"Rin!" Tegur Miku yang membuatku tersadar dari lamunanku.
"Ada apa Miku?"
"Ummm... Sebenarnya setelah kupikir-pikir, rasanya agak canggung jika aku pergi berdua saja dengan Mikuo. Bagaimana kalau kamu ikut juga?"
"Hah? Tentu saja tidak mau. Aku akan menjadi obat nyamuk untuk kalian. Dan lagi aku tidak mau mengganggu kencan sahabatku."
"Ayolah Rin! Barusan saja Mikuo memberitahuku bahwa teman-teman yang lainnya juga akan ada disana. Jadi akan sangat canggung karena aku belum mengenal teman Mikuo." Pinta Miku dengan memelas.
Aku pun hanya terdiam memikirkan permintaan sahabatku.
"Tidak apa Rin. Dengan begitu mungkin kamu juga bisa mendapat teman baru. Atau mungkin bahkan mendapatkan seorang kekasih." Bisik Len disampingku yang membuatku dengan refleks memukul kepalanya.
"Bodoh! Aku sedang tidak ada mood untuk hal itu!"
"E-Eh? Maaf Rin." Balas Miku yang rupanya sedang salah paham.
"Ah, maaf Miku. Perkataan tadi tidak kutujukan untukmu, tapi untuk ummm... Lupakan! Aku tetap tidak akan pergi Miku."
"E-Eh? Ayolah Riiiinnnnn...."
"Ada apa Miku?" Sapa seseorang yang membuat kami berdua terkejut.
"Ah, Mikuo... Umm... Sebenarnya Rin juga ingin ikut mengunjungi kafe temanmu. Jadi apakah kita bisa pergi bersama?" Tanya Miku
"A-Apa? Aku tidak bilang kalau--"
--"Tentu. Aku juga sudah mengajak beberapa temanku yang lainnya. Akan lebih menyenangkan jika ramai. Dan mungkin Rin bisa mendapatkan kekasih baru..." Potong Mikuo yang membuatku cukup kesal.
"Aku sedang tidak ingin..." Balasku ketus.
"Ahaha... Baiklah. Kutunggu hari Minggu di depan stasiun ya." Potong Mikuo sebelum meninggalkan kami.
Miku hanya melambaikan tangannya perlahan dengan wajahnya yang tersipu sedangkan aku hanya bisa melipat wajahku karena kesal.
"Sudah kubilang aku tidak ikut!"
"E-Eh? Ayolah Rin... Aku sudah berjanji pada Mikuo. Akan ku traktir makan siang deh..."
"Sungguh? Makan siang dalam seminggu ya?" Tawarku sembari tersenyum licik.
"E-Eeeehhhh??? Baiklah kalau begitu..." Jawab Miku dengan sedikit lemas.
Aku pun tertawa bahagia diatas penderitaan temanku. Tanpa kusadari Len memandangiku sembari membawa buku tebalnya dengan ekspresi datarnya.
"Itu pemerasan Rin. Akan kucatat perbuatan burukmu ini." Ucap Len perlahan yang membuatku sedikit merasa tidak terima.
"Tapi aku sudah berbaik hati membantu sahabatku ini loh. Apakah itu juga tidak akan dicatat Len?"
Len hanya mendengus kasar yang kemudian diikuti senyuman kecilnya.
"Tentu sudah kucatat."
***
Krrriiingggggg.....
"Oi Rin... Ayo bangun... Kamu ingat kan hari ini hari apa? Hari kencan gandamu, Rin...." Ucap Len sembari berteriak sedikit di telingaku.
"Ummm... Berisik... 5 menit lagi." Balasku sembari kembali menyelimuti tubuhku.
"Kalau kamu terlambat, kasihan Miku yang sedang menunggumu."
"Ummm... Lagipula sejak awal aku tidak berniat pergi." Balasku dalam kantuk.
"Heeeee..... Itu sama saja dengan mengingkari janjimu sendiri Rin. Kalau begitu, minus 50.000 poin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anata no pātonā (Your Partner)
Fantasy[Highest rank: #1 - vocaloid] Setiap tindakan kita pasti dicatat dan akan dihitung pada suatu hari nanti. Dan dari semua itulah yang akan menentukan kehidupan kita selanjutnya. Lalu pertanyaannya, siapakah yang mencatat semua tindakan kita itu? Apa...