Bukan orang ketiga

3.7K 203 3
                                    

Update hari ini masih tentang si mas yang harus menyelesaikan masalahnya...
Masalh dengan hatinya dan hati seseorang...tapi suwer aku bukan orang ketiga
Please...
Selamat membaca

Mencintai Aby bukan pilihan yang mudah buatku. Hubungan yang awalnya hanya pertemanan tiba-tiba harus melibatkan perasaan. Tepatnya perasaanku... entah dengan Aby, aku gak yakin dia mencintaiku. Aby yang supel mempunyai banyak teman laki-laki. Dengan gaya cueknya dia bisa bergaul dengan siapa saja, berbeda dengan aku yang cenderung diam. Temanku tidak banyak hanya sedikit teman kantor. Apalagi pergaulanku dengan cewek sangatlah minus.
Tiga tahun lalu sampai beberapa bulan lalu sebelum aku semakin dekat dengan Aby, aku mempunyai kekasih. Ninda namanya. Ninda gadis yang baik, penurut dan sangat perhatian padaku. Meski aku cuek dia tidak pernah menyerah memperhatikanku. Ninda selalu mengikuti kemauanku. Tak jarang dia mengejarku kemana pun aku pergi bahkan saat aku ingin sendiri. Kadang aku merasa tidak nyaman karena aku jadi tidak memiliki waktu untukku sendiri. Jujur, aku tidak pernah serius dengan Ninda. Selain karena sikap overprotective nya, kami juga tidak seiman. Itu alasanku tidak mau serius dengannya. Berkali-kali Ninda memintaku datang ke rumahnya, aku tidak pernah mau. Aku tidak mau berkenalan dengan orang tuanya. Pacaran 3 tahun dan tidak kenal orang tua, apa yang diharapkan dari hubungan itu? Tapi Ninda tetap sabar menunggu aku. Ironis ya...
Secara fisik Ninda jauh lebih cantik dari Aby. Dalam segala hal Ninda lebih baik hanya satu kelebihan Aby dari Ninda. Kemandiriannya, Aby tidak manja dan sangat cuek. Tantangan itu yang membuatku penasaran dan akhirnya jatuh cinta. Aby tahu tentang Ninda seperti aku tahu tentang Adi calon suaminya. Tapi Ninda tidak tahu tentang Aby. Ketika aku merasa mulai menyukai Aby, aku mencoba mengakhiri hubunganku dengan Ninda. Tentu Ninda menolaknya mentah -mentah sambil menangis tersedu.

Flashback

"Mas kemana aja, aku hubungi gak pernah dijawab?" Tanya Ninda ketika kami bertemu tiga bulan lalu. Ya
.. tiga bulan lalu setelah itu kami belum bertemu lagi.
"Banyak kerjaan," sahutku pendek.
"Mas marah ya.." aku menggeleng. Aku tidak punya alasan untuk marah dengannya, meski kadang jengkel dengan sikap manjanya.
"Aku ke tempat mas juga gak pernah ada," timpalnya lagi. Aku mendengus.. gak sabar dengan kemanjaannya. Beda dengan Aby.. nah lho kenapa dibandingkan dengan Aby!Setelah hampir dua bulan tidak bertemu hari ini aku bertekad untuk mengakhiri semuanya. Percuma menjalani hubungan yang tidak punya masa depan. Ninda menunjukkan wajah merajuk mendengar dengusanku. Pasti dia sebel padaku. Tangannya terulur memegang lenganku manja. Kepalanya disandarkan dibahuku lalu tanpa suara dia menciumku. Aku masih diam saja. kebiasaan Ninda kalau aku sedang tidak senang hati, dia akan melakukan apa pun untuk merayuku. Dia berhasil, cowok mana yang gak suka diberikan kemanjaan seperti itu. Kucing kok dikasih ikan asin hahhaha... Kali ini aku bertekad untuk tidak tergoda. Sebelum Ninda melakukan yang lebih sensasional lagi aku bergerak menghindar. Ninda kaget, mungkin dia pikir aku akan melayani rajukannya seperti biasa. Wajahnya tampak sangat kecewa. Bibirnya cemberut. Bibir yang biasanya menarik itu tak lagi menggodaku.
"Nin.. maafkan aku. Kita harus mengakhiri hubungan ini," kataku membuyarkan rajukannya. Matanya membelalak menatapku tak percaya.
"Mas bergurau ya?"
"Gak lucu tahu," sahutnya dengan senyum menggoda. Tubuhnya segera bergerak makin mendekatiku dan aku makin menjauh.
"Maaf, aku bersungguh-sungguh," Ninda mulai terlihat menangis. Aku tidak suka melihat perempuan menangis tapi aku juga tidak mau menghiburnya agar dia tidak salah sangka dengan maksud baikku.
"Ninda salah apa mas?" Tanyanya disela isak tangisnya. Aku menggelengkan kepala. Shit, dia tidak melihatku mana mungkin dia tahu jawabanku.
"Kamu tidak salah. Hubungan kita yang salah," kataku. Ninda mendongak, air mata yang menetes dihapusnya kasar.
"Karena kita beda agama? Ninda mau ikut agama mas," katanya gusar. Aku kembali menggeleng.
"Karena aku tidak mencintaimu," sadis! kata-kata itu meluncur tajam dari mulutku. Mulut laki-laki yang telah menerima semua dari gadis yang memujanya. Ninda menangis meraung-raung, tangannya memukul dadaku. Aku tak bergeming. Maafkan aku Nin..

Flashback end

Ninda belum menerima keputusanku. Setiap hari dia masih mencoba menghubungiku bahkan nekat mencariku di tempat kos dan tempat kerjaku. Tiga bulan aku tidak pernah mau bertemu dia lagi. Buat apa menyiksa diri menerima orang yang tidak kita cintai? Mungkin kalian menilai aku jahat sudah menyakiti hatinya. Biarlah...
Aku hanya tidak mau membohongi diriku sendiri dan juga Ninda. Meski aku juga belum tahu arah hubunganku dengan Aby.
Sementara hubunganku dengan Aby makin membaik, hubunganku dengan Ninda makin memburuk. Sebenarnya aku sudah tidak ingin berhubungan lagi dengannya. Keputusanku tiga bulan lalu sudah final. Tapi Ninda masih terus menghubungi aku bahkan beberapa hari ini Ninda makin nekat, dia mengancam akan bunuh diri. Kuatir juga kalau beneran dia bunuh diri meski tidak ada hukum yang menjeratku asal bukan aku yang membunuhnya.
Sepulang kerja hari itu Ninda mengirim sms lagi. Kali ini Ninda mintaku menemuinya di pantai tempat kami biasa bersama. Setelah aku perhitungkan beberapa kemungkinan buruknya, kuputuskan untuk menemuinya. Kulupakan sejenak Aby yang mungkin juga sedang menungguku. Sudah dua hari aku tidak menghubungi Aby karena pusing dengan ulah Ninda. Kutemukan Ninda duduk sendirian di ujung jembatan yang ada di pantai. Wajah, rambut dan bajunya tampak sangat kusut. Tidak seperti biasanya, melihatku datang Ninda langsung melompat dan memelukku erat. Beberapa pasang mata melihat ke arah kami, aku tak perduli. Kuajak dia meninggalkan jembatan agar bisa diajak bicara baik-baik. Ninda menolak
"Aku mau di sini mas,"
"Angin sangat kencang nanti kamu sakit," kataku agak kuatir.
"Aku gak peduli, aku mau dengan mas di sini," jawabnya ngotot. Aku mulai tidak sabar.
"Terserah kalau mau mu begitu," kulepaskan pelukannya dan berbalik arah mau meninggalkannya.
"Kalau mas pergi aku akan melompat ke laut," teriaknya nekat. Aku berhenti melangkah. Dia sudah gila, kubaliklah badan kembali menghadap ke arahnya. Ninda sudah berdiri tepat di tepi jembatan. Beberapa perempuan yang melihat kenekatan Ninda berteriak histeris.
"Mas, tahan dong! Jangan sampai mbaknya terjun beneran!" Aku frustasi, nyesal kenapa dulu menerima cintanya. Gadis konyol, perlahan kudekati dia yang masih berdiri di tepi jembatan. Kupegang tangannya kuat-kuat dan kutarik dari tempatnya berdiri. Dalam satu hentakan tubuh itu sudah berada dalam pelukanku. Orang-orang bersorak lega. Ninda menangis didadaku.
Lagi-lagi air mata itu, menyebalkan.
"Nin, Kamu tidak bisa begini. Hidupmu masih panjang, jangan berbuat bodoh," bisikku lirih.
"Aku mencintaimu, Mas," sahutnya tak kalah lirih. Aku mengangguk, aku mengerti tapi apakah aku harus menerimanya.
"Kita bicara di sana ya," akhirnya dia menurut kubawa ke tempat yang lebih aman.
Malam itu kami bicara panjang tentang banyak hal. Ninda masih terus ngotot agar kami tetap bersama. Kubeberkan berbagai kemungkinan buruk jika hubungan kami tetap dipaksakan. Tidak mudah membuatnya mau mengerti situasi yang ada di antara kami. Perlu waktu semalaman untuk membuatnya menerima keputusanku. Dinginnya angin laut tidak kurasakan, yang penting Ninda akhirnya mau mengerti.
"Suatu hari nanti kamu akan mendapatkan orang yang mencintaimu dengan tulus Nin," bisikku lirih. Kupeluk Ninda sekali lagi sebelum kami berpisah di depan rumahnya. Ninda membalasnya erat, menciumku hangat lalu berlari masuk ke dalam rumah sambil menangis. Kuhela napas panjang, malam yang melelahkan. Setelah Ninda menghilang di balik pintu aku pun berbalik. Tujuanku hanya satu, rumah Aby. Di sanalah aku ketika pagi hari Aby membuka pintu.
*****************

Panjang ya...
Pasti lelah banget si mas mengakhiri kisah cintanya dengan Ninda...
Jangan pada gemes ya..
Sungguh Aby bukan orang ketiga..
Update selanjutnya dijelaskan ya..
Ditunggu vote nya ya..

Aku jatuh cinta lagi (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang