suasana panas

14.4K 509 6
                                    

Tangan mishel mengepal dengan sendirinya. Matanya membelalak kaget sementara tubuhnya masih terpaku diam di tempat tanpa pergerakan.

Rey memegang kedua bahu chika dan mendorong gadis itu menjauh. Kepalanya reflex menoleh ke arah sang istri.

Rey berdiri sambil mengusap bibirnya. "Ini.. nggak seperti yang kamu lihat" berusaha menjelaskan pada mishel.

"Apanya.. itu tak ada hubungannya denganku.." mishel terus berusaha menyangkal rasa kesal di hatinya

Rey meraih tangan sang istri dan menariknya keluar dari ruangan yang pengap itu.

"Rey" teriak chika yang berhasil menghentikan langkah kaki rey. "Kamu pergi kamu akan ngeliat darah" tangannya mencengkeram erat pisau yang ada di meja.

Seketika rey melepas tangan mishel dan berbalik kembali ke arah chika. Mishel melihat jelas ekspresi khawatir rey laki laki yang selama ini hanya memandang dirinya.

"Aku akan pergi lebih dulu.." ucap mishel.

Tapi rey menahannya, mungkin laki laki itu takut mishel akan salah faham. "Nggak apa apa.." imbuh mishel.

Akhirnya rey melepas tangan sang istri. Chika langsung memeluknya dengan erat seakan tak mau melepas rey lagi. Rey hanya mampu diam, dia tak tau harus berbuat apa, chika sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri. Dia tak mungkin menyakiti chika yang sudah banyak berperan dalam kehidupan rey.

_____

Mishel terus berjalan dengan tatapan kosong, yang akhirnya membuat dirinya terbentur.

"Aw"

"Kamu gak paapa? Jangan ngelamun kalo jalan shel" ucap aldi.

"Emm iya"

"Aku dari tadi nyariin kamu.."

"Aku tadi di kamar mandi" jawab mishel. Dia berbohong, jika dirinya menyebut nama rey sedikit saja mungkin Aldi akan memperpanjang masalah dan terus mengoceh.

Aldi menggandeng tangan mishel membawanya menuju lift. Tapi mishel melepas tangan itu "nggak enak takut ada dosen" tentu itu hanyalah sebuah alasan, entah kenapa dia mulai merasa risih dengan aldi.

Sepanjang seminar berlangsung, mishel tak henti hentinya menatap kesekeliling seakan tengah mencari seseorang.

"Nyari siapa?" Rupanya aldi sadar.

"Nggak ada"

Mishel mulai penasaran, jika rey tidak ikut seminar lalu mereka dimana. Hal hal yang seharusnya tak pernah dia fikirkan kini berubah.

Walaupun berulang kali dia sering mempertegas pada dirinya sendiri bahwa Rey hanyalah seseorang yang tinggal dengannya dan apapun yang di lakukan laki laki itu, tak akan pernah mempengaruhi hidupnya.

Acara seminar selesai, peserta seminar berdesak desakan untuk keluar dari ruangan. Berbeda dengan mishel dan aldi yang memilih menunggu suasana sepi.

Mereka kembali bertemu, dengan pasangan masing masing. Rey dengan chika dan aldi dengan mishel. Aldi mengernyitkan dahi bertanya tanya siapa gadis yang ada di samping rey karena ini pertama kalinya dia melihat gadis itu di kampus.

Aldi tersenyum penuh misteri "siapa? Mainan baru?"

Ini tentu tak sopan, dimana mishel langsung menyenggol aldi.

Ini juga menjadi tanda tanya bagi chika, mengapa istri rey bersama dengan laki laki lain. Chika juga yakin  aldi bukanlah teman biasa mishel. Terlihat dari cara aldi memegang pinggang mishel dengan berani.

Rey hanya diam tak menggubris ucapan aldi. "Kamu akan pulang?" Tanya rey pada mishel.

Mishel mengangguk dan berusaha mengalihkan pandangannya dari chika.

"Bawak mobil? Numpang.. mobilku masih di bengkel" ucap aldi tanpa merasa sungkan.

Tak ingin memperumit keadaan, rey mengangguk walau sebenarnya dia sangat membenci aldi. Alasannya hanya satu, laki laki itu sangat suka memanas manasi dirinya.

Di mobil rey tak lupa memasangkan sabuk pengaman untuk chika. Semua yang dia lakukan tak lepas dari perhatian mishel juga aldi, sementara chika memilih untuk terus diam.

Mereka berhenti tepat di depan rumah chika. Karena rumahnya paling dekat dengan kampus rey. Dia turun dan membukakan pintu untuk chika seperti yang biasa rey lakukan untuk mishel. Dia juga membukakan pintu pagar dan menunggu gadis itu masuk ke dalam rumah.

Sebelum masuk chika memeluk rey terlebih dahulu. Adegan itu langsung diikuti oleh tatapan mishel yang langsung berpaling jauh.

Aldi tersenyum "aku pikir dia setia.. yah ternyata akhirnya kecantol sama cewek lain.." matanya terus memerhatikan gerak gerik Rey "liat itu, omongannya gak selalu bener"

Merendahkan, menyalahkan dan menuduh rey atas kejelekan sepertinya sudah menjadi profesi Aldi. Itu semua aldi lakukan karena sebenarnya dia takut mishel akan benar benar jatuh hati pada rey.

Mishel hanya diam sampai rey kembali ke dalam mobil. Melihat aldi bertingkah mesra di belakangnya tentu membuat rey merasa jengkel. Ingin rasanya dia melempar aldi ke jalan dan meninggalkannya begitu saja. Tali semua itu dia tahan, karena mishel sangat benci dengan laki laki yang selalu mengandalkan emosi tanpa berfikir.

Tepat di sebuah persimpangan jalan aldi turun. Tak lupa dia melayangkan ciuman di pipi lembut mishel tepat di hadapan rey yang pasti terbakar api cemburu.

Sebaik apapun rey ingin menyembunyikan rasa irinya, namun tetap tak akan sempurna. Mishel tau, rey pasti kesal, tapi tak ada yang bisa dia lakukan.

Setelah memarkir mobil mereka masuk ke dalam rumah secara bersamaan.

Baru saja mishel memegang pintu kamarnya. Saat itu juga rey menariknya dengan kasar dan memeluknya dengan erat.

Rey memang tak tau cara bersikap dengan lembut. Dia lebih agresif dan cenderung bersikap mengikuti insting. Mishel juga sudah terbiasa dengan sikap rey yang sedikit kasar itu.

"Aku tak ingin berpura pura baik, aku tak ingin berpura pura sabar. Tapi kamu harus tau. Aku tak pernah membiarkan seorangpun menginjak harga diriku. Dan kamu satu satunya orang yang berani melakukan itu"

Pelukannya semakin erat. Mishel lebih memilih diam, karena percuma dia melawan, tubuh itu terlalu kuat untuknya.


Because I love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang