33. Pulang

3.3K 210 64
                                    

Lelah mengamuk dan menghancurkan seluruh ruang tamu di penthouse miliknya, Shin Woo menghempaskan tubuhnya di atas lantai. Kaki kirinya tertekuk sementara kaki kanannya diluruskan.  Kedua tangannya berada di kedua sisi tubuhnya sementara kepalanya ia sandarkan pada sofa di belakangnya.

Tetesan darah dari buku tangannya yang sempat terluka sebelumnya tidak dihiraukannya. Ia hanya terfokus pada penantiannya. Berharap Harumi akan datang dan lebih memilihnya dari pada pergi bersama Richard.

Suara pintu yang terbuka membuat Shin Woo melonjak bangun. Kebahagiaan menyergap dalam hatinya. Tapi secepat itu kebahagiaannya datang secepat itu pula kebahagiaannya hilang, karena nyatanya bukan Harumi yang datang melainkan adik menyebalkannya yang menatapnya sembari menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak menyangka karyamu sebagus ini hyung."

Shin Woo tahu itu bukan pujian karenanya ia memilih berjalan ke dapur tak menghiraukan ucapan Shin Hwa. Ia mengambil sebotol air minum dan mendudukkan diri di atas kursi pantry.

"Mau apa kau kemari? Bukankah kau bilang mau ke Texas?" tanya Shin Woo sembari menyiram tangannya yang terluka dengan air dingin setelah sebelumnya ia minum.

"Memang, tapi aku merasa ada yang tidak beres dan ternyata aku benar."

Shin Woo tersenyum miring, "Memangnya kau peramal?"

"Memang bukan tapi sejauh ini perkiraanku memang benar," Shin Hwa sengaja menunggu Shin Woo membalas ucapannya, tapi karena Shin Woo hanya diam ia kembali melanjutkan ucapannya, "Misalnya saja tentang apa yang telah terjadi beberapa saat lalu di apartemen ini," Shin Woo masih tidak peduli, "Bagaimana Harumi memilih pergi dengan Richard dan meninggalkan hyung sendiri dan hasilnya karya seni yang ada di ruang tamu," ucap Shin Hwa menahan kekehannya.

"Bukankah aku benar hyung?" Shin Woo menghentikan kegiatannya lalu menatap Shin Hwa dengan pandangan curiga, "Bukankah tadi hyung bilang aku peramal? Jadi tidak perlu heran dengan ucapanku."

"Jangan main-main denganku Jung Shin Hwa. Kau tahu apa yang bisa kulakukan kalau aku sedang marah bukan."

"Tentu saja," Shin Hwa menjawab santai.

Kemarahan Shin Woo mungkin berpengaruh pada semua orang, tapi tidak buatnya. Bukan karena ia tidak menghormati Shin Woo, tapi karena ia tahu betapa pria itu menyayangi dan menjaganya selama ini hingga membuatnya tidak pernah menjadi sasaran kemarahan Shin Woo.

"Berhenti menyakiti dirimu sendiri hyung," suara Shin Hwa tidak suka ketika melihat tangan Shin Woo yang terluka, "Harumi benar. Seharusnya hyung menyelesaikan urusan dengan Claudia lebih dulu sebelum kembali bersama Harumi."

"Urusan apa lagi? Aku sudah menyelesaikan semuanya begitu mendapatkan ingatanku kembali."

"Benarkah? Kenapa yang aku lihat justru sebaliknya?" Shin Hwa mengeluarkan ponsel dan membukanya lalu menyerahkannya pada Shin Woo begitu ia menemukan apa yang dicarinya.

"Ini..." Shin Woo tidak melanjutkan ucapannya. Ia memperhatikan dan mendengarkan isi rekaman yang memperlihatkan Claudia dan Harumi yang tengah berbicara di penthousenya.

"Yah aku menyabotase cctv penthousemu kalau-kalau hyung bertanya bagaimana aku mendapatkan rekaman itu."

Alis Shin Woo berkerut, "Kau memata-mataiku?"

"Permintaan eomma," jawab Shin Hwa cepat. Takut kalau tiba-tiba Shin Woo melayangkan tinju pada wajah tampannya. Dan ucapan Shin Hwa berhasil membuat Shin Woo tidak melukai wajahnya , "Sejak hyung kehilangan ingatan eomma memintaku melakukannya. Katanya untuk memastikan hyung tidak dalam bahaya," jelas Shin Hwa dengan cepat. Tahu betul betapa emosionalnya sang kakak.

Thief of My Heart (Sequel #2 GMAB) (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang