Normal POV
Seusai Rin menutup telepon dari Rei, ia hanya duduk diam terpaku. Begitu pula Len yang masih berdiri membelakangi kekasihnya. Mereka berdua masih belum berkutik dari berita yang mengejutkannya. Namun Len perlahan menoleh ke arah Rin yang masih terduduk lemas.
"Apa yang Rei katakan padamu?" Tanya Len dengan nada beratnya.
"......"
Rin hanya terdiam sembari mengelus perutnya. Len pun melangkah mendekati kasur itu dan duduk perlahan di atasnya.
"Apa benar aku harus menggugurkannya?" Tanya Rin dengan kedua matanya yang kembali berkaca-kaca.
"Jadi Rei juga memberitahumu ya?" Balas Len dengan senyum masamnya.
"Padahal, tidak lama lagi aku bisa bertemu dengannya. Aku bisa menggenggamnya, aku bisa melihatnya, memeluknya. Tapi kenapa aku harus membunuh anakku sendiri?" Gumam Rin diselingi air matanya yang perlahan jatuh ke pipinya.
Len pun terdiam ketika melihat Rin perlahan menangis. Isakan tangisnya itu terdengar begitu sedih hingga menyiksa Len. Ia terus menerus merasa bersalah karena lagi-lagi ia membuat Rin menangis secara tidak langsung.
Tangan Len perlahan terangkat dan berusaha menggapai Rin. Namun Rin terus menundukkan kepalanya dan menangis. Sehingga ia menurunkan kembali tangannya dan memberanikan diri untuk berbicara.
"Maaf." Ucap Len dengan suara beratnya.
Mendengar kalimat itu, Rin dengan segera mengangkat kepalanya. Ia melihat Len menunduk dengan dalam sembari mengulangi kata 'maaf' itu.
"Tidak.... Ini bukan salahmu Len. Berhenti minta maaf seperti itu." Ucap Rin sembari mendekati Len yang masih menunduk.
"Aku... Hanya ingin melihat senyumanmu. Tapi aku justru terus-menerus membuatmu menangis. Aku sungguh-sungguh minta maaf." Ucap Len.
"Hentikan... Ku mohon hentikan, Len." Ucap Rin sembari memeluk Len.
"Tidak, aku sungguh-sungguh minta maaf Rin." Ucap Len dalam dekapan Rin.
"Sudah ku bilang ini bukan salahmu Len."
"Tapi jauh di lubuk hatimu, kamu juga setuju bahwa aku-lah penyebab semua ini, bukan?"
"A-Apa maksudmu?" Tanya Rin sembari melepas pelukannya dan duduk di hadapan Len.
"Maafkan aku Rin, aku sudah berbohong padamu." Ucap Len lembut.
"A-Apa? Apa yang kamu maksud Len?" Tanya Rin kebingungan.
Len pun menggenggam kedua tangan Rin dengan lembut. Ia menundukkan kepalanya sedikit sebelum menatap kedua mata Rin. Dan ia pun mulai memberanikan diri untuk berbicara.
"Aku adalah Iblis yang terlahir bersamamu." Ucap Len.
"A-Apa?"
"Ketika manusia lahir, maka akan didampingi oleh seorang malaikat dan seorang iblis. Rinto yang pernah kamu temui adalah seorang malaikat yang bertugas menjagamu. Sedangkan aku, aku adalah iblis yang bertugas menjerumuskanmu." Jelas Len dengan nada beratnya.
"T-Tapi, kamu pernah bilang bahwa kamu adalah roh yang bertugas mencatat semua perbuatanku, bukan? Bahkan kamu bisa mengeluarkan buku yang berisi semua perilaku ku. Dan kamu tahu bahwa sewaktu aku kecil, aku pernah mencuri!" Bantah Rin.
"Mengenai hal itu, tentu saja aku tahu. Karena aku-lah yang menghasutmu untuk melakukan perbuatan buruk itu." Jelas Len santai.
"D-Dan kamu pernah bilang poinku bertambah karena aku menuruti perkataan ibuku ketika aku masih kecil?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anata no pātonā (Your Partner)
Fantasy[Highest rank: #1 - vocaloid] Setiap tindakan kita pasti dicatat dan akan dihitung pada suatu hari nanti. Dan dari semua itulah yang akan menentukan kehidupan kita selanjutnya. Lalu pertanyaannya, siapakah yang mencatat semua tindakan kita itu? Apa...