Janji suci

1.9K 112 5
                                    

    Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
     
      Penggalan ayat firman Tuhan itu terdengar indah bagi orang yang putus asa. Kalimat pengharapan yang sering dijadikan acuan bagi orang-orang yang mengaku  percaya, termasuk aku. Waktu yang tak pernah kita tahu, tak pernah kita pahami betapa proses yang harus dilewati sangat menyakitkan.

      Bahkan tak jarang aku meragukan kebenaran tak nyata itu. Berulang mencoba menalar tetap tak kutemukan. Faktanya terlalu banyak air mata yang keluar, bukan tawa. Setelah semua pengkhianatan yang kuterima, mungkinkah akan datang masa indah itu? Masa manis penuh cinta, bertabur kasih yang tak pernah mati yang selalu ditunggu setiap perempuan.

       "Nanti kalau gue nikah, gue mau tulis gini di undangannya. Akhirnya menikah juga, lucu kali ya?" Itu gurauan seorang teman yang bernasib sama denganku, kaum jomlo akut.

       "Bener Kak, undangan kemenangan yang tertunda ya," kataku menimpali. Miris, kami menertawakan nasib kejomloan kami sendiri. Padahal kami gak jelek-jelek amat lho...

      Besok status jomlo ku akan  gugur dengan sendirinya. Bahagiakah aku? Ya Aku bahagia. Bahagia melihat Ibu dan saudara-saudara tersenyum melepas masa lajangku.

      Seperti kebiasaan orang punya kerja, rumah ramai dengan lalu lalang tetangga. Meski pernikahan kami diadakan secara sederhana, hanya pemberkatan di gereja lalu ucapan syukur dengan warga gereja dan tetangga sekitar. Aku tidak menyebar undangan, teman-teman dekat juga hanya kuberitahu lewat pesan. Kebetulan kami sama-sama tidak suka keramaian dan tidak mau merepotkan banyak orang. Cukup modal yang ada pada kami saja. Pelit ya... begitulah kami berdua.

      "By, kenapa dari tadi bengong terus?" Tanya mas Dama tiba-tiba sudah duduk disebelahku.

      "Bikin kaget Mas, permisi dulu kek," sungutku cemberut.

      "Aku sudah mengetok pintu dan menyapa lho.. kamunya yang dari tadi bengong. Ada yang cari tuh,"

       "Siapa?" Tanyaku bingung. Acara persekutuan doa ucapan syukur baru saja selesai. Aku baru masuk kamar setelah  jemaat gereja dan pak Pendeta pulang. Aku capek, pingin istirahat sebentar.

       "Capek ya? Entar aku pijit, sekarang keluar dulu. Ada temanmu, sepertinya dari jauh," Dengan malas aku berdiri lalu keluar diikuti mas Dama dibelakangku.
  
       Di teras rumah ada seorang laki-laki dengan seorang perempuan. Dari posturnya aku tahu siapa dia. Kok dia tahu aku nikah?

       "Arya, apa kabar? Tahu dari mana?" Tanyaku beruntun. Laki-laki itu berdiri menyalamiku diikuti gadis cantik dibelakangnya.

      "Selamat ya By, rukun dan bahagia selalu bersama masnya," ucapnya tersenyum.

     "Terima kasih. Kapan menyusul?" Aku balik bertanya. Arya menoleh ke gadis dibelakangnya sambil tertawa.

      "Nyusul sama siapa? Kamu lupa, dia siapa?" Kuperhatikan dengan seksama gadis yang bersamanya. Sepertinya kenal deh, tapi siapa ya?

       "Selamat ya mbak, masak lupa sama aku?"

       "Ya ampun Lany,  kirain pacar om kamu. Apa kabar, gimana kuliahnya?" Lani, gadis itu tersenyum manis.

      "Lany sudah kerja, emang sudah berapa tahun kamu meninggalkan kami?" Meninggalkan kami, bahasa Arya gak enak banget ya? Emang ada apa dengan kami?

      Mas Dama menatap kami dengan pandangan aneh. Tanpa rasa bersalah Arya malah tertawa cerah. Lany menyenggol lengan om nya pelan. Yang disenggol tetap cengar cengir gak jelas.

      "Duduk Lan, kamu kerja di mana?" Tanyaku mencairkan suasana yang mendadak menjadi canggung. Mas Dama duduk disebelahku, matanya terus menatap Arya yang sudah kembali seperti biasa. Ngobrol dengan laki-laki putih berkacamata itu tak pernah ada matinya, ada saja cerita keluar dari mulutnya. Sesekali aku menimpali obrolannya, sementara dua orang lain di sekitar kami lebih banyak diam.

      "Om, pulang yuk! Sudah malam, mbak Aby harus istirahat," ajak Lany memotong cerita om nya yang masih seru.

      "Jam berapa sih? Maaf, keasyikan ngobrol, lama gak ketemu jadi lupa waktu," Arya langsung berdiri diikuti Lany.

      "Sekali lagi selamat, maaf gak bisa datang di pemberkatan kalian. Terlanjur ada kerjaan di Semarang. Mas, jaga Aby baik-baik ya! Gak rugi Mas dapatin dia," pesannya yang  disambut senyum kecut mas Dama. Tanpa kusadari aku merasa senang calon suamiku cemburu pada sahabatku.

Bekasi, 25 Juli 2019

    

Aku jatuh cinta lagi (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang