Masa lalu kita (2)

1.9K 120 0
                                    

      "Apakah kamu menyesal mengajakku menikah?" Tanyanya balik. Aku kembali terdiam.
      
        Menyesalkah aku sudah memintanya menjadi suamiku? Perbuatan konyolku beberapa bulan lalu, yang berakibat panjang seperti sekarang. Kalau saja aku gak "mengejar" target sendiri untuk segera menikah? Kalau saja, aku lebih cuek dengan pertanyaan orang kapan nikah? Ah, kenapa si cuek Aby harus terganggu omongan orang sampai segitunya pingin nikah, mengabaikan kriteria yang dulu kugenggam erat. Demi idealisme kuabaikan beberapa laki-laki yang mengejarku. Kubiarkan mereka menunggu dan kecewa. Sok cantik banget kan?

      Sekarang aku ragu, akan bahagiakah aku dengannya? Laki-laki yang kupilih saat putus asa mengejarku? Laki-laki cuek yang menantang egoku.

      "Kamu nyesel ya, makanya berubah pikiran?" Pertanyaan itu kembali menyadarkanku.

      "Gak sih, hanya..."

      "Hanya apa?" Potongnya cepat. Aku diam, kupandangi wajah penasarannya.

      "Jujur, aku gak suka mendengar kenyataan kalau aku mendapatkan sisa perempuan lain," jawabku lirih. Seulas senyum tipis muncul di wajah kaku mas Dama. Kok malah senyum? Kupikir dia akan tersinggung, aku mengungkap lagi apa yang tidak dia suka.

      "Kenapa malah tersenyum?" Sentakku keki. Mas Dama malah tertawa lepas, suara kerasnya membuatku kembali emosi. Mataku melotot ke arahnya, menampilkan ketidaksukaanku.

      "Jadi kamu cemburu to?"

      "Cemburu? Gak!" Sahutku cepat tanpa berpikir.

      "Kalau gak cemburu kenapa marah? Kamu kayak hidup di jaman baheula aja. Hal kayak gitu kan biasa Neng,"

      "Bagiku gak biasa," laki-laki itu tersenyum. Ditepuknya punggung tanganku lembut.

       "Bahas itunya sudah ya, aku gak mau kamu marah lagi. Mas berterima kasih, Kamu bisa jaga diri dengan baik. Tidak terjebak dalam pergaulan dan cara hidup di kota besar yang menyeramkan.  Terima kasih Sayang," Diciumnya punggung tanganku yang berada dalam genggamannya.

      "Sekali lagi maafkan masa lalu Mas," bisiknya lagi. Aku terpaku, sikap lembutnya, tutur katanya membuatku terdiam. Mas Dama benar, setiap orang punya masa lalu, aku harus belajar menerimanya seperti dia belajar menerimaku apa adanya. Biarlah itu menjadi masa lalunya, masa depan5 kamilah yang harus aku pikirkan dan persiapkan.

      "Mas.." panggilku ragu.

      "Iya kenapa Sayang?" Jawabnya lembut.  Makyes gak sih diperlakukan sedemikian lembut oleh laki-laki yang dulu cuek banget. Pacaran kayak aku aja yang butuh?

       "Maaf, belakangan ini Aku banyak emosi. Sebenarnya Aku suka Mas perhatian tapi Aku juga takut, itu hanya basa basi,"

       "Apanya yang basa basi, sikapku?" Tanyanya tak mengerti.

      "Iya, perhatianmu terlalu berlebihan. Aku malah jadi gak nyaman," Dahi mas Dama mengeryit heran. Hanya sebentar lalu tersenyum lebar.

       "Maaf membuatmu gak nyaman. Aku mau memperbaiki kesalahan waktu kita pacaran. Aku tidak perhatian, terlalu cuek. Mas sayang Kamu, mas berubah untuk kamu," Aku mengangguk mengerti.

      "Janji ya, gak ada kekekasan dalam hubungan kita. Aku gak suka laki-laki kasar," kataku memberi syarat.

      "Iya, mas janji tidak akan berlaku kasar lagi. Maaf, Kita mulai dari awal. Kita jalani rencana pernikahan ini dengan sepenuh hati, bukan karena terpaksa. Meski Mas tahu Kamu masih belum bisa mencintaiku. Yang penting, kita belajar saling mengisi dan memahami supaya langkah kita lebih menyenangkan. Mas tidak menjanjikan bisa membuatmu bahagia selamanya. Tapi kita akan berusaha bahagia bersama," Ya Tuhan, ada apa dengan laki-laki ini? Setiap kata yang diucapkannya membuatku terpaku. Mimpi apa aku semalam mendapat perlakuan yang sangat manis dari calon suamiku si hitam manis itu. Aku tersenyum geli mendengar kalimat panjangnya.

       "Mas belajar merayu di mana? Lancar amat," tanyaku menahan geli.

       "Gak usah menggoda, keadaan memaksaku belajar sedikit romantis. Aku gak mau kehilangan kamu," bisiknya lembut yang membuat bulu kudukku meremang.

Stasiun Juanda, 15 Juli 2019      
                  ****

Yes, sok romantisnya si Dama bikin deg2an nih... seperti deg2an waktu lihat anak tawuran tadi. Serem euy...

Gimana, sudah romantis belum? Kasih komen dong...
Deh maksa...mau baca aja dah syukur ya..

Makasih sudah dibaca...

Salam literasi
     

Aku jatuh cinta lagi (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang