Tanpa mempedulikan aku yang duduk didepannya, si mas kembali mencecap air kelapa mudanya. Aku pun tidak ingin memulai pembicaraan. Kucari posisi enak dengan bersandar pada tiang gasebo, kakiku berselonjor santai lalu kupejamkan mata sekedar membuang lelah.
Akibat perjalanan pulang kemarin, kemudian membantu persiapan pernikahan, bina pranikah terpaksa kami kerjakan dalam waktu berdekatan. Dan itu membuatku sangat lelah, gak mungkin sampai rumah santai- santai saja sementara semua orang rumah sibuk.
Semilir angin sore membuatku menguap, kantuk mulai menyerang. Tanpa sadar aku tertidur, entah berapa lama. Sebuah pijatan lembut dikakiku membuatku terbangun. Dengan malas kubuka mataku, mas Dama diam didepanku. Seulas senyum menghiasi bibir hitamnya akibat rokok.
"Capek ya, tidur lagi saja. Kalau sudah mau pulang, nanti aku bangunkan," bisiknya lirih ditelingaku. Aku terdiam, bisikan lembutnya membuat bulu kudukku berdiri. Kuhela napas panjang sebelum memperbaiki posisi dudukku.
"Anginnya membuat ngantuk," sahutku berkilah. Alasan klise, ngantuk mah ngantuk aja, pakai menyalahkan angin.
Kutengok jam di pergelangan tanganku, pukul 15.30 menit. Sudah sore, seharusnya kami sudah di rumah. Orang rumah pasti kepikiran, kenapa kami yang belum kembali dari gereja.
"Pulang yuk, sudah sore," ajakku bergegas berdiri.
"Tunggu, ada yang ingin Aku tanyakan!" Kata Mas Dama menahanku. Aku kembali duduk, kali ini kami duduk bersebelahan. Si mas menggenggam tanganku erat, matanya menatapku lembut dengan kepala sedikit miring.
"Katanya mau ngomong, kok malah diam Mas?" Tanyaku memecah keheningan. Laki-laki itu mencium tanganku, meletakan genggaman kami didadanya.
"By, kamu gak nyeselkan menikah denganku?" Tanyanya pelan. Aku diam tak bersuara.
Kurebahkan kepalaku dipundaknya, mencoba menikmati kedekatan kami menjelang acara pernikahan yang tinggal menghitung hari. Gak peduli pikiran orang-orang di sekitar kami, bukankah bagi orang yang sedang pacaran dunia milik berdua?
Nyaman, itu yang kurasakan bersandar di pundaknya. Kunikmati sikap lembutnya, mungkin juga cintanya dan berharap bisa menciptakan sensasi berbeda. Ternyata debar yang ingin kurasakan tak juga datang.
Maaf Mas, kelembutan dan sebaikanmu belum berhasil membuat hatiku bergetar, kataku dalam hati.
Mas Dama tersenyum lebar, debar jantungnya terdengar lebih cepat. Diusapnya rambutku lembut.
"Mas mencintaimu By. Terima kasih sudah memilih Mas seperti yang kamu bilang tadi di depan pak Pendeta," katanya senang.
"Emang ujiannya apa?" Tanyanya pingin tahu. Kupejamkan mata, teringat apa yang kukatakan tadi siang.
" Yang pasti, mas Dama sudah lolos uji materi menjadi calon suami. Banyak hal yang dia tidak sadari kalau sesungguhnya saya sedang mengujinya. Maaf ya Mas, njenengan pilihan yang terbaik bagiku," Pernyataan anehku ternyata membuatnya bahagia. Rasa bersalah mengejarku, kenapa sulit mencintai laki-laki tempatku bersandar sore ini? Laki-laki yang sudah berjuang mencintaiku, melepaskan perempuan lain yang tergila-gila padanya. Perempuan yang rela berkorban untuknya. Sementara aku malah menelantarkan hatinya.
"Pingin tahu aja apa pingin tahu banget?" Tanyaku iseng.
"Pingin tahu banget," sahutnya antusias. Aku bergerak dari posisi nyamanku, supaya kami bisa duduk berhadapan.
"Meski terlambat, aku bersyukur mengenal njenengan. Njenengan baik, tulus. Terima kasih untuk cinta yang njenengan berikan untukku," Kubalas genggaman tangannya erat. Laki-laki itu tertawa bahagia. Aku ikut tertawa, entah untuk apa.
Terlalu banyak cerita yang tidak bisa aku ungkapkan sekarang. Mungkin suatu saat nanti ketika hatiku mulai bisa mengimbangi perasaannya. Aku yakin, suatu saat rasa itu akan hadir. Aku ingin jatuh cinta lagi.
"Pulang yuk, orang rumah pasti kuatir!" Ajakku memotong anganku sendiri. Mas Dama mengangguk. Bergandengan tangan, kami keluar tempat wisata yang tak sempat kami nikmati indahnya.
Bekasi, 23 Juli 2019
***
Aku khilaf, ternyata waktunya tinggal 8 hari lagi. Kelar gak ya???
Doain bisa finish ya...Salam...
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku jatuh cinta lagi (Lengkap)
ChickLitCinta? Apakah itu cinta? Semua hanya kebohongan belaka Cinta hanya kata tanpa makna bagiku yang berulang kali dikhianati..terlalu banyak kebohongan yang membuat Cinta musnah tanpa rasa. Bagiku cinta tak penting lagi.. tak penting juga menjadi dasar...