Pada Senin pagi, temperatur Los Angeles turun drastis, padahal ini baru awal musim semi. Dad mengetuk pintu kamarku dua kali, aku berseru untuk mempersilakannya masuk, namun yang muncul adalah seonggok sweter tebal berwarna biru tua. Aku memungutnya, mencium aroma Dad yang khas.
Saat aku berjalan menuruni tangga, aroma waffle memenuhi indra penciumanku.
"Aku rindu waffle khas Downey," kataku semangat.
"Selamat pagi," Dad mencium keningku kemudian melihat penampilanku. "Sweter itu selalu cocok untuk tubuh mungilmu."
Sambil memenuhi mulutku dengan waffle, aku berkata, "Dan aku heran mengapa kau selalu memintaku untuk mengembalikannya."
"Telan, lalu bicara, miss," Dad memungut korannya.
"Omong-omong," ujarku susah payah seraya menelan. "Aku akan pulang cukup larut malam ini. Ada pemotretan."
"Bukannya kau tidak ada hubungannya dengan pemotretan?"
"L.A. STYLE akan melakukan pemotretan bersama beberapa aktor terkenal, Dad, dan aku diizinkan melihat."
Dad memutar bola matanya, tapi kemudian mengangguk karena ia tahu ia tidak bisa menolak keinginanku. Setelah menghabiskan sepiring penuh waffle serta segelas penuh susu, aku merapikan barang-barangku kemudian mencium pipi Dad sekilas sebelum berangkat.
Melaju bersama Transformers selalu menaikkan semangatku, namun semangat itu tidak bertahan lama. Jalanan tiba-tiba terasa licin dan Transformers meliuk-liuk menakutkan. Sialan. Siapa sangka jalanan akan begitu licin karena air hujan? Ini baru awal musim semi, dan ban Transformers belum kuganti dengan ban khusus musim dingin.
Seperti yang kuduga, Transformers meliuk jauh dan menabrak pohon terdekat. Kulihat ada kepulan asap dari kap mobil, tapi selain itu semuanya aman. Bahkan aku tidak terluka.
"Brengsek." Aku keluar dan dilanda perasaan kesal sekaligus malu. Beberapa orang mendekati dan menolongku, mereka memaksa membawaku ke rumah sakit terdekat meskipun aku menegaskan bahwa aku baik-baik saja. Tapi toh akhirnya aku terlalu lelah untuk berdebat.
Setelah setengah jam yang lama bersama dokter, akhirnya ia pun membebaskan aku untuk pergi. Mereka memaksaku untuk melakukan cek seluruh badan demi mengetahui apakah ada luka yang aku tidak tahu, atau bahkan bisa saja aku terkena trauma. Demi Tuhan, aku akan merasakannya jika mengalami trauma.
"Teala!" Aku mendongak setelah menutup pintu ruang periksa dan mendapati Dad—dengan wajah tampannya yang khawatir—berlari menghampiriku. Setelah sampai di hadapanku ia segera memelukku erat. "Mengapa kau begitu bodoh? Tidak bisakah kau mengemudi? Sudah kubilang jangan beri nama mobil sialan itu dengan sebutan Transformers. Kau kena kutukan."
Aku tertawa mendengar celotehan tidak penting Dad. Inilah caranya menunjukkan bahwa ia khawatir. Ia tidak akan bertanya bagaimana keadaanku selama aku masih bisa berdiri dan tertawa menanggapi humor anehnya.
Setelah ia melepas pelukan kami, mata cokelat indahnya berlarian memandangiku dari atas ke bawah. "Apa yang terjadi?"
Kami berjalan menuju kursi terdekat. "Ban Transformers selip."
Dad memutar bola matanya. "Memang aneh, bukan? Mengapa bisa ada hujan tiba-tiba semalam?"
Aku mengangkat bahu tak peduli. "Maukah kau mengantarku bekerja? Aku baik-baik saja, Dad, kau bisa tanya dokter."
"Aku lebih memercayaimu, Teala. Jika kau merasa baik, maka kau memang baik-baik saja." Dad berdiri kemudian mengulurkan tangannya padaku, dan dengan senang hati kuterima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Holy Sin
Fanfiction[BAHASA INDONESIA] - [ROBERT DOWNEY JR.] • Dalam kedekatan seorang ayah dan putrinya, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Teala, seorang wanita muda menarik, masih menyimpan nasihat kedua orangtuanya untuk tidak memberikan...