Holy Sin - #6

9.7K 366 6
                                    

"Dad, cepatlah, ini sudah pukul lima!" Aku berseru dari dapur. Aku sengaja pulang lebih cepat untuk membantu Dad bersiap, ia akan menghadiri movie premiere di Beverly Hills. Tuhan, mengapa dia membutuhkan waktu lama sekali untuk mandi?

"Sialan." Umpatnya sambil menuruni tangga. "Aku tidak bisa menemukan kaus kaki favoritku."

Dia pasti bercanda!

Dad tampil sangat memukau, sangat berbeda. Well, tentu saja, aku sering melihatnya memakai setelan jas mahal. Aku sering mendandaninya. Tapi kali ini berbeda. Dad memutuskan memakai setelan tuksedo hitam, dan itu sangat pas pada tubuhnya—bahkan Dad tidak pernah memakai tuksedo karena ia membencinya.

Rambutnya tampak menawan dan mengkilap, terlihat sangat lembut sehingga aku membayangkan bagaimana rasanya jika kusentuh. Dad juga telah bercukur, namun masih meninggalkan bulu-bulu halus seksi pada wajahnya. Sialan, Teala.

"Bagaimana menurutmu?" Tanyanya mendekat. Aku sendiri heran mengapa ia memintaku pulang cepat. Ia bisa mengerjakan semuanya sendiri.

Aku menelan ludah dengan susah payah. "Oh, well, kau tampan. Semua orang tahu itu."

Dad tertawa renyah. "Aku sangat berharap kau bisa hadir. Sayangnya hanya ada satu tiket."

Aku melipat kedua lengan di dada, mencoba tidak terlalu terusik pada fakta bahwa Dad berdiri sangat dekat denganku dan aftershave-nya sangat memabukkan.

"Well, selamat bersenang-senang."

"Pasti." Dad mengedipkan sebelah matanya, lalu memelukku singkat sebelum akhirnya mengecup keningku dan pergi.

Aku duduk di konter sambil menyesap soda, masih merasa panas. Dan sekarang aku tidak tahu harus melakukan apa. Semua bahan untuk penerbitan majalah edisi terbaru sudah rampung, itu artinya kami tidak terlalu sibuk dengan deadline. Kemudian aku berpikir untuk menghubungi Gabriel.

Pada nada dering terakhir, Gabriel baru menjawab.

"Teala?" Sapanya dari seberang saluran.

"Hei!" Aku terdiam sebentar. "Ada acara untuk malam ini?"

"Tidak juga. Ada apa?"

"Aku sangat bosan. Dad pergi menghadiri movie premiere. Jadi, minat pergi denganku?"

Kudengar gelak tawa Gabriel. "Tentu saja. Kau punya ide untuk bersenang-senang?"

"Kudengar ada Meal Festival di Downtown. Mau mencoba?"

"Tentu. Pukul tujuh, kujemput?"

"Bagus! Sampai jumpa, Gab."

"Sampai nanti, Teala."

Pada beberapa jam berikutnya, aku dan Gabriel telah sampai.

Festivalnya sungguh ramai, dipenuhi dengan orang-orang dari semua kalangan. Kehidupan di Los Angeles sangat berbeda dengan di New York. Orang-orang di sini cenderung hidup sehat. Kebiasaan mereka adalah makan asupan sehat dan olahraga teratur. Bukannya tidak ada, tapi aku jarang menemukan street food yang dapat memanjakan lidahku di sini.

Dan beruntung ada festival ini. Semua jenis makanan yang kusuka ada. Bisa dibilang aku tidak terlalu berusaha keras untuk membentuk tubuh ideal—makanan sehari-hariku di sini yang memengaruhiku. Well, tidak untuk malam ini. Akan ada banyak lemak dan karbohidrat buruk yang masuk ke dalam tubuhku.

"Kau ingin mulai dari mana?" Tanya Gabriel. Matanya berkeliling ke sepenjuru festival.

"Bagaimana dengan sesuatu yang berat? Ini sudah jam makan malam."

Holy SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang