"Huwaaaa...."
Rin pun merenggangkan tubuhnya sembari merebahkan tubuh mungilnya di atas kasur. Ia sedikit bergulung menikmati dinginnya malam & kelembutan selimutnya. Ia terus menggosok selimutnya sembari memejamkan matanya.
"Ah, malam yang penuh kedamaian kembali..." Ucap Rin.
"Apa maksudmu?" Tanya Len yang tengah berdiri di sisi kasur Rin.
"Malam ini begitu dingin, selimutku yang lembut selalu jadi penghangatku kini akan berganti tugas. Karena Len ada disini, bukankah begitu Len?" Tanya Rin usil.
"Oh lihatlah... Sekarang siapa yang berpikiran mesum?" Ucap Len sembari memalingkan matanya.
"Hehe, aku hanya ingin berpelukan denganmu sepanjang malam Len. Tidak lebih... Sekarang lihatlah siapa yang mesum sebenarnya." Balas Rin dengan wajah usilnya.
"Aku!" Jawab Len dengan sigap.
"Eh?"
Kemudian Len perlahan menaiki kasur yang sedang Rin singgahi. Rin meneguk salivanya sebentar ketika melihat Len mulai mendekat.
"A-Apa?" Tanya Rin gugup.
"Hmmmm? Aku hanya ingin memenuhi permintaanmu. Kamu ingin pelukan hangat bukan? Kemarilah." Ucap Len sembari duduk diatas kasur.
Ia duduk diatas kakinya yang dilipat. Sedangkan kedua tangannya membentang lurus ke arah Rin. Sedangkan Rin hanya memandangi Len bahkan masih dalam posisi tidurnya.
"A-Ah! Itu maksudmu! Be-Benar juga." Jawab Rin sembari bangkit dari tidurnya dengan kikuk.
"Pfftttt...." Tawa Len yang ia tahan.
"A-Apa?! Kenapa kamu tertawa?!" Sentak Rin malu.
"Ahahaha... Tidak... Tidak... Kemarilah, aku sungguh merindukanmu." Ucap Len sembari mendekati Rin dan langsung memeluk tubuhnya.
Len terus memeluk Rin dengan erat hingga membuat tubuhnya oleng dan terjatuh ke atas kasur. Bahkan dalam posisi yang tidak nyaman itu, Len tidak berniat melepaskan pelukan tersebut.
"Len...." Panggil Rin perlahan.
"Hmm?" Responnya.
"Apa yang sedang kamu lakukan?"
"Memelukmu." Jawabnya singkat.
"Iya aku paham. Tapi tubuhmu berat... Jangan tidur di atasku." Ucap Rin sembari berusaha mendorong tubuh Len.
"Benar tidak mau?" Tanya Len usil.
" Iya.... Kamu berat."
Kemudian Len melepas pelukannya. Namun ia tidak beranjak dari posisinya dan justru meletakkan masing-masing tangannya di sisi kepala Rin. Ia meluruskan tangannya dan menjadikannya pilar untuk menopang tubuhnya di atas Rin.
"A-Apa sih Len? Jangan memandangiku seperti itu..." Ucap Rin malu.
Namun Len hanya terdiam dan memandangi wajah kekasihnya terus-menerus. Bahkan wajahnya hanya memasang ekspresi datar.
Perlahan Len mendekat. Rin pun menutup kedua matanya dengan segera.
Cup...
Len mengecup dahi Rin dengan ringan dan juga lembut. Seketika Rin membuka kedua matanya perlahan. Ia melihat Len tersenyum lembut dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.
"Jika aku bisa membeli waktu, aku akan menghabiskan seluruhnya agar momen saat ini bisa abadi." Ucap Len perlahan.
"K-Kenapa Len? Apakah kamu akan pergi meninggalkanku lagi?" Tanya Rin cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anata no pātonā (Your Partner)
Fantasía[Highest rank: #1 - vocaloid] Setiap tindakan kita pasti dicatat dan akan dihitung pada suatu hari nanti. Dan dari semua itulah yang akan menentukan kehidupan kita selanjutnya. Lalu pertanyaannya, siapakah yang mencatat semua tindakan kita itu? Apa...