Galau nih, mau nulis apa? Jujur gak ya... kan gak bagus ya niat suci diawali dengan ketidakjujuran...
Ada yang gemes sama Aby yang ... gitu deh, nyebeli.. kasihan mas Dama dibolak balik perasaannya oleh Aby..
Yuk, doakan Aby bertobat wkwkwk..
Happy reading kawan... vote ya... komen pedes juga gpp... lagi butuh yang pedes2 nih..
****
Lama aku terdiam, terpekur menatap lantai ruang konsistori gereja. Kedua laki-laki itu pun ikut diam. Dengan ekor mata, kulihat Pak Pendeta menatapku heran. Dunia terbalik, gak biasanya si cucak rawa kayak aku jadi lebih banyak diam mungkin begitu pikir beliau.
Stop bengong, jangan sampai si bapak curiga dan pernikahan kami dibatalkan. Apa kata orang kalau aku gak lulus katekisasi bina pranikah? Kata bang Rhoma "terlalu", wkwkwk. Keraguan harus segera diakhiri, bukankah jujur lebih baik daripada menyimpan bara kebohongan di atas kepala sendiri? Dengan bahasa yang santun, aku yakin mas Dama mengerti kejujuranku ini.
Kuembuskan napas panjang, kuangkat kepala untuk bisa menatap mereka yang menunggu jawabanku. Senyum mengembang di wajah keduanya.
"Hmm, sebenarnya ada yang mengganjal dalam hati Saya Pak. Maaf, mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi Bapak terhadap saya," kataku memulai pengakuan dosa.
"Oya, apa itu Mbak?" Tanya si Bapak antusias. Mas Dama menarik tanganku erat, kutatap matanya yang tampak ikut gelisah. Kubalas genggaman tangan calon suamiku yang baik hati itu, kuberikan senyum manis untuk menyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja.
"Saya tidak lagi seperti yang Bapak pikirkan. Saya pernah melakukan kesalahan, memilih orang yang salah dan hampir meninggalkan Tuhan. Mas Dama tahu kesalahan saya itu," Kujeda ucapanku untuk melihat reaksi beliau. Pak Rum kaget tapi ekspresi wajahnya tetap lembut seperti biasa.
"Kesalahan yang berbuah pengkhianatan itu membuat saya tidak lagi percaya cinta. Cinta hanya omong kosong, hubungan kami tidak didasari rasa itu,"
"Aku mencintaimu By," sela mas Dama memotong penjelasanku. Aku mengangguk tapi mengabaikan pernyataannya.
"Saya ingin menikah karena target usia, mumpung masih mungkin bisa punya anak. Kenapa memilih mas Dama?" Kutatap lekat wajah tegang laki-laki disampingku sebelum melanjutkan.
"Dia baik, jujur dengan dirinya sendiri meski agak tertutup untuk hal-hal tertentu. Apa adanya, gak suka obral janji seperti laki-laki lain. Untuk beberapa hal, Kami punya pandangan yang sama. Sifat mas Dama, agak mirip Bapak almarhum," Pak Pendeta tersenyum maklum. Dari dulu aku suka dengan si bapak satu ini, senyum dan kata-kata beliau membuat hati kami anak muda adem diayomi. Meski kadang aku protes juga dengan sikapnya yang menurutku "konyol".
"Yang pasti, mas Dama sudah lolos uji materi menjadi calon suami. Banyak hal yang dia tidak sadari kalau sesungguhnya saya sedang mengujinya. Maaf ya Mas, njenengan pilihan yang terbaik bagiku," kataku mengakhiri penjelasan panjangku. Seulas senyum mengembang di wajah Mas Dama yang tadi tampak tegang. Laki-laki terlihat bahagia.
Aku memang tidak atau belum mencintainya, tapi aku tidak akan sembarangan memilih laki-laki untuk menjadi pasangan hidupku. Laki-laki yang akan kuajak berkomitmen sehidup semati, sampai mau memisahkan kita.
Pak Rum juga terlihat puas dengan jawabanku. Beberapa pertanyaan masih beliau berikan pada kami, terkadang kami terdiam karena tidak sempat memikirkan hal itu.
Bagaimana mengatasi perbedaan yang ada di antara kami berdua, yang kemungkinan besar akan memicu konflik. Managemen konflik, itu bahasa kerennya.
Konflik perlu dimanagemen ya? Lha iya lah, kalau gak bisa bubar jalan. Kata orang kalau lagi jatuh cinta terus mau nikah, perbedaan bukan halangan. Setelah nikah, ceritanya bisa berubah 180 °, gampang menjadi alasan untuk mengakhiri komitmen bersama di hadapan Tuhan.
Kayaknya aku deh yang harus banyak mengendalikan diri, kan aku yang lebih emosional. Pacaran saja, aku sering gak sabar dan marah-marah menghadapi gaya slow motion nya. Santai saja, selalu begitu katanya. Aku mah gak sabar.
Sesi belajar kami hari ini selesai dengan satu pertanyaan tentang anak.
Bagaimana kalau tidak bisa mempunyai anak, apakah akan bertahan atau mencari jalan masing-masing?Stasiun Cikini, 19 Juli 2019
****
Maaf telat, entah kenapa otakku kemarin mampet pet pet... gak bisa mikir, gak ada ide sama sekali.Yey, akhirnya Aby mengakui alasan memilih Dama ya.. bukan asal kok tetap ada dasarnya. Kalian juga dong... kalau pilih pasangan harus ada dasar jangan karena suka doang... rasa suka bisa hilanf tau.. hahhaha..sok deh...
Wis ah low bat jadi mau tidur aja mumpung masih jauh...
Matur nuwun sudah membaca... vote dan komen apa aja juga boleh. Akan diterima dengan sukacita
Chiayo...
Salam
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku jatuh cinta lagi (Lengkap)
أدب نسائيCinta? Apakah itu cinta? Semua hanya kebohongan belaka Cinta hanya kata tanpa makna bagiku yang berulang kali dikhianati..terlalu banyak kebohongan yang membuat Cinta musnah tanpa rasa. Bagiku cinta tak penting lagi.. tak penting juga menjadi dasar...