"Apa?! Kamu punya kekasih, Rin? Kenapa kau tidak cerita padaku?" Tanya Miku terkejut.
"Yaaaa..... Karena aku belum siap... Lagipula aku baru saja jadian dengannya." Jawabku perlahan.
Miku hanya menghela nafas pendek. Ia memegang bahuku sembari mengacungkan jempolnya dengan salah satu tangannya.
"Kalau begitu kerja bagus Rin. Aku bangga karena kamu sudah lupa dengan Kaito dan mencari kekasih baru. Dan lagi dia lebih tampan daripada Kaito." Seringai Miku.
"Hah? Tentu saja aku harus melupakan Kaito. Dia sudah berani menyentuhku. Tidak akan pernah kumaafkan." Balasku.
Kemudian Miku tiba-tiba terdiam. Wajahnya bersemburat merah. Ia hanya menunduk seperti malu.
"Rin... Kalau bersentuhan di bibir, apakah kau juga akan tetap marah pada Kaito?" Tanyanya perlahan.
Glek....
"A... Ap.... Apa ma.... Apa maksudmu Miku???!"
"Eh... Maksudku... Berciuman... Iya.... Berciuman..." Jawab Miku dengan nada yang sangat rendah.
"Ah.... Kalau itu.... Jangan-jangan kau sudah berciuman ya Miku?!" Tanyaku mengalihkan.
Namun Miku hanya terdiam tersipu. Wajahnya makin merah padam. Secara tidak langsung itu adalah jawaban 'iya' darinya.
"Apa... Rin juga sudah melakukan hal itu dengan kekasih barumu? Lagipula siapa namanya?" Tanya Miku mengalihkan juga.
"Ah namanya Len.... Dia...."
'Setelah ku ingat-ingat, Len lebih gila dibandingkan Kaito. Dia bahkan menyentuhku lebih dari yang Kaito lakukan. Tapi mengapa aku tidak marah padanya ya?'
"Ah, aku dapat pesan dari Mikuo. Aku harus segera pergi, kita lanjutkan besok di kelas saja ya... Kamu juga kejarlah Len." Ucap Miku sebelum meninggalkanku.
Aku hanya mengangguk dan melambaikan tanganku. Tentu saja Len tidak akan kemana-mana. Jadi aku tidak perlu tergesa-gesa.
***
"Tadaima~" Ucapku sembari membuka pintu perlahan.
Aku mengintip dan segera mencari Len. Namun aku tidak menemukannya.
"Len.... Keluarlah...."
Tidak ada respon.
"Oi Len. Jangan bersembunyi."
Tetap tidak ada respon.
"Aaaaa... Ayolah kekasihku Len....." Gurauku dengan sedikit malu.
Greb....
Tiba-tiba seseorang memelukku dari belakang. Kedua tangannya yang terluka itu memeluk pinggangku perlahan. Kepalanya bersandar di atas bahuku.
Aku mencium aroma tubuhnya. Aroma yang berterbangan dari rambutnya itu membuatku seketika merasa nyaman dan ingin membalas dekapannya. Tentu saja aku sangat ingin memeluk orang yang aku sukai.
"Rin...."
"Kau baik-baik saja Len?"
Ia hanya menggelengkan kepalanya di atas bahuku.
"Kau terluka Len. Ayo ku obati."
"Huh, bagaimana bisa seorang sepertiku bisa terluka dari manusia biasa ya?" Tanyanya sembari menengadahkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anata no pātonā (Your Partner)
Fantasy[Highest rank: #1 - vocaloid] Setiap tindakan kita pasti dicatat dan akan dihitung pada suatu hari nanti. Dan dari semua itulah yang akan menentukan kehidupan kita selanjutnya. Lalu pertanyaannya, siapakah yang mencatat semua tindakan kita itu? Apa...