part 7

21.1K 583 1
                                    

Mishel masih menangis, di dalam selimut putih tebal yang menutupi tubuhnya. Dia merasa dirinya sangat kotor, dan merasa bersalah pada aldi.

Tubuhnya terasa nyeri, bibirnya terasa perih, dia masih merasakan darah di bibirnya. Pukulan kemarin cukup sukses merobek bibir tipisnya.

Dia benar benar membenci Rey, dia sangat benci dan ingin sekali membunuh laki laki yang masih terlelap itu.

Melihat noda darah di sprey itu membuat dirinya sadar kini dia tidak lagi berharga.

Dia mendengar pergerakan di arah belakangnya pertanda laki laki itu sudah bangun dari tidur.

Laki laki itu duduk. Melihat baju dan celana bertebaran di lantai Rey semakin yakin dengan apa yang baru saja terjadi. Kepalanya masih terasa pusing akibat minuman keras.

Sesekali dia memukul mukul kepalanya. Dia tau gadis di sampingnya pasti amat membeci dirinya.  Tapi nasi sudah menjadi bubur, semuanya sudah terjadi tak ada yang bisa dia lakukan.

Dia memasang pakaian, perlahan dia mendekati mishel yang sedang menangis, membalik tubuh gadis itu ke arahnya.

"Jangan menyentuhku" tatapan penuh kebencian itu mengarah padanya.

Melihat darah masih mengalir di bibir mishel membuat rey semakin merasa bersalah. Dia bangun dan memgambil alat p3k.

"Bangunlah" ucap rey

Tapi mishel tak mau beranjak dari tempatnya. Rey langsung menarik paksa miahel hingga duduk.

Mungkin kalian berfikir tindakan Rey sangat tidak manusiawi, bagaimana dia bisa bersikpat sekasar itu pada seorang gadis lemah.

"Tolong jangan membuatku mengasarimu"

Tak ada pilihan lain, tubuh mishel masih terlalu lelah jika harus bertengkar dengan sang suami.

Perlahan rey membersihkan luka di bibir itu dan memberinya obat dengan perlahan.

"Aku tau kamu pasti sangatlah marah.. tapi terima saja, ini sudah takdirmu.."

Itu mungkin bukan kata  yang tepat, dan sebenarnya rey ingin menghibur mishel tapi dia terlalu kaku dan bodoh, dia bodoh dalam bersikap maupun merayu.

"kamu bisa memiliki tubuhku, mempermainkan tubuhku layaknya boneka yang mampu memuaskan birahimu.. tapi ingat rey, kamu tidak akan pernah mendapatkan hatiku.. aku.. tak akan pernah mencintaimu"

Rey hanya menunduk, jika dia banyak berbicara mungkin malah membuat mishel semakin marah.

"Gak masalah.. cukup kamu ada disini" setelah itu rey pergi.

Mishel kembali menangis dengan tubuh menelungkup antara kedua tumitnya. 

Tak ada sebuah katapun yang mampu mewakili perasaannya saat ini. Andai adiknya tidak tengah sakit parah, mungkin mishel memilih kabur dari rumah yang berisi kenangan pahit.

Because I love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang