16;Start

2.5K 418 18
                                    

Malam ini, tak ada yang kembali kerumah lama Siyeon. Mereka sepakat untuk tetap berada dirumah Mrs. Irene. Jeno memandang bulan separuh yang mulai tertutup awan dari balkon rumah.

"Disini dingin." seseorang menyodorkan secangkir coklat panas pada Jeno.

"Terima kasih kak." ujar Jeno. Gadis dengan tampang sangar itu duduk disebelah Jeno.

"Jeno, apa kau pernah berpikir bahwa hidup kita akan seperti ini?" tanyanya sambil ikut menatap bulan itu.

"Sama sekali tidak." jawab Jeno singkat sambil menyeruput coklat panasnya.

"Dulu, aku sangat bahagia walau aku tidak boleh berbicara walau aku bisa. Aku juga sangat bahagia bisa melindungi teman-temanku yang selalu dibuli. Walau kini aku mampu berbicara menggunakan mulutku dan aku merasa begitu bebas, aku tak pernah mengharapkan akhirnya akan seperti ini." ujar gadis itu sembari melihat awan yang perlahan mulai menutupi sinar separuh sang bidadari malam.

Jeno menatap cangkirnya. Jika saja waktu itu ia menolak ajakan Jaemin dan memilih fokus pada bandnya, mungkin kini ia sedang mengisi acara pensi sekolahnya.

"Tapi sebenarnya, memamg tidak ada yang perlu disesali bukan?" gadis itu melirik Jeno yang juga menatapnya. "Saat takdirmu telah tertulis di wajah semesta, bagaimana kita bisa menentang kan? Jadi, jika kupikir-pikir lagi untuk apa juga aku menyesali ini. Bukan kah sudah sangat terlambat." lanjutnya sambil menyilangkan kakinya.


"Kak Jiho..." panggil Jeno.

"Hm?"


"Kira-kira sedang apa ayah dan ibu?"





👣👣👣




"Bukan begitu maksudku, aduh bagaimana ya menjelaskan nya." teriak Mingyu frustasi.

"Jadi apa?" tanya Mrs. Irene.

"Maksudku itu, kapan kita bisa melawan Zevy? Bukankah ini sudah cukup?" tanya Mingyu.

"Masih ingat kita bisa melawan Vata jika malam Purnama pada abad ke-100? Kita bisa melawan Zevy hanya pada bulan mati." ujar Mrs. Irene sambil mengacak rambut Mingyu.

"Madam, kami ingin kekuatan yang lebih." ujar Eunbin.










Setiap hari menjelang bulan mati, Jeno dan kawan-kawan rajin berlatih untuk meningkatkan kemampuan fisik maupun mentalnya.

Kini bahkan Somi dan Renjun sudah dapat menerawang dengan jelas. Mrs. Irene benar-benar membantu mereka.



"Apa yang buat lo bener-bener gini bin?" tanya Jinyoung yang seusai latihan boxing.

"Gue cuma pengen punya hidup yang normal sama kakak gue. Gue pengen kakak gue punya temen yang bener-bener temen juga." jawab Eunbin lalu meminum air mineral miliknya.

"3 hari lagi bulan mati. Kita akan mulai semuanya. Hidup atau mati. Gue tau pasukan Zevy pasti banyak, dan kita cuma butuh 10 meter darinya, maka ia akan mati. Gue sangat menanti momen ini." ujar Eunbin. Pandangannya fokus kedepan.



"Gue yakin kita pasti bisa." Jinyoung menggenggam tangan Eunbin, yang membuat si empunya kaget.


"Makasih nyoung." jawab Eunbin sambil menatap balik tatapan dalam yang diberikan Jinyoung.
























"Kalian ada yang mau pizza g- ups!" Siyeon yang membawa kotak Pizza itu langsung berbalik badan dengan cepat. Jinyoung dan Eunbin langsung mengalihkan pandangan mereka.





👣👣👣



Helo, janlup vomment iaia

Silent ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang