersembunyi di dalam kegelapan.

"Bagaimana reaksinya?"

Pria misterius ber-hoodie itu tertawa mengerikan dan terlihat begitu senang saat mengingat kembali ekspresi takut yang ditunjukkan Rossalina padanya. Setelahnya, ia menjawab, "Tentu saja dia ketakutan. Sayang sekali kau tidak dapat melihatnya. Jika kau melihatnya, pasti kau akan tertawa juga. Awalnya dia menantangku. Tapi, setelah aku memberinya dua pilihan yang mengerikan, dia langsung menunjukkan ekspresi ketakutannya padaku. Ini benar-benar menyenangkan. Ternyata adegan ini tidak hanya ada di adegan film action yang sering aku lihat. Ini nyata."

"Ck, kau terlalu berlebihan." Pria yang berada di balik kegelapan itu tampak berjalan mendekati pria misterius yang menjadi lawan bicaranya. Postur tubuhnya tinggi, dan tegap. Hanya postur tubuhnya yang terlihat. Wajahnya sama sekali tidak kelihatan karena tidak adanya penerangan di jalan sempit itu. "Masih banyak lagi yang harus kita lakukan. Jadi, kau jangan terlalu senang dulu. Kita harus menyusun strategi lain untuk membuat mereka hancur, terutama Gabriel. Paham?"

"Ya, aku paham. Tapi, bagaimana aku bisa meneror-nya, hah? Ponsel Gabriel sudah mati. Mungkin dia sengaja membantingnya. Atau mungkin dia sudah mengganti sim card-nya."

Pria bertubuh tegap itu terdiam sesaat. Mungkin sedang berpikir, bagaimana caranya untuk meneror Gabriel kembali. Meski ekspresinya tidak terlihat, tetapi cara dia melipat kedua tangannya terlihat begitu jelas bahwa dirinya sedang berpikir. "Kita minta dia untuk melacaknya lagi. Atau kita sewa salah satu karyawan di sana untuk menerornya. Bagaimana?" ucapnya kemudian.

"Ya, itu ide yang bagus. Tapi, bagaimana dengan bayarannya? Aku tidak punya uang banyak. Uangku sudah habis untuk membeli majalah-majalah dewasa. Aku tidak ingin ketinggalan koleksi mereka. Apalagi majalah khusus yang memperlihatkan lekukan tubuh pujaan hatiku."

Seketika, tangan pria bertubuh tegap itu memukul kepala pria ber-hoodie itu dengan kuat. "Dasar mesum! Bisakah kau tidak memikirkan itu sebentar saja, hah?"

"Hey, jangan melarangku untuk tidak memikirkan hal itu. Kau tidak perlu munafik. Aku tahu, kau juga suka bermain panas dengan bitch, kan? Huh! Aku sudah tahu tentangmu," balas pria ber-hoodie itu dengan ucapan sarkasme sambil mengusap kepalanya yang masih berdenyut. "Jika bukan karena dia, mungkin aku tidak akan bekerjasama dengan pria sepertimu. Ck, kau sudah mengambil jatahku lebih dulu. Harusnya aku yang menidurinya, bukan kau."

My Gabriel (TERSEDIA DI PLAYSTORE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang