6;Hah?

2.5K 430 30
                                    

"SAEROOONN AWAAASSS!!!"

Seketika sekilat cahaya menembus kearah Saeron. Jinyoung, Seoyeon, dan Renjun yang tepat dibelakang Saeron dan Eunbin langsung berteriak. Eunbin langsung menarik Saeron kesamping. Tapi tetap saja, pipinya terkena suatu goresan.

"Apaan tuh?" tanya Jaemin.

"Gak tau, tadi tiba-tiba kaya ada cahaya gitu." Nafas Seoyeon berpacu, mungkin efek dari kagetnya tadi.

"Pipi lo luka." ujar Renjun menatap Saeron.

"Gak apa, luka kecil doang." Saeron memegang pipinya yang sedikit berdarah.

"Ayo, kita obatin dimobil aja." ajak Eunbin. Mereka langsung bergegas kedalam mobil atau lebih tepatnya mobil van.






"Lo tuh bego dipelihara! Ngapain pake ngeluarin cahaya sih?!"

"Ya gue mana tau sih!"

"Gagal kan kita! Mau bilang apa ke kak Daniel nanti? Aduhh lo tuh ceroboh banget sih!"

"Iya-iya maaf, ntar gue yang ngomong ke kak Daniel."

"Itu mereka udah menuju ke si penerawang bego! Udah telat!"

"Gak ada kata telat dalam kamus kita sebelum mereka mati."

👣👣👣

"Ini rumah jisung? Lo yakin kakaknya ada?" tanya Jaemin.

"Ada biasanya kalau jam segini." Jinyoung langsung memencet bel. Dan keluarlah seorang pemuda yang tampilannya sangat urakan.

"Weh Nyoung! Apa kabar?" pemuda itu langsung bertos dengan Jinyoung.

"Kabar baik bang, abis ngapain lo sampai begini? Hahaha." tawa Jinyoung. Berkat ucapannya yang ngasal dia dihadiahi toyoran.

"Btw, ini ngapain rame-rame?" tanya pemuda itu alias Bangchan. Abangnya Jisung.

"Ini loh bang gue mau nanya, lo punya temen namanya Dokyeom sama-" Jinyoung menatap Siyeon.

"Yuju."

"Nah iya, kak Yuju. Kenal gak?" tanya Jinyoung. Bangchan tampak berpikir sejenak.

"Oh maksud lo, double toa? Kenal gue mah. Ada perlu apa?"

"Kita minta alamat sama nomer hapenya boleh gak kak?" kali ini Eunbin yang berbicara.

"nomor hapenya gue ada sih. Tapi kalo alamatnya, selama kita temenan gue gak pernah kerumah dia." ujar Bangchan.

"Oh gitu, yaudah bang kita minta nomor hapenya aja."

Tanpa ba-bi-bu Bangchan memberikan nomor ponsel Dokyeom. Dengan segera Jinyoung menelepon Dokyeom. Namun orang itu menolak bertemu dengan alasan banyak urusan kuliah.

"Bang, dengerin kita dulu. Ini tentang..." Jinyoung menjeda ucapannya.

".... Vata."

👣👣👣

Disinilah mereka sekarang disebuah rumah tua yang tampak usang dengan rumput liar yang tumbuh sudah panjang.

"Lo yakin ini Nyoung?" tanya Haechan sembari melirik sekitar.

"Iyalah, bener kok ini alamatnya."

"Eh, kalian udah dateng?" ujar seseorang dari dalam rumah itu. Wanita muda dengan rambut kemerahan itu keluar. "Ayo masuk." ajak cewek itu.

Mereka langsung masuk kedalam rumah itu dan betapa terkejutnya mereka bahwa semua diluar ekspektasi mereka. Rumah ini sangat mewah dengan hiasan lampu kristal yang tergantung serta lemari hias berisi benda-benda berharga. Tak lupa sebuah lampu chandelier yang ada dimeja sudut ruangan.

"Kalian kaget ya, ciaaaaa." ujar cewek itu. Dan ini lebih diluar ekspektasi. Kelihatannya kakak ini kalem dan anggun. Tau-taunya?

Realita memang tak seindah ekspektasi.

"Woy juy! Lo kok gak ngomong nerawang mereka bakal datang?" ujar seorang pemuda yang suaranya mirip dengan yang ditelepon tadi. Fix! Ini kak Dokyeom.

"Duduk kalian, muat kan sofanya?" tanya Yuju. Ia mengabaikan perkataan Dokyeom tadi.

"Anjir kacang."

"Berisik lo kutu kuda. Sana ambilin minum."

"Najis juy, lo pikir gue ubab lo?"

"Wah bikin kesel lo ya. Gue abis diomelin pak muhadi nih karena tugas. Sana ambil."

"Apa hubungannya wati?" akhirnya Dokyeom tetap jalan juga buat ambil minum sama kudapan.

"Padahal gak usah repot-repot kak. Kita gak lama juga kok." Haechan basa-basi.

"Gak apa lah, jarang loh ada tamu kesini. Jadi kalian mau nanya apa? Menyangkut Vata?" tanya Yuju.

"Ada beberapa pertanyaan kak, sebelum itu, ini kok diluar udah kaya gubuk sekalinya masuk wow gini." Jaemin memandang sekitar rumah.

"Itu kamuflase kita. Hm, karena kalian tau soal Vata gak apa lah kakak cerita sedikit." ucap Yuju.

"Dulu, dikehidupan sebelumnya kakak dan Dokyeom adalah sepasang kekasih. Kita saling Cinta. Namun, kakak sudah dijodohkan. Kakak dan Dokyeom memilih bunuh diri. Kami tidak diterima, sehingga kami dibuang ke perkampungan pendosa. Kami diangkat menjadi mata-mata Vata. Tapi, ketika keadan dunia kacau karena permintaan keturunan oleh para keturunan silang, kami dikirim kedunia ini." cerita Yuju. Mereka mendengarkan dengan serius.

"Kisah kakak kaya Siti Nurbaya sama Romeo and Juliet." celetuk Somi.

"Mana ada Juliet macam ini dek, ini mah julit akut." Dokyeom datang dengan nampan.

"Bacot nian. Ayo dek diminum dulu." mereka meminum teh buatan Dokyeom. Jaemin, Haechan, serta Somi tanpa basa-basi memakan kue nastar didalam toples.

"Kita sebenarnya mau minta tolong kak."" ujar Eunbin.

"Minta tolong apa?" tanya Yuju.

"Bisa kakak terawang Mrs. Irene?" tanya Siyeon.



"Hah!?"

👣👣👣

Janlup vomment syg:*
Maap iya kalo aku ngaret:D

Silent ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang