Merasa

1.9K 121 3
                                    

Halo halo.. lama meninggalkan lapaknya Aby dan si mas. Tiga bulan menyelesaikan tantangan menulis 60 hari, puji Tuhan dapat selesai. Teris proses pengeditan, mau diterbitkan euy.. doakan ya, semua urusan lancar.

Happy reading

               ****
      
      Kunjungan ke rumah mbak Ranti menjadi pertemuan yang menyenangkan. Perempuan berhijab itu tampak sangat bahagia menggendong bayi mungilnya.

      "Ih lucunya, boleh dicubit gak mbak?" Tanyaku gak jelas,  yang dibalas pelototan cantik mami baby.

      "Kayaknya dah ada yang pingin nih," ledek mas Fahmi, disambut tawa seisi ruang tamu mbak Ranti kecuali sang nyonya rumah. Aku hanya tersenyum kecut.

      "Sebentar lagi kamu juga punya, tinggal menunggu waktu kan?" Kata mas Santosa memperkeruh keadaan.

     "Pada rese ah! Sini Rama ikut tante saja," kataku mengambil paksa bayi mbak Ranti.

      "Pelan-pelan ya," pesan si mami tersenyum.

      "Siap nyonya, jangan kuatir. Aku kan sudah punya 4 ponakan. Jadi sudah biasa," jawabku pongah. Lagi-lagi mbak Ranti tersenyum, ekspresi yang sangat aku suka dari sahabat terbaikku itu. Perempuan cantik itu, teramat sangat lembut dan sabar menghadapi siapa pun, termasuk aku yang kelewat jutek. Gaya dan sikap kami sangat berlawanan, si anteng dan si rese, itulah kami.

      Si ganteng Rama, bobok anteng dalam gendonganku. Dibalik sikap tenangnya, aku mencium sesuatu yang tidak beres. Tanpa banyak bicara, aku menidurkan Rama di bok tidurnya. Bukankah tidak baik membiarkan seorang bayi terus digendong? Kata orang tua sih " bau gendongan" alias selalu minta digendong yang ujungnya menyusahkan orang tua.

      "Kayaknya Rama eek deh mbak, coba dicek pampersnya," bisikku pada mbak Ranti. Ibu muda itu segera mengecek popok si baby. Senyumnya kembali mengembang.

      "Semoga cepat nular ya," katanya tersenyum licik.

      "Aby kenapa Ran?" Tanya mas Santosa kepo. Tentu saja yang lain ikutan bertanya dengan mata mereka.

     "Aby dapat berkat tuh! Si Rama eek," Semua kembali tertawa lepas, bahagia banget temannya kena sial. Kena eek dibilang dapat berkat?

      "Ternyata Aby bener-bener dah pantas jadi seorang Ibu ya? Gak nyangka, si jutek ini dapat menidurkan Rama," Celetuk mas Fahmi.

      "Kena eek lagi, pas bener," sahut Santi tertawa.  Mereka terus saja meledekku. Tanpa mempedulikan mereka, aku beranjak ke belakang untuk mencuci tangan. Mbak Ranti, segera mengganti popok anaknya.

      Obrolan demi obrolan membuat kami lupa waktu. Sudah hampir jam delapan, akhirnya kami memutuskan pamit pulang.

      "Terima kasih ya, sudah mampir. Salam buat keluarga," pesan mbak Ranti.

      "Kamu gak dijemput By?" Tanyanya ketika aku mencium kedua pipi tambunnya. Ibu muda itu memang terlihat lebih gemuk.

      "Gak, biasa sendiri kok," jawabku santai. Tak urung ada rasa berbeda mendapat pertanyaan itu. Dari siang sampai malam ini, mas Dama tidak sekali pun berkirim kabar. Tak ada pesan apalagi telpon. Marahkah dia?

      "Ya udah, hati-hati ya," Sekali lagi kucium pipi si Rama ganteng, mumpung masih bayi hahaha...

       "Gak usah pesen ojol, dah malam. Bareng Aku saja sampai  stasiun," kata mas Santosa menahan tanganku yang sedang membuka aplikasi ojol.

       "Biasa juga pulang malam mas," sahutku berkilah.

      "Gak usah berdebat, bareng aja!" Perintahnya tegas. Aku terdiam lalu naik ke bangku penumpang yamg sudah terbuka untukku. Mas Fahmi pulang bersama Santi dan Nita, kebetulan rumah mereka searah. Sebenarnya rumah Mas Santosa juga searah dengan mereka, hanya aku yang tinggal di pinggiran kota Jakarta.

      Sepanjang perjalanan ke stasiun kami lebih banyak diam. Mas Santosa fokus pada jalanan yang masih semrawut. Kota Jakarta memang tak pernah mati, sampai malam pun jalanan masih ramai dengan lalu lalang kendaraan pribadi.

      "Kamu marahan dengan Dama?" Tanyanya beberapa menit dalam kebisuan.

                     ****

Segini  aja dulu ya.. dah ngantuk banget. Terinspirasi kasus serupa dengan si imut Dennis, mr Bayu Yunior.

Thx inspirasinya..

Salam literasi

Bekasi, 1 Juli 2019

     

Aku jatuh cinta lagi (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang