*Flashback off*
Pandangan Rei kembali menjadi gelap ketika mengingat kejadian dimana ia telah bersumpah pada dirinya sendiri untuk menolong Len. Ia hanya dapat menghela nafas panjang sebelum akhirnya ia melirik ke arah Rin. Rin yang sedari tadi masih menangis hampa, kini mulai mengeringkan matanya. Sesekali ia mengusap kelopaknya sembari menegarkan dirinya.
"Rei... Entah mengapa aku tidak bisa mengingat apa saja yang telah terjadi. Bisakah kamu menjelaskannya untukku?" Tanya Rin dengan nada lembutnya.
"Oh.... Baiklah... Secara hukum, kita saat ini hanyalah siswa biasa. Tapi, secara pribadi.... Kita adalah sepasang kekasih yang baru saja menikah dan melakukan malam pertama yang memilukan." Jelas Rei sembarangan.
"Hah? Apa-apaan itu? Penjelasan yang tidak masuk akal!" Bantah Rin.
"Terserah kau saja, istriku." Ejek Rei.
"Hei! Seriuslah! Aku sedang tidak ingin bercanda saat ini, Rei!"
Kemudian Rei pun mendekati gadis yang tengah emosi itu. Seketika ekspresi Rin berubah menjadi sedikit tegang. Sedangkan Rei memasang ekspresi sangat serius di wajahnya.
"Aku tidak sedang bercanda." Jawab Rei serius.
Rin pun hanya mampu meneguk salivanya sekaligus mengangguk perlahan. Setelah melihat gadis itu mengangguk ketakutan, senyuman kecil mulai tersimpul di wajah Rei. Senyuman sendu terlukis dengan jelas di wajah pria itu.
"Apa... Kamu merasa seperti kehilangan sesuatu?" Tanya Rei perlahan.
"Iya... Aku merasa ganjal dengan semua ini. Tadi tiba-tiba aku terbangun sembari menyebut nama seseorang yang bahkan tidak aku ingat. Aku merasa kehilangan sesuatu bahkan ingatanku. Apa yang salah dariku?" Tanya Rin sedih.
Rei terdiam sesaat sembari mengurungkan niatnya untuk menjawab. Ia memikirkan kembali jawaban yang akan ia lontarkan.
"Siapapun itu, aku harap kamu tidak menyebut namanya kembali untuk sementara ini." Jelas Rei yang makin membuat Rin kebingungan.
"Apa maksudmu? Semakin kau melarangku seperti ini, aku semakin penasaran. Aku akan menyebut namanya ribuan kali hingga kau menjawabnya!" Balas Rin kesal.
"Oi... Jangan lakukan itu!"
"Len Len Len Len Len Len Len Len Len Len Len Len Len...."
"Oi! Hentikan!"
"Tidak hingga kau menjelaskannya! Len Len Len Len Len"--
--"Ku bilang berhenti!" Potong Rei.
Namun Rin tidak menghirakannya dan terus melanjutkan aktifitasnya. Karena merasa sebal, Rei pun mendekatinya dan membungkamnya dengan tangannya.
"Ummfff!"
"Ku bilang berhenti Rin." Ucap Rei sembari melepaskan bungkamannya.
Rin hanya mampu berekspresi masam sekaligus mengembungkan pipinya. Ia terlihat kesal namun juga sebaliknya.
"Apa-apaan ekspresi itu?" Tanya Rei.
"Apa? Aku hanya kesal." Balas Rin.
"Aku tidak merasa kau benar-benar kesal. Apakah aku benar?"
"Huh! Aku hanya sebal karena kamu membungkamku dengan kasar."
"Apa? Jadi karena itu? Lalu kamu ingin aku seperti apa? Membungkammu dengan ciuman?" Tanya Rei diselingi candaannya.
"Jika kamu benar kekasihku, mungkin memang seperti itu." Balas Rin singkat.
"A-Apa? Jadi secepat itu perasaanmu berubah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anata no pātonā (Your Partner)
Fantasía[Highest rank: #1 - vocaloid] Setiap tindakan kita pasti dicatat dan akan dihitung pada suatu hari nanti. Dan dari semua itulah yang akan menentukan kehidupan kita selanjutnya. Lalu pertanyaannya, siapakah yang mencatat semua tindakan kita itu? Apa...