Rey benar benar terlihat lelah. Hanya beberapa menit dia langsung tertidur walau dengan posisi duduk.
Mishel menahan tawanya. Saat tidur laki laki itu terlihat sangat polos, tak terlihat sedikitpun wajah wajah laki laki kejam dan tak berperasaan dalam diri rey.
Beberapa saat terdengar bunyi bell pintu. Terdengar suara wanita yang dia kenal. Dengan terburu buru mishel keluar, disana ibu rey tengah berbicara dengan bibi pelayan yang memang sejak awal dia kenal.
"Mama?"
Ibu rey segera memeluk mishel dengan erat. Bisa dibilang ini adalah kunjungan pertama ibu rey di rumah itu.
"Rey dimana nak?" Tanyanya sambil melihat sekeliling rumah.
"Lagi tidur ma.. kayaknya kecapean"
"Tumben? Wah ini bedanya punya istri sama enggak.. biasanya dia susah tidur.. malempun gak tidur"
Mishel segera membawa sang mertua menuju sofa. Dan meminta pembantu menyiapkan minuman yang dimintanya. Terutama cuaca panas yang menyengat pasti membuat ibu rey kehausan.
"Tolong jaga baik anak mama ya.. sejak awal mama suka sama mishel.. cantik baik dan terlihat penyabar" sembari menyeruput jus dingin yang di sajikan.
Mishel tersenyum kecut, karena pujian itu berbanding terbalik dengan kenyataan. Dia kasar dan selalu menyakiti rey, itulah kenyataannya.
"Mama kaget saat rey bilang mau nikah.. waktu itu mama bener bener bersyukur dan penasaran banget sama kamu.."
"Kan wajar ma anak laki laki bilang mau nikah"
Ibu rey menggeleng "beda.. rey itu dingin orangnya.. kasar dan tak pernah mempercayai orang lain.. mama sampek mikir dia bakal jadi bujangan seumur hidup.."
Sesekali ibu rey tertawa saat membicarakan seperti apa ekspresi rey ketika meminta izin untuk menikah. Tapi ibu rey juga menangis saat membicarakan seperti apa kerasnya hidup rey dari kecil. Kematian saudaranya dan tidak adanay kasih sayang dari ayah dan ibunya. Membuat dia tumbuh mandiri dengan sosok dingin dan kasar. Tak heran jika rey sangat menjaga dan membela teman yang sudah dia anggap keluarga. Itu semua karena rey takut kehilangan untuk yang ke dua kalinya.
Di tengah tengah pembicaraan, rey keluar dengan tergesa gesa tanpa menoleh ke arah mishel dan ibunya. Ini sangat aneh. Mishel langsung pergi ke kamar rey, sesuai yang dia khawatirkan. Entah sejak kapan laki laki itu kembali mendapatkan obat terlarang itu.
Ibu rey yang ikut mengetahui apa yang akan di lakukan oleh anaknya, seketika mengambil paksa jarum suntik yang ada di tangan rey.
"Berikan padaku" teriak rey.
Melihat wajah ibu yang dia benci semakin membuat rey menggila. Ditambah reaksi sakau saat tubuhnya membutuhkan barang haram itu mampu membuatnya bertindak anarkis.
Ibu rey langsung menghamburkan cairan itu ke lantai.
"Berani beraninya lo.." tangannya menunjuk ke arah orang tua yang sudah melahirkannya.
Matanya terlihat tajam dan memerah, tangannya gemetar. Detak jantungnya berdetak cepat secara tak wajar.
"Rey.. itu ibumu" mishel berusaha menyadarkan sang suami.
Dahi rey mengkerut "aku tidak punya ibu.." dia mencari lagi sisa obat yang tersisa. Dilemparnya semua barang yang ada di meja. Di hamburkannya semua baju di lemari seperti layaknya orang gila.
"Rey.. hentikan.." bahkan ucapan mishel tak lagi terdengar
"Aku sakit..." nafasnya terengah. "Aku membutuhkannya.. berikan aku satu. Kalian menyakitiku" rey terus berteriak.
Laki laki itu benar benar tersiksa. Rey terlihat kesakitan sembali mengacak rambutnya. Bagaimana tidak, setidaknya ini sudah 2 minggu dia tak lagi mengkonsumsi Narkoba secara mendadak.
"Tolong hentikan"
Mishel memeluknya dengan erat.
"Kamu bilang hanya membutuhkanku.. aku ada disini, berarti kamu nggak butuh lagi obat itu.. aku akan terus memelukmu tapi lupakan obat itu.. berhenti membuat semua orang khawatir"Dengan tangan masih gemetar, mishel berusaha menenangkan sang suami hingga beberapa jam.
Saat pulih rey harus mendengarkan ceramah ibunya yang tak kunjung selesai.
"Mama gak nyangka.. kalo kamu sampek makek obat kayak gitu rey. Liat istrimu, dia pasti kesulitan hidup sama orang seperti kamu.."
Rey hanya diam. Mishel berusaha menengkan ibu rey yang terlihat sangat kecewa. Ketika sudah mulai malam mishel juga menyuruh ibu rey diantar oleh sopir di rumah.
Saat ibu rey sudah pergi, mereka berdua duduk berhadap hadapan.
"Makasih.." ucap rey.
"Tolong berhenti bergantung padanya.."
Rey terlihat mempertimbangkan ucapan mishel "ini sulit.. mungkin saat ini baik kamu membuatku melewatinya.. tapi nanti, tak ada yang tau apa kamu akan terus ada di dekatku dan terus membantuku atau pergi dariku.. tak ada yang menjamin itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I love You
RomanceKehidupan Mishel hancur ketika perusahaan ayahnya bangkrut. Dan kini dia harus memutuskan hub dengan sang kekasih. Pada akhirnya Mishel terjebak dengan sebuah pernikahan.. namanya Reynaldi laki laki arrogan, kejam dan berbahaya.. Bisakah mishel men...