8. Claudia Miller

2.2K 134 6
                                    

Revisi (070518)

________

Harumi masih mematung di tempatnya bahkan setelah tiga puluh menit berlalu. Jangan tanyakan air mata yang mengalir membasahi wajahnya karena cairan bening itu sudah keluar ketika Shin Woo membawa gadis dalam gendongannya memasuki penthouse.

Aku tidak mencintaimu.

Aku tidak mungkin menikah denganmu.

Aku mencintai wanita lain.

Kau menjijikkan.

Kata-kata Shin Woo kembali terngiang dalam benaknya sebelum mereka resmi menikah. Mungkinkah wanita itu adalah wanita yang dicintai Shin Woo? Sejauh apa hubungan mereka? Apakah itu artinya ia sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk membuat Shin Woo mencintainya?

Semua pertanyaan itu membuat tubuh Harumi serasa tak bertenaga. Dengan langkah gontai dan cucuran air mata ia memasuki penthouse. Membuka pintu dan berdiri di tengah ruangan. Mengendarkan pandangannya mengelilingi penthouse milik Shin Woo.

Penthouse itu sangat besar. Seluruh temboknya terbuat dari kaca khusus yang tidak membuat suasana di dalamnya panas bahkan ketika matahari bersinar terang. Ia menyukai penthouse Shin Woo, tapi sayangnya hatinya terlalu sakit untuk sekedar mengagumi keindahan apartemen mewah itu.

Harumi melangkah semakin dalam dan mendapati sebuah pintu berwarna coklat yang sedikit terbuka. Entah apa yang membuat langkah kakinya bergerak ke arah pintu itu. Yang ia tahu, jantungnya berdetak semakin kencang seiring dengan langkah kakinya yang semakin mendekat. Hatinya serasa di remas ketika mendengar erangan dan desahan. Ia tahu apa yang mungkin terjadi di dalam sana, tapi pikirannya terus memintanya mendekat meskipun hatinya selalu menolak.

Sayangnya kedua kakinya seolah tidak peduli dengan hatinya yang terus berteriak dan memohon untuk berhenti. Kedua kakinya melangkah semakin mendekat dan air mata itu mengalir semakin deras diiringi dengan nyeri di hatinya. Nyeri bagaikan di tusuk puluhan pisau tak kasat mata.

Di depannya, Shin Woo tengah melakukan hubungan badan dengan wanita tadi. Wanita itu sudah telanjang bulat, berada di atas tubuh Shin Woo sambil terus menggerakkan tubuhnya. Kedua tangan Shin Woo berada di payudara wanita itu, meremasnya hingga membuatnya memekik karena rangsangan yang diberikan Shin Woo. Bahkan sesekali tangan besar Shin Woo memukul bokong wanita itu hingga Harumi bisa melihat jejak tangan Shin Woo di atas bokong indah wanita itu.

Harumi tidak mengerti apa yang membuatnya tetap berdiri di sana sampai beberapa saat lamanya. Membiarkan matanya terus melihat pemandangan yang membuat hatinya terluka. Ia kecewa dan tidak menyangka Shin Woo akan melakukan hal seperti itu bahkan sehari setelah mereka menikah.

Tubuh Harumi merosot ke lantai. Menangis dalam diam melihat apa yang tengah terjadi. Ia menghapus air matanya dan berjalan menuju balkon. Membaringkan tubuh dan hatinya yang lelah di atas kursi malas yang ada di sana. Membiarkan air matanya mengalir semakin deras tanpa bisa di cegahnya.

Harumi tidak tahu berapa lama ia sendirian dan menangis dalam tidurnya. Yang ia tahu matahari sudah bersinar cukup tinggi ketika ia membuka matanya.

Dengan kaki berat dan perasaan hancur Harumi melangkah memasuki ruangan besar itu. Melangkah ke arah dapur dan mencuci wajahnya di wastafel yang berada di dapur. Ia menatap sekeliling. Penthouse itu masih sangat sepi seolah di sana hanya ada dirinya sendiri. Mungkin Shin Woo dan wanitanya sedang beristirahat di kamar setelah apa yang mereka lakukan.

Rasa nyeri itu kembali merayap di hatinya ketika mengingat kembali apa yang terjadi antara Shin Woo dan wanita itu. Ia memejamkan mata berkali-kali dan menghela napas panjang, mencoba menahan cairan bening yang kembali mencoba membasahi wajahnya.

Thief of My Heart (Sequel #2 GMAB) (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang