JDS-28

1.2K 54 0
                                    

Mungkin ini takdirku, satu hari merasa sakit dan hanya satu detik merasakan kebahagiaan, jika memang begitu aku akan tetap bersyukur karena ada celah kebahagiaan di antara sakit tersebut
_JinggaBrovi

"Lo mau tau apa yang terjadi? Apa penyakit Vanila". Tidak tahu berapa cepat nya antara pernyataan Jingga dan anggukan dari kepala Leo, Jingga tersenyum lalu mulai menceritakan.

"Jinggaaaa!!". Baru saja Jingga hendak bercerita namun teriakan tersebut membuat Jingga, Samudra dan Leo langsung melihat ke arah suara, Gerry baru pergi dan sudah balik lagi? Queena kemana? Ini sudah sangat larut, Gerry mendekat, wajah nya suram, kegelisahan yang terdapat disana.

"Abang?" Tanya Jingga bingung melihat saudara nya itu panik.

"Cepetan pulang bareng gue". Gerry menarik tangan Jingga, Jingga bingung lalu menarik lengan nya dari tarikan Gerry.

"Abang kenapa? Queena mana? Kok ngajak pulang? Jingga mau nemenin Vanila abang." Gerry tidak menjawab namun mengambil lengan Jingga lagi dan menarik nya lagi, sekarang dengan sangat kuat.

"Bang? Lo mau bawak Jingga kemana? Biar gue anter deh." Ujar Samudra, keinginan Samudra untuk berbaik hati malah ditatap tajam oleh Gerry, Gerry menghembuskan nafasnya.

"Gak usah! Lo urus aja urusan lo! Ini urusan keluarga gue." Dingin, sangat dingin, sedangkan Jingga adik nya Gerry pun jadi takut karena abang nya ini tidak pernah ngomong ketus begitu, hari-hari nya selalu happines. Namun sekarang? Jingga langsung mengerti jika ini masalah yang serius, Jingga melihat ke Samudra lalu menganggukkan kepala nya.

"Gapapa Am, kamu disini aja dulu, tolong jagain Vanila ya, aku mau pergi sama abang."

"Cepetan Ga". Gerry menarik tangan Jingga lagi dan kali ini Jingga menuruti perintah Gerry. Gerry membawa Jingga ke mobil nya, di dalam mobil Gerry pun tidak mengeluarkan suara, hanya tenang, tambah meyakinkan Jingga bahwa ini pasti ada apa-apa.

"Abang?" Kesedihan menyelimuti Gerry, terlihat dari tatapan nya.

Gerry menjatuhkan air mata nya namun dengan cepat ia menyeka nya, Gerry tambah mempercepat jalan mobilnya.

"Abang kenapa?" Tanya Jingga panik, lalu mengarahkan badan nya ke Gerry.

"Abang, pasti ini ada apa-apa kan bang? Kenapa? Ginzo? Ayah? Bunda? Atau siapa bang?" Tanya Jingga bertubi-tubi, namun Gerry tetap diam menatap ke depan.

"Abang kasi tau gue kenapa?" Tanya Jingga terisak karena Gerry tak kunjung menjawabnya.

"Perusahaan Ayah ditipu sama Afdal Group".

Jleb

Seperti di hantam oleh batu besar, Jingga tidak bersuara lagi, melihat ke depan dengan ke- shok an nya, yang dipikirkan nya sekarang hanya Bromo, Bromo dan Bromo, ayahnya. Mobil berhenti di sebuat rumah, rumah milik Brovi. Jingga cepat-cepat turun lalu masuk ke dalam rumah nya, yang dicarinya pertama kali bukanlah Bromo atau Viona melainkan Ginzo, adik nya. Jingga berlari ke kamar adik nya tersebut.

Tok!! Tok!! Tok!!

"Zo? Lo udah tidur?" Tidak ada jawaban, Jingga membuka handle pintu yang tidak dikunci, lalu melihat ke atas ranjang, adik nya itu sudah tertidur, Jingga mendekatinya, Ginzo membelakanginnya dengan piamah bergambar bulan dan bintang dengan dasar berwarna dongker.

"Zo?" Jingga langsung mendekati Ginzo yang ternyata bukan tidur melainkan nangis sambil tiduran, Jingga menghapus air mata adik nya tersebut, Ginzo melihat Jingga, mata nya memerah lalu ia duduk dan Jingga langsung memeluk nya, mereka hanyut dalam tangisan berdua.

Jingga di Samudra [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang