Dia

2.7K 129 0
                                    

      "By, entar barengkan?" Tanya mas Santosa mendekat.

      "Emang mau kemana Mas?"  Suami mbak Ratih itu langsung menepuk dahinya, aku mengeryit tidak mengerti.

      "Kamu sehat?" Tangan laki-laki itu bergerak meraba dahiku.

       "Apaan sih Mas, aku sehat. Emang kita mau kemana?" Tanyaku tetap tidak mengerti.

       "Adikku yang cantik tapi lagi lemot, hari ini kita ada training di Kebon Jeruk. Masak lupa,"

       "Ya ampun Mas, kok bisa lupa ya," sahutku tertawa aneh. Sudah beberapa hari ini, aku merasakan tubuhku aneh. Otakku juga susah mikir, bawaannya pingin tidur saja.

       "Lagi ada masalah sama Dama?" Aku menggeleng.

      Hubungan kami baik-baik saja, sejak peristiwa nangis bombay gak jelas itu,  mas Dama menjadi lebih perhatian. Malamnya kami sempat berbicara dari hati ke hati. Gak mudah mengakui kelemahan dihadapan laki-laki yang sempat tak kuanggap. Aku yang dianggapnya kuat ternyata sangat lemah dan cengeng.

       "Malah bengong, bareng gak?" Tanya mas Santosa mengagetkanku. Tiba-tiba perutku merasa mual, pingin muntah. Tanpa mempedulikan mas Santosa, aku langsung berlari keluar.

       "By, kenapa?" Kuabaikan pertanyaan itu. Di kamar mandi aku muntah-muntah sampai kehabisan tenaga.

                     ****
       Ketika terbangun aku berada dalam sebuah ruangan bercat putih, jelas ini bukan kamarku. Mas Dama tertidur, kepalanya menunduk di tempat tidurku. Selang infus mengganggu pergerakanku, aku pingin ke toilet. Perlahan aku mencoba turun.

      "Kamu sudah bangun?" Suamiku terbangun kaget, agaknya gerakanku mengganggu tidurnya.

      "Pingin ke toilet," jawabku lirih.

      "Ayo, turunnya pelan-pelan ya," mas Dama menolongku turun lalu menuntunku.

      "Mas diluar aja, aku bisa kok," kataku saat suamiku ikut masuk ke dalam kamar mandi.

      "Gak, mas disini aja. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa. Sudah kamu mau pipis atau..."

       "Pipis aja," Dengan sabar dia membantuku, selang infus membatasi gerakanku. Hampir saja aku limbung lagi, untung mas Dama segera menahannya.

       "Mas gendong saja, kamu pegangin infusnya," tanpa minta persetujuanku, laki-laki itu langsung menggendongku. Menyadari tubuhku yang lemah, Aku tidak protes menerima perlakuan romantisnya. Jarang-jarangkan dia begitu.

       "Memangnya aku kenapa Mas?" Tanyaku setelah kembali berbaring. Suamiku merapikan selimut yang aku pakai.

        "Aku sakit apa?" Tanyaku lagi.

       "Kamu gak sakit, maaf ya aku membuatmu begini," bisiknya lirih. Dikecupnya puncak kepalaku lembut. Desir aneh kembali mengganggu perutku. Kupu-kupu beterbangan memporakporandakan isi perutku, begitu kata orang.

       "Kenapa mas yang membuat aku sakit?" Laki-laki itu malah tersenyum. Tanganku digenggamnya erat.

      "Terima kasih Sayang, kita akan belajar bersama menjadi orang tua yang baik untuknya," Tangan kekar itu mengelus perutku. Untuknya, siapa? Hamilkah aku?

      "Kamu hamil, kata dokter sudah 8 minggu. Anak kita tumbuh sehat di sini, maaf Mas tidak memahami perubahan di tubuhmu sampai membuatmu harus terbaring  di sini,"

       "Aku hamil Mas?" Tanyaku tak percaya. Dia mengangguk, ini bukan mimpikan?

      Ternyata rasa aneh yang menyerang tubuhku beberapa waktu ini karena aku hamil dan aku tidak menyadari itu. Beberapa kali memiliki angan tinggi untuk hamil, setelah terlambat datang bulan lalu hancur karena si tamu datang lagi dan lagi. Aku mulai menganggap biasa kalau si dia tidak datang-datang, berlaku biasa dan tidak lagi bercerita pada suamiku. Aku tidak mau kecewa atau membuatnya kecewa. Gejala aneh yang timbul pun tidak aku pedulikan, gak mau baper.

     Airmata mengalir membasahi pipiku, mas Dama panik. Dengan cepat dia meranjak memelukku.

      "Kenapa Sayang? Ada yang sakit?" Aku hanya menggeleng lemah. Tak cukup kata terucap sebagai rasa syukur untuk berkat yang Tuhan berikan, dia yang dikirim Tuhan dalam perutku. Tumbuhlah anakku, tumbuh dengan sehat dan penuh cinta kami.

Kemayoran, 30 Juli 2019

                    ***

     

      

     

Aku jatuh cinta lagi (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang