TEALA
Aku berjalan meninggalkan Robert. Secara mengejutkan ia hanya membiarkanku, tidak bertanya dan lain hal. Kuraih tas serta mantelku dan keluar menuju malam.
Semuanya terlalu gila untuk diproses. Tentu saja. Tentu saja! Dalam keadaan normal, kami tidak akan seperti ini. Dalam keadaan normal, semabuk apa pun Robert, ia tidak akan menyentuhku—karena dalam keadaan normal ia adalah ayah kandungku. Dalam keadaan normal, aku tidak akan merespon sentuhannya. Terlalu gila untuk diproses. Dan terlalu masuk akal untuk batinku menolaknya.
Aku tidak tahu apa yang kulakukan, tapi aku memberitahu supir taksi agar membawaku ke alamat apartemen Gideon. Aku butuh seseorang untuk bicara. Seolah jiwa dan ragaku akan meledak jika kupendam seorang diri.
Hujan masih menyisakan rintikan ketika aku turun dari taksi dan naik ke lantai apartemen Gideon. Pada ketukan pertama ia membukanya, terkejut sehingga menumpahkan sebagian isi cangkir yang dibawanya. Tapi pada akhirnya ia mengizinkanku masuk.
"Sebelum kau bertanya banyak hal, jangan beritahu Robert bahwa aku di sini." Perintahku sambil menghela napas berat. Aku telentang di sofa, menutup wajahku dengan kedua tangan. Kurasakan tangan besar Gideon menyentuh kakiku.
"Maukah kau menceritakannya? Aku tidak akan memaksa."
Aku mengangkat kedua tangan dari wajah dan menatap mata Gideon lekat-lekat. Bisakah aku memercayainya?
"Kau tidak akan memercayainya! Semua ini terdengar gila!" Kudengar diriku berseru.
Gideon kembali menyentuh kakiku. "Aku suka cerita-cerita gila dan tidak masuk akal."
Aku tertawa pada jawabannya. Mengambil posisi duduk, aku menyiapkan diri.
"Kau bisa dipercaya?"
"Tentu."
"Bagus. Karena jika kau tidak tutup mulut, kau juga berurusan dengan Rob—Dad."
Gideon melotot ke arahku. "Ini ada hubungannya dengan Robert?"
Aku mengangguk samar.
Aku memulai dengan fakta bahwa kami tidak mempunyai hubungan darah. Aku menceritakan segalanya mengenai Robert dan Shabby, bagaimana mereka menemukanku dan mengambilku.
"Kau bercanda!" Seru Gideon.
"Aku berkata persis seperti itu kepada Rob—Dad. Oh, sial. Biarkan aku memanggilnya Robert." Aku mendengus sebal. "Bagaimana bisa aku tidak menyadarinya?"
"Well," gumam Gideon. "Karena sebenarnya kau sangat mirip dengannya? Lihatlah rambut kalian! Hanya saja rambutmu sedikit keemasan. Dan cara kalian berpikir, berbicara, dan bergurau. Kau juga memiliki begitu banyak kemampuan seperti Robert."
Aku memutar bola mata. "Omong-omong masalah kemampuan—tentu saja kami mirip! Ia mengajarkanku segalanya agar tumbuh menjadi wanita cerdas dengan karir gemilang."
"Yeah, kau tidak bisa membencinya untuk itu."
"Apa yang harus kulakukan, Gideon?" Sembari aku melontarkan pertanyaan itu, aku sedang berpikir apakah aku bisa memercayai Gideon dengan rahasia kecil kami yang lain. Yang lebih... tidak wajar.
"Kau tahu, Teala, apa pun yang terjadi, Robert selalu ada untukmu. Ia merupakan satu-satunya sosok yang memberimu segalanya. Kau tidak bisa membencinya dan meninggalkannya begitu saja."
"Well, yeah, aku berencana mengembalikan semua barang-barang darinya. Aku bahkan ingin membeli apartemen sendiri."
"Taruhan 100 dolar Robert tidak akan membiarkan itu terjadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Holy Sin
Fanfiction[BAHASA INDONESIA] - [ROBERT DOWNEY JR.] • Dalam kedekatan seorang ayah dan putrinya, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Teala, seorang wanita muda menarik, masih menyimpan nasihat kedua orangtuanya untuk tidak memberikan...