Siang ini, Jeno dkk sudah siap untuk melawan Zevy beserta pasukannya. Karena malam ini adalah bulan mati, 100 abad yang mereka tunggu untuk bisa membunuh Zevy. Menghancurkan kutukan. Dan mengembalikan keadaan.
"Som? Gimana? Zevy dimana?" tanya Eunbin cemas. Hari sudah menunjukkan pukul 2 siang, waktu mereka tak banyak.
"Masih ditempat yang sama. Di kastilnya duduk sambil memegang pisau. Aku masih belum bisa melihat wajahnya. Dari perkiraanku dia tampan, bibirnya benar-benar sexy!" ujar Somi histeris.
"Oh Somi! Ayolah, ini sedang serius." Seoyeon menjitak kepala Somi pelan.
"Uhh, okee. Tapi aku hanya mengatakan fakta."
"Somi!"
Tiba-tiba terdengar langkah kaki. Karena lantai atas rumah Mrs. Irene dibuat dengan kayu jati impor, ketika orang lewat sedikit akan berbunyi.
"Mrs. Irene, bagaimana ini? Zevy tak menunjukkan pergerakan. Apa kita yang harus maju duluan?" tanya Siyeon sambil menghampiri Mrs. Irene.
"Tidak perlu. Zevy juga tau kalau ini waktunya untuk membunuh kalian terutama Eunha. Jika Eunha jatuh ke tangan Zevy, maka ia akan kebal. Jagalah ia baik-baik." ujar Mrs. Irene sambil berjalan kearah jendela. "Dan seperti katamu Somi, Zevy memang setampan itu, haha." tawa kecil Mrs. Irene menggema didalam ruangan itu.
"Kan, benar kataku." ujar Somi bangga.
Tiba-tiba, lantai atas rumah Mrs. Irene kembali menggema, terdengar suara napas tak beraturan orang berlari.
"Mrs. Irene! Eunha..." suara Rose tercekat, napasnya menderu, bahunya naik-turun.
"Kenapa kak Eunha?!" tanya Saeron panik.
"Hilang!"
👣👣👣
"Jika begini kami harus turun tangan! Tak ada cara lain." ujar Jiho dengan mata yang mengkilat.
"Tidak boleh! Kalian akan mati, tenaga kalian hanya bersumber dari batu aery." larang Mrs. Irene sembari menahan tangan Jiho.
"Eunha hilang Mrs, Jungkook mulai berubah!" pekik Mina.
"Ahh, sial!" Junhoe mulai keluar ruangan itu, 10 anak yang lain sedang menahan Jungkook yang mulai ganas.
"Kak, kak Jungkook kenapa?" tanya Eunbin panik. Junhoe hanya langsung menghampiri Jungkook tanpa menghiraukan pertanyaan adiknya.
"Kalian susul Mrs. Irene, Jungkook urusanku dan Junhoe." ujar Rose sambil tersenyum. Menandakan semuanya akan baik-baik saja.
'Sebenarnya ada apa dengan semua ini? Sial! '
👣👣👣
"Kau tak akan pernah bisa mengendalikanku! Kukatakan saja, kau bukanlah tandinganku! Saatnya kau pergi dari dunia ini, bedebah!" teriak gadis itu dengan suara lantang.
"Sst! Tenanglah sayang, kau akan lebih aman berada disini." tangan dengan kuku panjang itu menelisik tiap bagian dari wajah gadis dengan sorot mata benci itu.
"Jangan sentuh aku! Kau harus mati! Membusuklah engkau di neraka Zevy! Terkutuklah kau!" teriaknya dengan lantang. Namun itu tetap tak mempengaruhinya.
"Kau pikir aku akan diam saja? Ketika sepuluh malaikat mautku datang? Tidak akan, tentu saja tidak. Kau yang akan kugunakan sebagai tumbal. Bekerja samalah denganku, lalu kita kuasai dunia. Apapun akan aku lakukan untukmu." ucap Zevy dengan sombong. Aura tak baik terpancar jelas dari wajah tampannya.
"Kau pikir aku akan percaya dengan ucapan iblis sepertimu. Mati saja kau! Dan sudah kubilang bukan, kau tak akan pernah bisa mengendalikanku! Kau lupa bahwa aku sang malaikat maut Vata? Heh! Mati kau!" gadis itu yang kerap dipanggil Eunha, memegang letak batu aery didadanya kemudian mencabutnya. Sinar kemerahan yang menyilaukan muncul kemudian Eunha hilang dari hadapan Zevy.
👣👣👣
"Jungkook! Bangunlah! Hei!" Junhoe dengan keras menepuk pipi Jungkook agar anak itu segera tersadar.
"Hei June, lembutlah sedikit!" protes Rose. Jungkook mengerjap pelan, badannya terasa sakit semua. Terutama dibagian kepala dan dada.
"Ah, kau sudah sadar? Syukurlah." Rose segera memberikan segelas air pada Jungkook.
"Apa Eunha baik-baik saja? Apa dia sudah kembali? Katakan apa yang terjadi." setelah meneguk segelas air itu, Jungkook langsung menyambar June dan Rose dengan berbagai pertanyaan.
"Hei tenanglah! Eunha baik-baik saja. Jeno menemukannya di perbatasan hutan terlarang. Batu aery lepas dari dirinya. Tapi Mrs. Irene sudah mengobatinya. Tenang saja." Rose menepuk pundak Jungkook.
Tanpa berucap sepatah kata, Jungkook meninggalkan June dan Rose untuk segera bertemu dengan Eunha.
"Itu benar-benar tidak sopan. Ayo." Junhoe dengan kesal langsung mengikuti Jungkook. Sementara Rose hanya geleng-geleng kepala.
"Eunha! Kau baik-baik saja?!" Jungkook segera mendorong Mingyu yang berdiri disamping tempat tidur.
"Hei! Pelan-pelan Kook!" Ujar Mingyu sedikit oleng kekanan.
"Aku tak apa, tenanglah." jawab Eunha sambil tersenyum.
"Syukurlah... Syukurlah." Jungkook langsung memeluk Eunha dengan air mata yang menetes. Entahlah rasanya ia bahagia sekali melihat gadisnya kembali.
"Kook... Sakit." ringis Eunha pelan. Jungkook yang tersadar segera melepas pelukannya.
"Kak, kami akan segera berangkat. Bulan sudah mulai naik. Doakan kami, agar semuanya baik-baik saja." ucap Jeno. Jiho segera memeluknya.
"Berhati-hatilah. Jangan terpancing emosi, mengerti?" pesan Jiho.
"Aku sedikit takut. Tapi tak apa, aku pasti bisa." Seoyeon memaksakan senyumnya ketika Chaeyeon bertanya apa dia baik-baik saja.
"Ayo kita tak bisa berlama-lama lagi." Jinyoung segera menutup belatinya dan memasukkannya kesaku celana.
"Ingat, Eunbin kaulah kuncinya. Lalu biarkan Jeno dan Jinyoung membunuhnya. Lalu Somi dan Renjun kalian jangan sampai terluka, kalian adalah teropong tim. Serta yang lain, alihkan semua yang bisa kalian alihkan. Mengerti?" ujar Mrs. Irene.
"Mengerti!"
"So guys, are you ready for war?"
👣👣👣
Huaaaaa akhirnya gua bek dunia ini setelah hiat sekian lamanyaaaaa
Gua harap masih ada yang nungguin buku tyda jelas ini:)))
Sebenarnya gua mau back dari lama cuma kemaren hp gua rusak. Ah sudahlah:"(Jangan lupa Vomment yaaa:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent ✓
Mystery / ThrillerDon't speak with your mouth or you'll die ©littlepinkeu, 2017