» Twenty

1K 61 6
                                    

///

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

///

Boston, MA, AS

Gabriel terlihat duduk bersandar di sofa sambil memainkan remote tv-nya. Sejak tadi, ibu jarinya bergerak untuk menukar channel tv yang semuanya menyiarkan berita tentang dirinya. Ia merasa bosan dan muak. Entah sampai kapan ia harus bertahan dalam menjalani cobaan ini. Dirinya benar-benar terlihat putus asa akibat video mesum yang beredar luas di dunia maya tersebut.

Sesaat ia menghela napas berat. Matanya terpejam, sementara tv masih menyala. Airmata pun turut keluar dari kedua sudut matanya. Hati dan pikirannya benar-benar kacau. Dirinya juga merasa bingung harus berbuat apa selama masa cuti ini. "Tuhan, sampai kapan cobaan ini akan terus menghantuiku? Aku benar-benar tidak kuat menanggungnya sendirian, Tuhan," batinnya.

"Gabriel," Rossalina memanggil puteri-nya, lalu duduk di sampingnya. "Berhenti memikirkan hal ini. Bersikaplah santai jika kau memang tidak melakukannya. Abaikan berita-berita bodoh itu. Seiring berjalannya waktu, berita tersebut akan lenyap dengan sendirinya. Lebih baik, kita melakukan hal positif saja di luar."

Gabriel membuka mata, kemudian membenarkan posisi duduknya untuk menghadap Rossalina. Ia menghapus jejak airmata yang sempat membasahi pipinya. Dia pun berkata, "Misalnya?"

"Eum... Kita bisa shopping bersama. Atau mencoba berbagai macam kuliner di kota ini. Atau mungkin, kita bisa mengunjungi beberapa panti asuhan untuk menyumbangkan beberapa pakaian dan mainan di sana. Itu lebih menyenangkan, menurut ibu."

"Tapi, aku tidak mungkin bisa keluar, Bu. Para wartawan itu pasti akan mengikutiku dan meminta konfirmasi tentang video gila itu. Aku tidak bisa pergi ke manapun sekarang," ucap Gabriel seraya tertunduk lesu.

Rossalina tersenyum. Ia membelai lembut rambut Gabriel yang terurai. "Kau tenang saja. Ibu punya cara agar kau bisa keluar tanpa ketahuan oleh wartawan," ucapnya kemudian berbisik di telinga sang puteri.

Gabriel pun tampak mengangguk setuju. Ia tersenyum sumringah, lalu mengikuti langkah sang ibu menuju ke kamarnya. Entah apa yang dibisikkan oleh Rossalina tadi, sehingga membuat Gabriel merasa senang dan bahagia. Ia juga mulai terlihat tenang meski masalah yang ia hadapi belum terselesaikan.

Selang beberapa menit, Gabriel dan Rossalina sudah keluar kembali dari kamar Gabriel. Rossalina tampak masih mengenakan pakaian yang sama. Sementara Gabriel, penampilannya sedikit terlihat berbeda. Ia mengenakan masker penutup hidung dan mulut. Selain itu, ia juga mengenakan kacamata berwarna hitam dengan rambut yang tergerai bebas. Selanjutnya, ia menutupi kepalanya dengan hoodie berwarna merah agar tidak terlihat oleh wartawan. Mungkin hal ini yang dibisikkan oleh Rossalina tadi.

Mereka berjalan beriringan menuju ke pintu utama. Di sana sudah ada mobil sedan berwarna hitam yang menanti kedatangan mereka berdua. Terlihat seorang sopir membukakan pintu belakang untuk kedua makhluk cantik nan seksi ini. Setelah memastikan majikannya masuk, sang sopir bergegas masuk ke kursi driver dan menjalankan mobilnya secara perlahan meninggalkan pekarangan rumah mewah tersebut.

My Gabriel (TERSEDIA DI PLAYSTORE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang