Merenda rasa

2.6K 164 0
                                    

Terima kasih akhirnya ada yang memberi bintang pada tulisanku..
Tulus kuucapkan terima kasih
Jadi semangat menulis malam ini juga
Selamat membaca. Kalau suka vote ya..
Salam

           ************
    Apa pun yang kurasakan saat ini semua sudah terlambat. Aku tidak mungkin menyakiti si mas. Pasrah... Eh gak boleh gitu juga ya..kan aku sendiri yang memulainya, kenapa jadi melow gak jelas gini..
     "Dik, lusa kita jadi pulangkan?" Tanya si mas tadi malam ketika kami selesai nonton di TIM. Aku mengangguk malas. Melihatku tak bersemangat si mas meraih tubuhku. Dipeluknya aku erat mungkin mau memberiku semangat, dapat kurasakan detak jantungnya yang teratur. Si mas memang cuek dan tenang, tak pernah aku melihatnya emosi. Aku hanya diam tidak merespon perhatian dan kemesraannya.
     "Kenapa?" Tanyanya pendek. Aku hanya menggeleng lemah didadanya. Diciumnya puncak kepalaku dengan lembut lalu bergerak mencium bibirku singkat. Aku masih diam. Sejak pembicaraan kami waktu itu si mas banyak berubah, lebih perhatian dan mulai berani menunjukkan kemesraannya.
    "Ada apa dik? Kamu ragu ya?" tanyanya lembut. Kutarik tubuhku keluar dari pelukannya. Si mas tampak kaget dan bingung dengan gerakanku yang tiba-tiba.
    "Mas yakin dengan keputusan kita?" Aku balik bertanya lirih. Si mas mengangguk dengan cepat. Respon yang tidak pernah aku duga. Semantap itukah si mas mau menikah denganku? Bukankah sebelumnya dia sangat takut berkomitmen?
     Si mas tersenyum, diraihnya daguku dengan tangannya dan dipaksanya untuk melihat ke arahnya.
    "Lihat mataku dik, apakah ada keraguan di sana?" Kutatap wajah tersenyum itu. Tak kutemukan sedikit pun keraguan dimatanya.
    "Mas tahu tidak mudah bagimu untuk percaya kesungguhanku menikahimu. Karena memang sebelumnya mas sendiri tidak yakin berani menikah, apalagi dengan kamu. Di mataku, kamu terlalu mandiri. Tak terjangkau olehku yang hidupnya semrawut, tak punya rancangan. Takut berkomitmen. Hanya satu yang akhirnya membuatku berani memutuskan untuk menikah denganmu, keyakinanmu waktu melamarku. Kedengarannya lucu memang, kamu yang melamarku. Tapi itu menjadi awal keberanianku mengambil keputusan. Kita akan segera menikah, jangan ragu dik," si mas menjelaskan panjang lebar alasannya mantap menikah denganku. Sejak kapan si mas pintar menyusun kata-kata? Terlalu banyak tanya kenapa yang bertengger di benakku. Dan si mas tak membiarkan aku terus berpikir dengan pertanyaan itu karena dengan lembut si mas sudah menciumku mesra. Dengan bingung kubalas ciumannya. Hanya itu..
                      ***
     Jumat malam kami pulang ke kampung kami, tujuan pertama ke rumah kakak tertuanya sebagai pengganti orang tuanya yang sudah meninggal. Kenapa ke keluarganya bukan ke rumah keluargaku? Aku pernah beberapa kali tertipu oleh laki-laki, kali ini aku tidak mau tertipu lagi. Aku harus tahu siapa dan bagaimana si mas yang sebenarnya. Meski belum ada cinta yang membara untuk mendasari pernikahan kami tapi aku benar-benar tidak mau dibohongi lagi.
      Pukul enam pagi kami sampai di kampung halaman si mas. Mbak Tatik kakak sulungnya kaget sekaligus gembira menerima kedatangan kami. Si mas tidak bilang kalau kami mau datang, surpraise katanya. Kami datang tepat sebelum mbak Tatik mau berangkat kerja, terpaksa beliau membatalkan kepergiannya.
    "Mbak, saya Abi. Maaf kami datang tidak memberi tahu. Pagi-pagi jadi merepotkan," kataku memperkenalkan diri.
    "Gak papa dik, mbak malah senang dik Abi datang," jawabnya dengan wajah sumringah. Pembawaan mbak Tatik beda banget dengan si Mas yang kaku dan pendiam. Belakangan aku tahu kenapa Mbak Tatik senang aku yang  dibawa pulang bukan Ninda. Si mas sudah cerita dengan kakaknya itu tentang aku dan juga Ninda pacar si mas yang terdahulu. Ninda pacaran dengan si mas sudah tiga tahun sedangkan aku baru pacaran 3 bulan. Kenalnya sich sudah tiga tahunan juga hanya sekedar berteman karena si mas tidak pernah masuk dalam hitungan hatiku hahaha.. sadis..
    "Siang nanti kami mau langsung ke mas Narno," kata si mas ke mbak Tatik.
    "O gitu... gak sekalian bareng kami aja," tanya mbak Tatik.
    "Gak usah, besok aja mbak nyusul sekalian ke rumah Abi," sahut si mas. Aku tidak terlalu paham apa yang mereka bicarakan jadi aku diam saja.
    "Ya sudah, sekarang kalian istirahat dulu. Pasti capek semalaman di perjalanan. Mbak kerja dulu ya," pamitnya pada kami. Aku mengangguk setuju saja karena badan dan mataku juga sudah sangat ingin beristirahat. Gak sopan ya berharap yang punya rumah segera pergi. Setelah itu aku langsung mandi dan segera tidur di kamar yang si mas tunjukkan sebelum dia akhirnya pergi mandi juga.
     ******************
Maaf  ternyata semalam gak bisa langsung update kalah sama mata yang sudah mengantuk. Trm ksh sudah membaca update kali ini.
Kasih komen dong...
Salam
    
 

Aku jatuh cinta lagi (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang