Part 27

265 25 12
                                    

Panas.

Wajahku terasa panas. Hembusan nafas hangat dari Len terus menyapu wajahku. Kecupannya yang begitu ganas melahap bibirku. Aku bahkan tidak sanggup untuk mengatur nafas. Namun Len terus memejamkan matanya dan melahapku perlahan.

Aku mendorong tubuhnya sedikit untuk memberi sinyal bahwa aku harus bernafas. Namun ia mengabaikannya dan terus mendorong wajahnya ke arahku.

Menurutku....

Ini adalah ciuman terlama aku dengan Len.

Tangan Len yang sedari tadi memainkan put*ngku itu, kini makin mengganas. Ia memelintirnya dengan keras sehingga aku merasa sedikit sakit. Aku menggeram dan terus mendorong tubuhnya.

"Puah..."

Akhirnya Len mengakhiri cumbuannya. Aku mulai mengatur nafasku kembali sembari memandanginya. Len pun tampak kehabisan nafas pula. Ia hanya menutup bibirnya dengan punggung tangannya.

"Rin.... Maaf... Jika aku berlebihan...."

"T-Tidak apa-apa... Hanya saja aku butuh udara. Maaf aku telah mendorongmu Len..."

Kemudian Len tampak menggigil perlahan. Ia memeluk lengan tangannya dengan kedua tangannya yang saling menyilang.

"Ugh.... Kenapa malam ini sangat dingin?" Keluhnya.

"Ah, itu mungkin karena kamu tidak mengenakan apapun selain pakaian dalammu."

"Ah kau benar. Sedangkan kamu masih mengenakan pakaianmu. Tidak adil!" Ucap Len sembari mendekatiku perlahan.

"Len???" Tanyaku keheranan.

Len mulai membuka baju dan bra-ku. Ia memandangi tubuhku sekali lagi dengan tatapan sayunya. Dengan posisi Len yang berada di atasku, aku hanya dapat memandangi wajahnya sembari berbaring.

Perlahan Len mencium bibirku. Kemudian perlahan turun ke leher. Lalu turun lagi hingga dadaku. Len menjulurkan lidahnya dan menjilati put*ngku dengan ganas. Sesekali ia menggigitnya perlahan namun cukup ganas.

Aku hanya mampu menutup kedua mataku dan merapatkan kedua kakiku.

Entah mengapa....

Aku....

Merasa....

Begitu terangsang.

Namun Len membuka kedua kakiku dengan paksa. Ia melepaskan celanaku perlahan tanpa sedikit jeda. Kini aku hanya mengenakan celana dalam putih polos milikku ini.

"Nah, sekarang kita sama-sama hanya mengenakan pakaian dalam saja.

Lalu....
.
.
.
.
.
.
.

Siapakah yang akan bertahan?" Tanya Len dengan wajah usilnya.

Len perlahan mulai meraba bibir bawahku. Ia menggosoknya perlahan namun dengan tekanan yang keras. Namun tidak puas dengan itu, tangan Len perlahan mulai menerabas pants milikku. Ia mulai menyentuh vaginaku dan memasukkan kedua jarinya.

"Ukh...."

Len hanya tersenyum melihatku yang sedang sangat malu. Ia menggerakkan jarinya dengan tempo yang cukup pelan. Jarinya terus menusuk ke dalamku dan bergerak lihai di dalamnya.

Sekali lagi tidak puas dengan itu, Len memasukkan jari ketiganya. Ia menggerakkan jarinya dengan tempo yang sangat cepat.

"Uhhh....." Rintihku yang justru membuat Len makin mempercepat temponya.

"Uhhh.... Len.... Hentikan...."

Namun lagi-lagi Len mengabaikanku dan mempercepat temponya. Aku terus mendesah beriringan dengan gerakan jari Len.

Anata no pātonā (Your Partner)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang