» Fourteen

1.4K 76 13
                                    

Diego melajukan kendaraan roda empatnya dengan kecepatan di atas rata-rata di jalan raya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diego melajukan kendaraan roda empatnya dengan kecepatan di atas rata-rata di jalan raya. Saat ini ia tidak peduli lagi akan keselamatan nyawanya, ataupun nyawa orang lain. Amarah yang memuncak dalam hatinya, membuatnya tidak bisa berpikir jernih. "Sial! Sial! Sial! Karena dia, aku tidak bisa mendapatkan wanita yang kuinginkan! Aku bersumpah akan membuatmu menderita seumur hidupmu! Aku tidak akan pernah membiarkanmu hidup tenang di atas kekalahanku! Kau lihat saja apa yang akan aku lakukan padamu nanti!"

Diego berteriak sendirian di dalam mobil yang masih melaju kencang itu. Bahkan ia berulang kali memukul setir sambil tetap memaki orang yang sudah merusak rencananya untuk memiliki Gabriel. Rahang Diego terlihat menegas dengan wajah yang memerah penuh amarah. "Jika aku tidak bisa memilikimu, maka pria lain juga tidak boleh memilikimu, Gabriel. Aku akan memberi perhitungan pada setiap pria yang berusaha mendekatimu, termasuk si berengsek itu."

Hhh... Seperti inilah sifat Diego. Ia tidak akan pernah mengalah pada kekalahan. Apapun yang diinginkan haruslah ia dapatkan. Jika Diego tidak mendapatkannya, maka ia akan membuat orang lain juga tidak akan pernah mendapatkannya pula. Ck, sungguh sifat yang buruk.

Setelah mengumpat kesal berulang kali, akhirnya Diego menghentikan mobilnya tepat di tepi jalan. Ia menekan rem secara tiba-tiba, sehingga menimbulkan suara decitan dari ban mobil bagian belakang. Untungnya, tidak ada kendaraan lain yang melintas tepat di belakangnya. Jika tidak, hal itu akan berakibat fatal pada orang lain dan juga dirinya.

Diego menarik rem tangannya, kemudian mengambil ponsel yang ada di dashboard mobilnya. Ibu jarinya menggeser daftar nama kontak ponselnya. Sebuah nama muncul di sana yang bertuliskan 'Abel Jacobs'. Diego menekan nama tersebut, kemudian meletakkan ponselnya ke telinga sebelah kanan.

"Halo, Abel," sapa Diego saat panggilan tersebut diterima. "Apa kau sibuk hari ini?"

"Tidak, Diego. Kebetulan sekali jadwalku hari ini tidak terlalu padat. Memangnya kenapa? Tidak biasanya kau bertanya seperti itu padaku."

"Aku perlu bantuanmu saat ini. Bisa kita bertemu sekarang? Posisiku sudah hampir dekat dengan tempat kerjamu. Mungkin sekitar sepuluh menit lagi aku akan tiba di sana." Diego menyandarkan kepalanya di jok tempat duduknya, dengan tangan kiri yang terus memijat pelipisnya.

"Bantuan? Apa kau sedang mengalami masalah? Apa ini tentang wanita lagi?"

"Hhm."

"Astaga, Diego. Sudah berulang kali kukatakan padamu. Berhentilah berurusan dengan wanita. Cobalah untuk menjalani hidup yang serius. Jangan terus bermain-main seperti ini. Kau sudah dewasa, dan kau membutuhkan pendamping untuk menjagamu hingga tua nanti. Harusnya kau belajar dari pengalaman pernikahanmu sebelumnya," cerocos Abel di seberang sana.

Diego mendengus kesal. Ia malas jika harus mendengarkan ceramah dari Abel yang tak lain adalah sahabat karibnya. Jika sudah seperti ini, biasanya Diego akan menjauhkan ponselnya dari telinga, dan membiarkan Abel berbicara sendiri. Ia hanya akan menyalakan loadspeaker ponselnya, dan hanya sesekali menjawab ucapan Abel. Seperti yang dilakukannya saat ini.

My Gabriel (TERSEDIA DI PLAYSTORE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang