Happy reading
Dalam banyak novel yang sering kubaca, cerita pasangan yang menikah tanpa cinta itu biasa. Perjalanan panjang yang sangat melelahkan tapi akhirnya menuai bahagia. Banyak bumbu membuat pernikahan itu menjadi menarik. Biasanya perempuannya yang tertekan karena perempuan itu lemah selalu memakai hati. Menangisi nasibnya menikahi laki-laki yang tidak mencintainya. Aku tidak mau menjadi perempuan seperti itu. Sepertinya aku harus mengambil sikap mumpung pernikahan ini belum terjadi, masih ada waktu untuk mundur. Masih 3 minggu kan?
Laki-laki yang "kupaksa" menikah denganku tampak terpekur di kursi ruang tamuku. Wajahnya kusut sejak datang satu jam yang lalu. Seperti biasa tak banyak kata keluar dari mulutnya tentang ketidakhadirannya menemaniku sore tadi. Hanya kata maaf dan wajah gelisahnya yang membuatku makin tidak sabar.
"Jadi, ada apa dengan Ninda?" Tanyaku memecah keheningan. Si mas mendongak menatapku tetap dengan wajah gelisahnya.
"Dia.." Hanya kata itu yang terucap dari mulutnya.
"Aduh kenapa jadi kayak telenovela gini ya.."
"Maaf By, aku bingung," kuhela napas panjang. Beneran capek banget ngadepi laki-laki plin plan ini.
"Daripada mas bingung bagaimana kalau kita batalkan saja rencana pernikahan kita?" Si mas kaget mendengar omonganku.
"Kamu ngomong apa By," katanya marah. Baru kali ini aku melihat si mas emosi, wajah bingungnya hilang seketika. Sesaat kemudian air mukanya berubah. Si mas bergerak mendekatiku.
"By, jangan pernah katakan hal konyol itu lagi. Pernikahan bukan permainan yang bisa diakhiri begitu saja. Jangan lagi ya," tanganku dipegangnya erat seolah takut lepas.
"Makanya sebelum betul-betul jadi pernikahan kita batalkan saja. Daripada nanti sudah menikah dan Ninda masih ada dipikiranmu. Aku gak mau ada duri dalam daging pernikahan kita,' pegangan si mas semakin kuat. Matanya tajam menghujam mataku.
"Aku hanya bingung By," aduh kenapa harus kata itu yang terus keluar dari mulut laki-laki ini. Aku harus bagaimana menyakinkannya untuk mengakhiri rencana pernikahan kami, pernikahan yang sesungguhnya juga aku ragukan.
"Daripada mas bingung lebih baik.." si mas tidak membiarkan aku menyelesaikan ucapanku. Dengan kasar si mas menciumku, aku jadi gelagapan tidak menduga tindakannya yang tiba-tiba. Dengan marah aku mencoba melepas ciuman kasarnya. Kudorong tubuhnya menjauh dariku. Napas kami terenggak karena alasan yang berbeda. Si mas mengusap wajahnya kasar.
'Aghh.." teriaknya frustasi.
"Maaf By, maaf membuatmu marah,"
"Lebih baik mas pulang, sudah malam," jawabku dengan gemetar. Aku marah dengan perlakuannya kasarnya, ada yang tidak kutahu dari sikapnya tadi. Sikap yang tidak pernah ditunjukkan selama ini. Apakah memang dia kasar?
"Mas minta maaf By, maaf mas sudah kasar sama kamu," katanya sambil mendekatiku lagi.
"Cukup mas, lebih baik mas pulang. Besok kalau pikiran kita sudah waras baru kita bicara lagi," kataku tegas. Si mas menunduk lemah. Beberapa saat kemudian dia berdiri.
"Baiklah mas pulang ya" pamitnya lembut. Tangannya terulur untuk meraih tubuhku tapi kutolak. Dengan lesu si mas meninggalkan rumahku.
"Hati-hati," kataku hanya dalam hati. Kulepas kepergiannya dengan banyak pikiran dalam hatiku. Haruskah benar-benar aku akhiri?
********
Akhirnya bisa update lagi. Terima kasih sudah mau membaca
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku jatuh cinta lagi (Lengkap)
ChickLitCinta? Apakah itu cinta? Semua hanya kebohongan belaka Cinta hanya kata tanpa makna bagiku yang berulang kali dikhianati..terlalu banyak kebohongan yang membuat Cinta musnah tanpa rasa. Bagiku cinta tak penting lagi.. tak penting juga menjadi dasar...