Menata (1)

1.8K 116 0
                                    

      Jam 14.30 Wib, aku dan mas Fahmuli kembali ke kantor yang hari ini tampak lenggang. Semua terlihat sibuk di meja masing-masing.

      "Tumben sepi, ada apa nih?" Suara mas Fahmi memecah keheningan. Nita dan Santi menoleh menatap mas Fahmi, hanya sesaat mereka kembali menekuni pekerjaannya. Kami saling berpandangan, aku hanya bisa mengangkat bahu tanda menyerah. Tanpa bersuara, kami berjalan menuju meja masing-masing.

       "Bos marah Mas?" Tanyaku lirih pada mas Santosa yang duduk di sebelahku. Laki-laki itu tersenyum kecil, tangannya meraih secarik kertas lalu menulis sesuatu. Tanpa bersuara, kertas kecil itu disodorkan kearahku.

      "Kerjaan kalian beres kan?"

      Lha dalah, kupikir mau menjawab pertanyaanku malah balik bertanya. Kuacungkan jempol tanda semuanya beres, dengan wajah malas. Mas Santosa menghela napas lega.

      Aku benar-benar tidak mengerti, ada apa dengan orang-orang kantor hari ini. Sepertinya percuma berharap informasi dari suami mbak Ratih, aku pun mulai mengeluarkan laptopku. Lebih baik aku mengerjakan laporan pertemuan kami dengan klien tadi. Drtt.. gawaiku bergetar. Satu pesan wa dari mas Fahmi.

      Dapat berita apa dari mas San? Kenapa kantor kayak kuburan?

      Keponya kumat deh.. Cowok satu itu selalu ingin tahu, naluri wartawan infotaiment nya kebangetan. Aku yang cewek aja cuek, meski agak kuatir juga, jangan-jangan ada hubungannya dengan bangun kesianganku tadi pagi. Belum sempat membalas pesan mas Fahmi, gawaiku kembali bergetar. Bos calling..

      "Kamu sudah di kantor?" Tanya bos dari seberang.

    "Iya Bu," jawabku pendek.

     "Kamu kesini sebentar, kasih tahu Fahmi untuk menyusul lima belas menit lagi," Ada apalagi ini? Kok aku harus masuk dulu baru mas Fahmi. Jangan-jangan benar, karena aku kesiangan?

     "Aby, kamu dengar?" Tanya bos sabar.

     "Iya Bu, saya ke mas Fahmi dulu," Klik, sambungan telpon berakhir. Aku segera beranjak menghampiri partner kerjaku hari ini.

       "Aku dipanggil Bos, mas nyusul 15 menit lagi. Persiapkan laporan pertemuan kita tadi ya?"

      "Kenapa kamu duluan, gak bareng aja?" Aku menggeleng tak mengerti.

      "Bos yang minta begitu. Aku masuk dulu ya," Kutinggalkan mas Fahmi yang masih bengong.

       Kuketuk pelan pintu ruangan si bos.

      "Masuk By!" Kubuka pintu lalu masuk ke dalam.

       "Selamat sore Bu," sapaku sopan. Wanita cantik di depanku itu tersenyum melihatku, dirapikannya lembaran kertas yang berserakan di atas meja.

      "Duduk By, santai saja gak usah kaku begitu," ajaknya ramah. Aku tersenyum kaku, seramah apa pun dia saat ini tak juga membuat hatiku tenang. Suasana kantor yang tiba-tiba hening membuatku deg-degan.

      "Bagaimana persiapan pernikahan Kamu? Kapan mulai cuti?" tanyanya begitu aku duduk.

      "Puji Tuhan semua lancar Bu, terima kasih. Seharusnya hari ini terakhir saya masuk. Besok," jawabku ragu.

      "Kenapa seharusnya, bukankah ijin cutimu sudah ditandatangani HRD? Apa ada masalah?" Tanyanya curiga.

       Aku terdiam. Masalah? Ada masalah besar menghadang saat ini. Sejak kemarin mas Dama tidak menghubungiku, hari ini juga tidak. Dan aku, dengan segala keangkuhanku tetap diam tidak melakukan apa pun. Tidak juga mencoba menghubunginya lebih dulu.

        "Aku perhatikan beberapa hari ini Kamu jadi agak berbeda. Gak ceria seperti biasanya, aku yakin pasti ada masalah. Kamu tidak harus cerita, Aku hanya berpesan. Segera bereskan masalah kalian, supaya langkah kalian menjadi ringan," katanya panjang lebar. Aku kembali terdiam. Bu Anjani, bosku memang perempuan yang luar biasa. Feeling keibuannya selalu bisa melepaskanku dari kebuntuan otakku.

     " Bagaimana urusan kalian hari ini, bereskan?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan ketika mas Fahmi memgetuk pintu. Kupalingkan wajah ke arah pintu, laki-laki itu tersenyumdan bergabung bersama kami.

                   ****

Seneng punya bos kayak gitu.. aku pernah punya bos seperti itu, sabar dan mengajariku banyak berpikir dengan hati gak hanya pakai logika. Gak hanya mengandalkan ego...

Matur nuwun inspirasinya Bos!

Salam literasi

Aku jatuh cinta lagi (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang