Bina Pranikah

1.8K 103 4
                                    

      Cinta saja tak pernah cukup untuk dasar sebuah pernikahan. Karena cinta akan mudah mati karena banyak hal. Nyatanya, banyak pasangan yang mengaku saling jatuh cinta diawal hubungan mereka pada ujung waktu tertentu mereka memilih mengakhiri pernikahan suci itu. Jangan buta karena cinta, itu yang kupegang dari dulu.

        Menikah itu janji seumur hidup antara dua individu dengan banyak perbedaan yang sulit disamakan. Diperlukan banyak pertimbangan dan pemikiran yang rasional untuk memulai perjalanan panjang bersama dengan orang asing. Bukan hal yang mudah berjalan dengan orang asing, dengan saudara yang kenal dari kecil saja aku sering berantem. Kalian juga gak sih?

      Pasangan kita orang asing, yang benar saja? Tentu saja benar! Berapa lama kita mengenal calon suami kita,  satu tahun, dua, tiga atau sepuluh tahun? Seberapa banyak yang bisa kita pahami dari orang yang baru kita kenal dalam kurun waktu sependek itu? Sedang orang tua yang kita kenal dari lahir pun kita tak pernah bisa memahaminya.

       Aku mengenal mas Dama, calon suamiku sekitar 3 tahun lalu. Sebelumnya kami orang asing, tak saling mengenal, tak tahu pribadi masing-masing, tak tahu kehidupannya. Bahkan sampai sekarang pun, ketika seminggu lagi kami mau menikah aku masih buta banyak hal tentang dirinya. Mungkin mas Dama juga begitu, perdebatan masih sering terjadi dalam hubungan rapuh kami. Ego ku masih terus bertengger jauh lebih tinggi dari egonya. Laki-laki yang mengaku mulai mencintaiku itu semakin sering mengalah, mulai memperlakukanku lebih lembut dan perhatian. Cinta, aku terlalu egois untuk bisa mencintainya.

      "Kenal mas Dama di mana Mbak?" Tanya pak Pendeta pada sesi pertama bina pranikah kami yang rencananya akan diadakan dua kali pertemuan. Karena alasan tempat kerja kami jauh, katekisasi bina pranikah kami dilakukan dengan kilat hanya 2 hari, satu Minggu sebelum hari pernikahan. Pengenalan dasar pernikahan yang dilakukan dengan kilat itu sebenarnya sangat berbahaya, bisa jadi pasangan menjadi ragu dan mundur dalam hitungan hari dan pernikahan batal. Untuk menguatkan dasar pernikahan yang benar, seharusnya bina pranikah biasanya dilakukan secara bertahap selama satu tahun. Itu pun tidak menjamin pernikahan akan langgeng. Apalagi cuma dua hari, aduh dangkal banget dasar yang akan kami dapat.

      Pertanyaan dari laki-laki berkacamata didepanku masih belum terjawab. Pak Pendeta tersenyum, mas Dama menatapku lembut, aku masih diam.

      "Di Jakarta Pak, dikenalkan teman," Mas Dama terkejut mendengar jawabanku. Kebohongan pertama keluar dari mulutku yang selama ini mengagungkan kejujuran. Pak Rum, tersenyum.

      "Baik, mbak Aby mencintai mas Dama kan?" Aku terdiam, kulirik Mas Dama yang masih menatapku lembut.

      "Iya Pak," Kebohongan kedua yang membuatku semakin deg-degan. Laki-laki yang duduk di sebelahku serta merta memegang tanganku mencoba menenangkanku.

      Pak Rum menatap kami berdua bergantian. Ada tanya yang tak terucapkan diwajahnya, mungkin beliau bingung melihatku gugup. Aku yang biasa keras kepala mendebatnya atau para majelis, menyampaikan keberatan-keberatanku pada setiap rapat gereja berubah gugup. Sebuah tanda tanya besar bagi banyak orang yang mengenalku. Senyum ramahnya kembali mengembang, sebelum melemparkan sebuah pertanyaan yang membuatku terhenyak.

      "Maaf Mas Dama dan mbak Aby, sebagai hamba Tuhan ijinkan saya bertanya. Masihkah kalian berdua menjaga kesucian hubungan ini?" Kami saling berpandangan, gak nyangka bakal dapat pertanyaan se vulgar itu. Kalau yang dimaksud menjaga kesucian adalah hubungan suami istri, tentu saja aku masih menjaganya. Kalau ciuman dianggap melanggar kesucian, aku sudah tidak suci lagi hehehe... Lalu mas Dama, dia mau jawab apa ya?

      "Masih Pak," jawabku mantap. Bapak paruh baya yang baik hati itu tersenyum lega. Ekspresi itu sangat terlihat jelas diwajah bulatnya. Seperti biasa, Mas Dama tidak banyak bicara.

      "Puji Tuhan, saya senang mendengarnya," sahut beliau ramah. Aku bisa merasakan kelegaannya. Ngomong-ngomong,  ada gak ya yang ngaku sudah berhubungan terlalu jauh pada sesi tanya jawab seperti ini? Siapa juga yang mau ngecek?  Pertanyaan demi pertanyaan yang diberikan Pendeta, bisa kami jawab dengan lancar. Sampai sebuah pertanyaan, mampu membuatku terdiam cukup lama.

      "Boleh diceritakan, apa tujuan kalian menikah?"

Stasiun Kota, 16 Juli 2019

                  ****

Yeay update lagi, lancar jaya bahkan sebelum sampai rumah.

Apa yang saya tulis kali ini, sebagian dari tanya jawab yang dilakukan pak Pendeta bagi calon pengantin. Yang bener sih katekisasinya satu tahun, minimal 6 bulan. Kasus ku memang lain. Nikah kilat, persiapannya pun kilat. Termasuk bina pranikahnya.. pak pendetanya terlalu percaya sama aku hahaha... eh nikah kilatnya bukan karena MBA ya..

Dah ah, kepala nyut-nyutan dari pagi. Mau bobok cantik di krl.

Happy reading... eh kasih komen dong... biar kayak penulis benaran dikasih komen. Nah lho...

Salam

Aku jatuh cinta lagi (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang