24. Pergi

3.5K 245 45
                                    

Harumi tidak tahu berapa lama ia berada di dalam toilet dan menangis. Yang ia tahu begitu ia keluar dari toliet dengan mata bengkak dan hidung yang merah bak tomat, Richard sudah bersandar di tembok depan toilet wanita dengan raut wajah khawatir. Pria itu langsung menegakkan tubuhnya begitu Harumi keluar.

Raut wajah khawatir terlihat jelas di wajah pria itu dan Harumi tidak akan membantah kalau dirinyalah penyebab ekspresi itu ada di wajah tampan Richard.

Ia menghela napas. Tahu betul apa yang akan dikatakan Richard padanya selanjutnya dan ia berusaha keras mencari jawaban atas pertanyaan itu. Jawaban yang tidak harus membuatnya menjelaskan lebih jauh apa yang sebenarnya terjadi.

"Kau baik-baik saja? Matamu merah, apa kau menangis?"

Harumi menggeleng, "Aku hanya sedikit sakit," ia sengaja menekankan kata sakit dalam ucapannya karena nyatanya kalimat itu memang memiliki banyak arti baginya. Sakit yang dialaminya bukan hanya tentang fisik tapi juga hati dan perasaannya. Dan ia tidak ingin membagi semua itu dengan Richard. Tidak akan pernah.

"Kau mau aku antar ke dokter?"

"Tidak terima kasih. Sepertinya aku hanya butuh istirahat," Harumi menatap Richard dengan wajah sedih, "Bisakah kau mengantarku pulang. Aku ingin istrahat. Aku janji lain kali akan mengganti acara makan malam ini...."

"Tidak!" Richard memotong ucapan Harumi dengan cepat, "Kau tidak harus berjanji untuk sesuatu yang tidak kau sengaja Harumi. Aku mengerti. Jadi sekarang sebaiknya aku antar kau pulang agar kau bisa beristirahat. Kau terlihat mengerikan seperti ini."

Harumi ingin tertawa mendengar ucapan Richard tapi otaknya terlalu lelah bahkan untuk memerintahkan mulutnya mengeluarkan tawa pun tidak sanggung. Karena itu ia hanya mengangguk. Membiarkan Richard membimbingnya ketika mereka berjalan. Ia memang butuh istirahat meskipun kenyataannya begitu Richard menurunkannya di depan loby apartemen dan meninggalkannya seorang diri, Harumi tidak masuk ke dalam melainkan menaiki taksi dan meminta di bawa ke Central Park.

Taman kota itu menjadi satu-satunya tujuannya saat ini. Ia tidak mungkin kembali ke penthouse Shin Woo setelah tahu kenyataan yang terjadi selama ini. Ia belum siap untuk bertemu pria itu. Setidaknya untuk saat ini. Satu-satunya tempat yang terpikirkannya saat ini adalah taman dan ia tidak menyesali keputusannya untuk itu.

Taman memang masih cukup ramai mengingat waktu telah menunjukkan sepuluh malam. Tapi setidaknya ia mendapatkan tempat untuk duduk menyendiri malam itu dan itu berada tepat di bawah pohon sakura. Pohon kesukaannya.

Harumi mengeluarkan ponselnya. Membuka galeri dan melihat foto demi foto kebersamaannya dengan Shin Woo ketika pria itu masih mengingatnya.

Air matanya mengalir ketika otaknya mengingat moment demi moment ketika foto-foto itu diambil. Saat perayaan ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Ketika mereka berjalan-jalan bersama dan ada beberapa foto yang diambil ketika Shin Woo menciumnya saat ia tertidur di paha pria itu.

Kalau dulu ketika melihat foto itu ia akan merasa bahagia, berbeda dengan saat ini. Yang terjadi ia justru menangis semakin keras seiring dengan banyaknya foto dan kenangan yang menyeruak dalam benaknya.

Foto-foto itu tidak lagi membuatnya bahagia dan menguatkannya. Foto-foto itu justru membuatnya merasa begitu menyedihkan karena bertahun-tahun tidak menyadari kalau Shin Woo berselingkuh di belakangnya.

Harumi meletakkan ponselnya di atas bangku yang di dudukinya. Ia memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan wajahnya di sana. Menyembunyikan tangisnya dari orang-orang yang kebetulan lewat di dekatnya.

Ia kembali mengingat ucapan Richard tentang Shin Woo dan Claudia. Ia tahu Richard tidak berbohong padanya. Apa yang terjadi di masa lalu, bagaimana Shin Woo memperlakukannya dan cerita yang diceritakan Sarah serta penjelasan mengambang Shin Hwa padanya cukup untuk meyakinkan dirinya bahwa Shin Woo memang selingkuh.

Thief of My Heart (Sequel #2 GMAB) (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang