Sesekali Shin Woo melirik jam tangan mahal yang melingkar di pergelangannya. Tidak jarang ia berjalan ke arah jendela sembari menghela napas panjang. Ia tidak pernah suka menunggu, tapi kali ini ia membiarkan dirinya menunggu.
Setelah pembicaraanya dengan Claudia dan memastikan wanita itu keluar dari penthouse miliknya, ia langsung bergegas ke kantor dengan jantung berdetak kencang. Bukan tanpa sebab ia merasakan hal itu karena sebentar lagi untuk pertama kakinya setelah mengingat kenangan yang dilupakannya ia akan bertemu Harumi, wanitanya, istrinya.
Shin Woo sudah memastikan Harumi tidak akan pergi dari sisinya. Segala macam cara sudah dilakukannya. Mulai dari memerintahkan Shin Hwa untuk tidak membantu Harumi apapun yang gadis inginkan, termasuk meminta bantuan profesor Smith untuk menjadi pembimbing pengganti sementara profesor Smith pergi.
Ia memang bergerak cepat. Setelah mendapatkan ingatannya kembali Shin Woo melakukan segala cara untuk memastikan Harumi tidak pergi dari sisinya. Ia akan membuat gadis itu tetap di sisinya. Tidak peduli kalau Harumi akan marahnya nantinya, karena ia akan memastikan gadis itu tidak pergi darinya walaupun hanya sejengkal.
Katakanlah Shin Woo licik. Tapi memang begitulah dirinya. Ia bisa melakukan apa saja jika hal itu menyangkut Harumi karena hanya gadis itu yang diinginkannya. Dan ia pastikan akan melakukan segala macam cara agar gadis itu tetap di sisinya.
Suara pintu ruangannya yang diketuk membuat Shin Woo berbalik. Sekretaris Han membungkuk hormat sebelum melangkah masuk ke dalam. Jantung Shin Woo langsung berdetak kencang melihat gadis di belakang Han yang masuk sambil menundukkan wajahnya.
Oh Tuhan, ia merindukan gadisnya.
Setelah mengantar Harumi ke ruangannya, Han langsung bergegas kembali melanjutkan tugasnya. Sementara Harumi masih setia berdiri di tempatnya sambil menundukkan wajahnya. Kedua tangannya meremas ujung kemeja miliknya karena gugup. Kebiasaan yang tidak pernah berubah, pikir Shin Woo.
"Duduklah," ia mengindai bagaimana Harumi mendekat dan duduk dihadapannya layaknya seorang singa yang tengah mengintai mangsanya, "Jadi apa ada yang bisa ku bantu?" tanya Shin Woo begitu Harumi duduk di depannya. Ia sengaja berpura-pura tidak tahu agar Harumi tidak curiga kalau semua sudah di atur olehnya.
Meja besarnya menjadi penghalang dirinya dan Harumi. Kalau tidak ada meja itu ia sudah pastikan akan merengkuh Harumi ke dalam pelukannya dan mencium gadis itu sepuasnya.
Harumi sudah dewasa sekarang dan ia masih bisa mengingat betapa menggairakannya Harumi ketika mereka berada di atas ranjang. Ingatan kebersamaan mereka membuat inti Shin Woo mengeras. Ia mengumpat dalam hati, menyadari pengaruh Harumi begitu besar padanya.
Harumi menghela napas, ia mengangkat wajahnya dan sempat melihat raut wajah terkejut Shin Woo ketika mereka bertatapan tapi hanya sebentar karena Shin Woo sudah kembali memasang wajah datarnya dan hal itu membuatnya kecewa.
Lagi pula apa yang diharapkannya ketika Shin Woo melihatnya? Apa ia berharap Shin Woi berdiri dari kursinya dan berjalan menghampirinya dengan raut wajah khawatir ketika melihat mata bengkaknya? Atau ia berharap Shin Woo akan memeluknya dengan erat sembari memintanya untuk tidak pergi?
Harapan yang terlalu muluk karena hal itu tentu tidak akan pernah terjadi. Kalau di pikir-pikir saat ini ia bagaikan pungguk yang merindukan bulan. Shin Woo terlalu tinggi dan berkilau. Sudah ada Claudia di sampingnya yang tidak kalah berkilau darinya sementara ia hanya upik abu yang tidak akan mungkin bisa menarik hati sang bulan.
Oh Tuhan menyedihkan sekali nasibnya.
"Kau melamun," Harumi mengangkat wajahnya dan mendapati alis Shin Woo berkerut. Itu bukan pertanyaan tapi pernyataan. Nyatanya ia memang melamun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thief of My Heart (Sequel #2 GMAB) (Complete)
RomanceHighest rank : #741 in romance (100518) #13 in sakit hati (100518) #186 in mature (100518) #10 in jerk (100518) #19 in kesetiaan (100518) Dewasa, Ini adalah...